11. Jenlisa has no end

7.5K 441 47
                                    

Jennie Ruby pov.
16 Mei 2021.

Minggu ini aku pergi ke tempat latihan dance. Sungguh hari yang sangat jauh berbeda dengan hidupku yang dulu sebelum Lisa pergi dan sebelum ayahku meninggal.

Kedua hal itu benar-benar jadi pukulan tersakit yang pernah aku rasakan. Tapi kepergian Lisa adalah salahku. Kesalahan paling fatal. Sekarang, dengan siapapun Lisa. Pasti Lisa akan lebih bahagia jika di bandingkan denganku. Jennie si wanita pengecut.

Rasa takutku sudah hilang. Tapi aku harus rela kehilangannya.
Lisa seperti pengganti dari semua rasa takut serta benciku. Sekarang semua itu hilang.
Lupakan saja, karena aku sudah terlambat dan waktu tidak bisa berputar kembali. Yang bisa aku lakukan saat ini adalah melupakannya, ya! aku bisa. Semoga saja.

"Siap Jen?" Seorang teman menghampiriku, langkahnya di ikuti oleh beberapa wanita. Aku kenal mereka.

"Yes, i'm ready..." jawabku yakin.

"Hari ini ada beberapa tamu yang datang.. katanya sih mau ngeliatin cara kita dance." Somi, teman Lisa dulu yang kini jadi temanku juga.

"Jadi nervous.." ucapku kaku.

Ini pertama kalinya tarianku di lihat oleh orang luar. Biasanya yang melihat danceku hanya rekan yang lain dan guru dance.
Minder sekali karena skill danceku masih buruk.

"Santuy ae.." ucap Yuna menepuk pundakku pelan. Cukup membantu agar aku tenang.

"Oke. fighting.." ucapku sambil mengepalkan tangan yakin.

"Fighting!" Ucap kami serempak lalu sama-sama terkekeh.

Aku. Jennie yang dulu kaku. Yang dulu anti sosial. Aku masih Jennie yang sama tapi dengan sifat yang berbeda dan sedikit berubah jadi lebih baik.

Langkahku ragu tapi terus mengulangi beberapa kata yang pernah dia ucapkan. Menghafal dan mencobanya satu persatu. Aku berhasil karena semua ucapan Lisa memang benar bahwa aku harus berani melakukan apapun tanpa takut resiko yang akan datang.

Somi memberiku tanda agar bersiap. Aku juga kembali mengencangkan tali sepatu.

Kini aku siap dengan dunia yang baru, tanpa Lisa tanpa Lisa dan tanpa Lisa aku bisa!!

Tekadku sudah bulat. Aku meyakinkan mental untuk naik ke lantai tempat kami akan perfome.
Anehnya tubuhku masih saja bergetar, gugup berlebihanku ini harus segera di buang, ingat kata Dia. Lisaku.

"Anggap mereka hanya kursi kosong." Gumamku sebagai kata terakhir sebelum aku naik ke lantai dance.

Aku sudah berada di posisiku begitupun dengan yang lain juga sudah berada dalam posisinya. Kami mulai menyambut kedatangan kelima orang yang duduk berwajah angkuh di depan. Memperkenalkan diri secara bergantian, aku berusaha memberikan senyuman terbaikku.
Hal ini baik-baik saja sebelum.....

"Maaf saya terlambat."

Suara itu.. aku kehilangan rasa sadar, tubuhku seolah melayang dan jatuh ke tempat lain, apakah itu benar suaranya? Aku hanya menunduk karena detik ini merasa ingin lari sejauh yang aku bisa. Aku enggak suka tempat ini! Telingaku mulai mendengungkan sebuah nama yang saat ini enggak ingin aku dengar.

"Eh itu Lisa kan?"
"Bener itu Lisa."
"Lisa, waw, bangga gue sumpah."

Aku menutup kedua telinga dengan tangan. Membuat suara mereka menyebut nama Lisa enggak lagi terdengar.
Aaku bahkan menutup kedua mata. Enggak ingin melihat apapun yang terjadi, entah itu benar Lisa atau bukan, dia sudah tidak bisa lagi aku miliki untuk sebagai teman ataupun lebih. Ini sakit rasanya.

"Jenieeeeee..!"

Aku menghiraukan beberapa temanku yang memanggil.
Aku harus lari dari tempat itu, enggak peduli seberapa penting acaranya. Aku enggak ingin terus terperosok dalam bayangan Lisa.

J + L (GXG) completeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang