Perkenalkan namaku Aldo. Umur 18 tahun dan sudah kelas 3 sma. Aku tinggal di kota X dengan keluargaku papa dan mama dan adik perempuanku yang berusia dua tahun lebih muda dariku bernama Ghina. Tiap tahun, keluarga kami punya tradisi untuk liburan ke pantai. Waktu masih kecil dulu kira-kira kelas enam SD tentu saja tiap habis main di pasir aku masih mandi bersama Ghina adiku di kamar hotelku. Aku selalu mentertawakan tubuh dan selangkangan adik perempuanku itu karena bentuknya rata dan aneh sedangkan aku bangga dengan batang kemaluanku dan biji yang menggantung sebagai laki-laki. Papa bilang, penis dan biji testikelku itu adalah sumber kekuatan kaum lelaki yang superior daripada wanita. Ketika aku menanyakannya pada mama, mama hanya tersenyum saja.
Besoknya aku dan Ghina kembali main di pantai, kami bermain bola berdua main tendang-tendangan layaknya anak kecil. Di satu waktu tiba-tiba saja adikku itu menendang bola dengan asal sampai tak sengaja mengenai biji kemaluanku. Rasanya begitu sakit sekali seperti ingin muntah perutku. Aku terjatuh sambil memegangi bijiku sampai akhirnya menangis. Ghina tak mengerti apa yang terjadi padaku karena sekeras-kerasnya anak perempuan menendang bola tentunya masih kuat tendangan aku. tapi rasa sakit yang kurasakan begitu hebat. Mama menjelaskan kalau biji kelamin laki-laki itu sensitif dan lemah dan harus di jaga. Tapi papa bilang jangan khawatir karena kalau aku sudah besar nanti aku bakal lbih kuat.
Beberapa tahun kemudian aku pun menginjak kelas 3 SMA. Tentu saja aku tak boleh lagi mandi bersama Ghina karena aku sudah besar. Di kamar mandi, aku melihat penis dan biji kelelakianku sendiri. Sudah semakin besar dan membuatku semakin bangga. Aku sudah puber dan punya ketertarikan sama wanita.
Di kelas, aku punya teman perempuan bernama Devi. Dia cantik, seksi, dan feminim dan dialah perempuan yang aku taksir. Suatu waktu sehabis pelajaran olah raga aku tergoda mengintip Devi yang sedang berganti baju. sialnya perbuatanku itu ketahuan oleh sahabatnya yang bernama Bella. Bella adalah gadis yang tomboy yang meskipun cantik aku benci sifatnya yang galak suka menentang dominasi laki-laki. Dia marah dan menyuruhku minta maaf. Aku tertawa dan bilang pada Bella siap dia nyuruh-nyuruh aku. Bella tambah marah dan menantangku berkelahi.
"Udah Bella gakapa-apa, aku gak masalah kok" kata Devi kepada Bella, tapi Bella tetap ngotot ingin berantem. "Biarin Vi, sekali-kali harus dikasih pelajaran laki-laki tuh!"
"Nanti kamu luka"
"Tenang aja ga apa-apa"
Aku hanya tertawa dengar itu. Yang bener aja ada perempuan nantang laki-laki berantem? Aku Aldo si ketua klub bela diri di sekolah pastilah gampang mengalahkan Bella. Aku punya rencana jahat akan kurobek baju Bella nanti pas berkelahi.
Akhirnya kami berkelahi di ruang olahraga ditonton beberapa teman, sengaja sore2 dan pintunya ditutup biar tak ketahuan guru.
"Hoi pecun lo yakin nantang gue berantem hahaha!" kataku sombong pada Bella, Bella lalu menatapku tajam dan bersiap-siap menyerang. Bella yang menyerang pertama dia berusaha memukulku. Aku yang lebih kuat dan punya teknik bela diri tentu bisa menepisnya. Dia terus memukul dan menendang aku bisa menghindarinya sambil tertawa-tawa. Lalu Kudorong tubuhnya sampai dia terjatuh, begitu hendak aku tindih dia cepat berguling, rupanya lincah juga.
Bella masih kuat berdiri dan dia menyerangku lagi. Kali ini kutarik tangan Bella lalu kucengkeram badannya dari belakang sambil meremas-remas dada Bella. Bella berusaha berontak dan berteriak-teriak tapi tentu saja aku lebih kuat. Aku terus memijat buah dadanya. Dan tentu saja teman-teman yang lain bersorak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekuatan Yang Rapuh (Cerita Femdom Ballbusting)
Teen FictionKumpulan Cerita tentang Ballbusting. Perempuan mengalahkan lelaki. Girl Power. UNTUK 18+ taun keatas. WARNING : sarat adegan kekerasan dan cedera