✨✨✨"Bisa gak, kamu udahan aja doyan makan kentang," komenku dari tempat cuci piring.
Piya mengangkat dagu, tersenyum lebar. "Nggak, gue gak bisa," balasnya tanpa berhenti mengunyah kentang-kentang tak bersalah dan berdosa.
"Ish!" decakku. Dia emang manusia-ralat. Penyihir paling nyebelin seantero Nusantara. Kayaknya, sih. Aku belum pernah ketemu penyihir selain dia.
"Eh, kalo dipikir-pikir lagi, meski gue males mikir," cetusnya.
Kalau dia males mikir, ngapain mikir ya ampun.
"Tapi karena gue udah terlanjur mikir, yaudah lanjutin aja," lanjutnya. "Lo belum punya nama, ya? Padahal kemarin udah masuk chapter satu." Dia mengelap mulut dengan tisu.
Iya juga, ya. Berarti sekarang udah masuk chapter dua, sedangkan aku masih belum punya nama. Emang aku cuma kentang.
"Lo pengen punya nama yang gimana?" tawarnya.
Hm, apa ya? Aku sih ngebayangin punya nama Gigi Hadid pasti keren banget. Siapa tahu aja Zayn Malik nyasar ke Indonesia dan jatuh cinta sama aku.
Pake sihir tentu saja.
"Gigi Ha-"
"Yaelah, kekerenan," sembur Piya. Dia mengetuk jari-jarinya di meja, seperti menekan tuts piano. "Lo nyari nama jangan yang barat-barat gitu. Kita ini lahir di Indonesia. Oh, lo lahir dari kebun gue."
Ya ... sialan.
"Karena lo dari kentang, dan berasal dari halaman belakang. Gimana kalo nama lo Keke aja!" Pekiknya kegirangan, memamerkan gigi taring tajamnya.
Aku gak terima dong. Masa main deal-deal aja. Apaan tuh? Keke? Wtf, emangnya aku ini Keke bukan boneka yang sempat trending di YouTube?
Kentang-kentang gini, aku cukup eksis dan melek teknologi.
"Gak gak gak!" bantahku gak terima. Seenak jidat ngasih nama orang. Aku tahu jidat aku jenong, cocok buat lapangan sepak bola. Tapi kan, seenggaknya kasih nama yang keren kek.
Arsya kek, Charlotte kek, sekalian aja Chelsea Islan kek. Lah ini Keke?
"Aku gak mau! Nanti dikatain 'Keke bukan manusia manusia manusia' sama kamu," seruku sambil menirukan tarian dalam video klip.
Piya terdiam, berdeham dan tersenyum menatap langit-langit rumah. "Lo mau tahu asal-usul kenapa gue dinamain Piya?"
Kepo, aku lantas mengambil tempat duduk di sisi lain meja makan.
"Apa apa? Kasih tau dong. Gak gosip gak asik."
"Kata Nyokap, pas gue lahir dia sama sekali gak siapin nama anak cewek. Kirain yang lahir bakal cowok cakep. Eh, malah gue, cewek. Juga cakep sih."Telingaku mau muntah mendengarnya.
"Lalu, Bokap yang lulusan FIB Peyihir di UM (Universitas Menyihir) punya ide cemerlang. Karena gue adalah penyihir, dan penyihir itu di awali dengan huruf 'P'. Jadi Bokap ngasih nama gue Piya," katanya panjang lebar.
"Udah?" tanyaku.
"Iya, udah. Segitu aja biar gak sepanjang jalan Anyer sampai Panarukan." jelasnya.
Apa waktu yang sangat berharga baru saja terbuang sia-sia? Sesimpel itu? Dia serius?!
"Jadi gimana," gumam Piya, keningnya berkerut. "Lo mau gue kasih nama Keke? Nanti kita syukuran bubur merah putih kalau mau."
Mataku berkedip.
"Nggak mau."
"Siap-siap nanti malem gue balikin lo jadi kentang lagi."Bagus, aku diancam.
Sesungguhnya, aku berusaha menjadi manusia yang lebih baik lagi, meski aku cuma kentang.
Aku mendesah, "Iya, namaku Keke."
"Coba nama lo apa? Gue gak denger." godanya.
"Keke, namaku Keke-! Budeg banget sih." teriakku, ingin rasanya menghardik Piya dan memasaknya dalam kuali besar.
"Oh ... Keke, ya?" Dia menyeringai. Gawat, aku tidak menyukai ekspresinya yang ini. "Upupu~ Keke bukan boneka, apalagi manusia~" ejeknya.
Mulai deh.
"Keke bukan manusia, manusia, manusia," lanjutnya. Dia berdiri di atas meja, menjentikkan jari, seketika alunan musik mengiringi suara sumbang dan tarian kacaunya. Iya, itu berkat sihir.
Mampus. Aku sudah bilang bukan, kalau dia pasti bakal nge-bully aku habis-habisan.
Untungnya, aku ini hanya sebuah kentang.
✨✨✨
Jangan lupa jaga kesehatan dan tinggalkan jejak~!
Salam kentang 🥔
KAMU SEDANG MEMBACA
Potato & The Witch
FantasyAku heran sama manusia yang ngaku-ngaku dirinya kentang. Nggak kok, aku gak ngatain mereka narsis atau pansos. Cuman sedikit lucu aja. Kenapa aku bilang begini? Soalnya, ada rahasia yang aku simpan baik-baik. Aku ini kentang. Bukan, aku gak lagi...