Bagian 02

492 33 4
                                    

Berdiam dan marah adalah hal anak-anak untuk seorang ayah yang baik.

***


Bruk!

"Awh, hahahahaha!"

Anisa mengulum senyumnya, ingin sekali dia tertawa di keadaan lorong rumah sakit yang tengah sunyi ini. Belum lagi anak kecil itu, kenapa dia jatuh justru tertawa bukannya menangis. Apa dia salah rumah sakit? Apa dia pikir ini rumah sakit jiwa.

Astaghfirullah! Anisa buru-buru membuang pikiran jeleknya, kemudian berjalan melangkah mendekati anak kecil itu.

"Kamu enggak apa-apa?" tanya Anisa, dirinya ikut berjongkok untuk menyesuaikan posisi dengan si gadis kecil.

Gadis kecil itu mendongak, kemudian tersenyum lebar-lebar sehingga menunjukkan deretan giginya yang tidak bagus. Ya, ada beberapa gigi yang tidak bagus di sana, akibat kebiasaan memakan permen sepertinya.

"Ulya?" ujar Anisa terkejut, dia tidak mengangka kalau anak kecil yang terjatuh itu adalah Ulya.

Mengingat kalau Ulya--anak dokter Aidil--akan selalu mengenakan pakaian tertutup serta jilbab imutnya. Tapi, kali ini Ulya memakai baju tidur anak perempuan yang biasanya ia kenakan saat di rumah.

"Hehe, Bunda," ujar Ulya meringis.

Bunda?

Anisa menyerngit bingung, kenapa anak perempuan itu memanggilnya Bunda? Apa dokter Aidil yang menyuruhnya mengatakan demikian.

Ah, tidak-tidak. Aku tahu dokter Aidil masih sangat mencintai Mbak Zahra. WOILAH NISA, MIKIR APA KAMU?

"Ulya kesini sama siapa? Udah ketemu sama Appa belum?" tanya Anisa. Ya, melihat penampilan Ulya saat ini sepertinya dia baru sampai di rumah sakit, dan sepertinya dia kesini di antar oleh Andika--adik kandung dokter Aidil.

"Kak Anisa!" lirih Ulya dengan mata sendunya, wajahnya seperti mengutarakan perasaannya yang tengah pilu entah karena apa.

Ulya memang memanggil Anisa dengan panggilan Kakak, mengingat usia Anisa yang masih dua puluh tiga tahun serta sosok Anisa yang sangat menyukai anak-anak imurt seperti Ulya.

"Kenapa sayang?" tanya Anisa lembut.

"Gendong! Ulya mau es klim, Kak," rengek Ulya.

Anisa terkekeh geli, mulut kecil dengan pipi tembam Ulya membuatnya menggemaskan saat mengatakan 'es klim'. Anisa dan Ulya memang kerap bermain bersama saat Ulya ikut ke rumah sakit Appa-nya, Ulya nyaman begitu juga dengan Anisa yang menyukai anak imut seperti Ulya.

"Ayo, Kakak yang traktir ya."

Ulya tersenyum, kemudian menjulurkan kedua tangannya ke depan. "Gendong."

"Hah?" Anisa terkejut mendengar ucapan Ulya.

Sebenarnya Anisa sedikit keberatan karena Ulya itu agak gendut dan berat, bahkan Anisa sering berpikir kalau dokter Aidil terlalu berlebihan memberikan putrinya makanan.

Kalau nanti obesitas bagaiman?

"Jalan aja ya, Kak Nisa capet baru selesai tugas," ucap Anisa meminta pengertian.

Ulya mendadak cemberut, dan menggelengkan kepalanya. "Gak mau, Kak. Kaki Ulya sakit."

"Hah? Gitu ya, nanti siap beli es krim kita obatin kakinya ya."

Ulya kembali tersenyum dan mengangguk senang. "Kak, jadi Bunda Ulya mau?"

Anisa menggeleng pelan, seraya mengangkat tubuh gendut Ulya kedalam gendongannya. "Vanilla apa cokelat?"

"Vanilla."

"Siap Boss kecil," tutur Anisa, kemudian mencium pipi tembam gadis kecil di gendongannya.

Sepanjang koridor rumah sakit, Ulya tak henti-hentinya bernyanyi sesuka hatinya. Menyanyikan lagu-lagu yang sudah di ajarkan oleh guru TK-nya, dari mulai kebun bunga hingga 123.

"Ulya belajar nyanyi di sekolah, ya?" tanya Anisa.

Ulya mengangguk. "Seluu banget tau, Kak."

Anisa mengangguk. "Kalau pulang siapa yang jemput, Ulya?"

"Appa!"

"Appa jemput Ulya setiap pulang sekolah?"

"Iya, Kak."

"Ooh."

"Kakak mau lihat Ulya nyanyi, gak?"

"Mau denger, Ul. Bukannya mau lihat," kekeh Anisa.

"Aduh, salah Boss!" Ulya menepuk jidatnya, sembali terkekeh geli mengingat kesalahannya.

"Ulya?"

Anisa menghentikan langkahnya, matanya beradu dengan sosok pria di hadapannya.

Dia ... dokter Aidil. Wajahnya memerah melihat sosok Ulya gendongan Anisa.

Satu hal di kepala Anisa saat ini. Kenapa dokter Aidil kelihatan begitu kesal saat ini?

"Saya cuman--"

"Turunin anak saya."

"Appa, Ulya mau--"

"Turunin anak saya sekarang!"

***

💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻

Jangan lupa vote and coment.

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang