02. Awal berjumpa

135 59 63
                                    

Erlangga Religa, atau bisa saja di panggil dengan panggilan Angga itu sedang menuruni motor ojek online yang baru saja ia tumpangi. Lelaki itu lantas berjalan memasuki area sekolah, setelah menyerahkan helm kepada bang ojek tadi, serta membayar ongkosnya.

Yah, seperti kalian lihat, Angga setiap hari selalu mengendarai jasa ojek untuk pergi ke sekolah. Ia sama sekali tidak memiliki kendaraan motor atau bahkan mobil. Ia tidak memiliki apapun. Bahkan untuk kehidupan sehari-hari saja ia harus berkerja setelah sepulang sekolah, anggap saja itu adalah bekerja paruh waktu. Kadang juga, ia harus mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tiba-tiba langkah Angga berhenti sejenak, saat manik Angga menatap Daira di parkiran yang kini kebetulan menatapnya juga. Sedetik setelahnya Angga menyeringai kecil, saat gadis itu buru-buru mempercepat langkahnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya kecil, lucu dengan tingkah gadis itu. Padahal, dia sendiri yang terang-terangan melihatnya, tapi giliran diliatin balik, malah salting.

Angga melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya. Dan sangat-sangat kebetulan juga ia sekelas dengan Daira. Angga menaiki tangga demi perlahan, hendak melewati koridor kelas Dua-belas.

"Angga."

Seseorang memanggilnya. Angga menoleh, saat mendapati seseorang lelaki yang ia kenalinya kini sudah berdiri disampingnya. Lelaki itu merangkul tubuhnya dengan enteng.

"Tumben lo berangkat jam segini, Dan?" tanya Angga, menatap temannya yang bernama Aidan.

Aidan menghela nafas pelan. "Kesel banget gue dah! masa ya, gue di suruh jemput pacar gue kerumahnya buat nganterin dia sekolah, tapi padahal dia sendiri udah di sekolah sejak tadi pagi!"

"Trus apa hubungannya lo dateng jam segini?"

Aidan melongo. Dasar lola banget punya temen. "Gini loh Ang! gue telat ya gara-gara pacar gue itu, gue nungguin sejam didepan rumahnya, nyatanya gue di kerjain."

Angga mengangguk paham.

Ting.

Suara notifikasi ponsel milik Aidan berbunyi. Aidan dengan cepat mengambil ponselnya. Lantas beberapa saat, bibir milik Aidan kini bergerak dengan cepat, mengomel-ngomel sambil jarinya berlari diatas layar ponsel.

"Buset, nih cewek mau bikin gue sengsara apa gimana sih? Lama-lama gue putusin juga kalau gini mah." dumel Aidan, sedangkan Angga hanya memasang wajah datar.

"Kenapa lagi cewek lo?" tanya Angga.

"Nih, dia minta di beliin sarapan, roti sama susu di kantin. Dia kate gue pesuruhnya apa? ck! Gini banget punya pacar." ucapnya dengan nada kesal sekali lagi. "Yaudah gue duluan ya Ngga, mau beliin sarapan cewek gue dulu."

Angga berdehem lirih. Menatap kepergian Aidan dengan gelengan kepala kecil. Selalu saja mengeluh tentang pacarnya yang terus-menerus membuatnya kesal, namun tetap saja lelaki itu tetap menuruti permintaan gadis itu. Hadeh, dasar Aidan.

Angga tak terlalu memikirkan, ia melanjutkan langkahnya kembali. Namun, saat ia mulai ingin berjalan di koridor kelas 12, tak sengaja maniknya menatap Daira yang sedang berbicara dengan seorang lelaki.

Lelaki itu menyeringai kearah Angga, namun Angga tak menunjukkan ekspresi wajah apapun. Dapat Angga lihat lelaki itu mengacak-acak rambut Daira. Angga sedikit terkecoh, namun ia dapat mengendalikan dirinya.

Apa-apaan? kenapa ia kesal?!

Tidak, tidak mungkin ia menyukai gadis agresif seperti Daira. Itu tidak akan mungkin terjadi. Apalagi dia seorang yang sangat berbahaya dan seorang ... leader geng!

DAIRA || Fierce LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang