THREE : David and Goliath, If They Were Fighting For A Girl
...
"You're a queen, but I'm just a pawn. When kings retreat, pawns cannot. I'd do it for you, my queen, but may I ask, will your king ever do the same for you?"
- Mario William Trisaka
...
"Victoria...?"
Gadis itu mengambil tempat duduk di kursi plastik seberang, menyilangkan tangannya di depan dada. "Gue tahu kalian anak orienteering gak masalah ngelap-ngelap ingus pake pantat tupai sekalipun, tapi tolong jangan begitu di depan gue. Pakai tisunya."
Mario menurut, buru-buru mengeluarkan dua helai tisu untuk menyeka hidungnya. Meski melihat gadis setengah dewi itu dari jarak sedekat ini bisa mengakibatkan anomali jantung pada usia yang sangat dini, ia memberanikan diri untuk berinkuiri. "Lo kenal gue?"
Victoria menoleh. "Lo cowok yang ada di ruang orienteering," balasnya singkat. "Gue gak kenal lu atau gimana, tapi kita satu sekolah."
Laki-laki itu mengangguk, senang kalau ia bahkan sedikitpun dikenali. "Makasih tisunya." Ia hendak mendorong bungkusan itu kembali untuk Victoria, tetapi gadis itu mengangkat tangannya tidak acuh.
"Pake aja. Kepala lu kayak baru dilempar batu."
Mario baru teringat pada luka di kepalanya, dan buru-buru mengambil beberapa helai tisu lagi untuk membersihkan darah di pelipisnya.
Victoria menyandarkan tubuhnya ke belakang kursi. Dominik lama sekali. Padahal ia yang duluan mengajaknya bertemu.
Ia melirik lelaki asing di sebelahnya yang asal mengelap darah kering di sekitar pelipisnya. Victoria menghela napas berat, nyaris sebal, sebelum membuka mulut dan berkata,
"Agak kiri."
Mario berjengit. "Apanya?"
"Agak kiri," tunjuk Victoria pada kepalanya. "Agak kiri masih belum kelap."
"Oh." Mario kembali bekerja, tetapi Victoria mendecak.
"Kiri gue, bukan kiri lo."
"Iya, iya, sori."
Untuk sesaat keduanya hanya diliputi diam. Victoria sibuk mengetuk-ngetukkan sepatu haknya ke jalan berbatu sambil mendumel dalam hati. Mario memilih untuk diam menekan luka di kepalanya dengan tisu sambil sesekali melirik gadis di sebelahnya.
Mungkin ini karena kekurangan darah sehingga ia mulai halu, tetapi ia cukup yakin Victoria juga meliriknya sekali dua kali.
"Vic- uh... Victoria?"
"Panggil aja Vicky," balas gadis itu tanpa menatapnya. "Atau Tori. Terserah yang mana."
"Vicky," putus Mario gugup. "Iya, Vicky. Kenapa lo disini?"
"Kenapa lo disini?" Gadis itu balas bertanya. Ia melirik jam tangan tipis di tangannya yang harganya mungkin berapa ratus jutaan. "Sekarang uda jam sebelas, dan setahu gue lo ga tinggal di daerah sini."
Tempat ini terlalu elit untuk Mario. Jujur saja.
"Gue cuma jalan-jalan," jelas lelaki itu sambil menunduk. "Untuk udara segar."
"Kepala lo kepentok apa?"
Mario menekan lukanya kaget, tapi menyesal sepersekian detik kemudian ketika ia mengaduh-aduh sakit. "Ga penting kepentok apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
check-mate. | wonyoung, win
Фанфик[ON-HOLD] "You're a queen, but I'm just a pawn." Victoria Anastasia tidak pernah menginginkan lebih dari memasangkan sahabat masa kecilnya Daffa dengan perempuan yang tepat-- alasan satu karena sayang, alasan dua karena ia butuh Daffa untuk konsen...