Pertama menginjakkan kaki di kampus ini membuatku semakin tidak percaya diri. Berasal dari kampung, keluarga sederhana, dan wajah yang biasa saja, apa yang bisa kubanggakan. Hanya kasih sayang kedua orang tuaku dan kecerdasan yang ku miliki.
"Jaga diri, belajar yang rajin, jangan lupa sholat lima waktu," hanya tiga kata itu yang menjadi bekalku. Doa kedua orang tuaku.Selama kuliah aku selalu datang tepat waktu, begitu juga dengan tugas kuliah sebisa mungkin aku mengerjakannya. Tidak ada waktu bermain kecuali kerja kelompok. Target selesai tepat waktu itu aku selalu tanamkan ketika Teman-temanku mengajak jalan. "Ayolah, Wi. Sesekali jalan kenapa sih?" aku hanya menggeleng dan tersenyum, dan menunjuk perpustakaan untuk menolak ajakan mereka. Perpustakaan selalu menjadi tempat teraman dan nyaman kedua setelah tempat kosku.
Hari ini aku menjadi wisudawan terbaik, empat tahun kuliah dengan nilai tertinggi dan tentunya beasiswa dari kampus untuk lanjut S2 membuatku jadi perhatian. "Kuharap Kamu mempertimbangkannya," tawaran kerja di sebuah kantor bonafit pun menghampiri. Hanya air mata haru kini yang ada. Tidak ada lagi rasa lapar, baju yang sepuluh pasang selama kuliah aku padu padan agar tidak terlihat itu-itu saja. Memakai sepatu dan tas bekas. Aku simpan semua deritaku karena tidak ingin merepotkan orang lain. Bahkan tidak ada tempat untuk pulang dan bersandar ketika lelah karena rumah dan kedua orang tuaku hanyut terbawah banjir bandang seminggu setelah melepasku hari pertama kuliah.