Hai kembali lagi di story ini 😊
Gak lama kan? Seminggu doang kok 😆
Jangan lupa vote & coment nya yaa 😄
Happy Reading!!!
▪︎▪︎▪︎
"Ternyata lo masih inget gua juga. Oh ya, semoga betah disini, kalau ada yang mau lo tanyain, tanya aja ke gua. Gua permisi, bye cantik," ujar Devan sambil mengedipkan matanya genit dan tersenyum menyeringai lalu pergi begitu saja dengan langkah angkuhnya.
"Yaudah sana lo pergi!" usir Hanindiya.
Nindi menatap Aurel tak percaya, gadis itu masih terdiam dan tatapannya kosong. "Rel, si Devan mantan lo?" tanyanya.
Aurel mengangguk. Ia juga tak percaya akan bertemu dengan lelaki itu disini. Mereka pernah menjalin hubungan saat kelas 10, keduanya dulu pernah dekat karena sebuah pertandingan antar sekolah di Bogor. Dimana saat itu tim basket sekolah Aurel bertanding tim basket sekolah Devan dan lelaki itu salah satu pemainnya, yang artinya sekolah yang kini ia jadikan menambah ilmu dengan sekolah dirinya di Bogor. Tak lama setelah itu, keduanya semakin dekat dan berpacaran. Keduanya putus karena Aurel beberapa kali memergoki Devan jalan dengan wanita lain.
"Rel, gua laper nih, ayo ke kantin." Gadis itu langsung menarik lengan Aurel tak sabaran.
Sesampainya di kantin mereka mengedarkan pandangannya ke setiap sudut untuk mencari meja dan kursi yang kosong.
Namun nihil, semua meja maupun kursi sudah terisi. Kecuali meja diunjung, disana masih ada 3 kursi yang masih kosong. Disana ada Rafael yang duduk sendirian sambil membaca bukunya.
Nindi mendengus kesal sambil berkacak pinggang. "Duduk dimana nih? Udah penuh," ujarnya kesal.
"Itu masih kosong samping Rafael," ucap Aurel sambil menunjuk keberadaan lelaki itu.
"Gak mau, itu emang tempat dia. Gua gak berani."
"Kenapa lo takut? Udah nanti gua yang ngomong sama dia," ujar Aurel lalu menarik Nindi secara paksa.
Mereka berdua kini sudah berdiri tepat disamping Rafael yang sedang membaca buku. Aurel dan Nindi tampak ragu untuk memanggil lelaki itu. Nindi menepuk bahu Aurel menyuruhnya untuk berbicara.
Aurel menghela napasnya ia memberanikan dirinya karena ia kini sudah tahu antara didiamkan atau dimarahi lelaki itu.
"El, kita duduk disini ya. Soalnya di tempat lain udah penuh," ucap Aurel berhati-hati dan sesuai dugaannya, Rafael hanya diam tak membalasnya.
Aurel menengok kearah Nindi, dan temannya itu memberi kode untuk bertanya lagi.
"El, boleh gak?"
Dan kembali didiamkan oleh Rafael, Aurel menghela napasnya dan ia memicingkan matanya kearah telinga Rafael dan tenyata lelaki itu memasang airpords, pantas saja hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURA
Ficção AdolescenteKehidupan seorang gadis bernama Aurel berubah setelah dirinya kembali bersekolah di Jakarta. Sejak dia tinggal di Jakarta banyak sekali peristiwa yang membuat dirinya ketakutan, dimulai dari banyaknya siswa dibunuh serta terror yang menghantuinya se...