03. Masalah urusan

134 52 45
                                    

Happy Reading!

***

Bel istirahat telah berbunyi beberapa saat yang lalu. Kini Daira dan juga ketiga temannya sudah berada di kantin sejak tadi. Daira dan Laras masih menunggu kedatangan Rosa dan Sasya yang sedang membeli makanan. Tak lama dari itu, mereka berdua datang membawakan empat mangkuk bakso dan empat gelas es teh.

"Wih, cepet juga lo pada." gumam Laras sambil mengambil satu mangkuk dari nampan yang di bawa Sasya.

"Mang Irul mah cepet." sahut Sasya yang kini mulai menuangkan kecap ke dalam mangkuknya. Mang Irul itu salah satu pedagang staff kantin yang menjual bakso.

Tiba-tiba pikiran Daira teringat dengan sesuatu. "Oh iya, gue inget. Lo pada mau ikut gue gak?"

"Kemana?"

"Ke cafe deket sekolah ini. Katanya cafe itu nanti malem bakalan ada acara peresmian. Lo pada mau ikut gak?" tanya Daira sambil mengunyah bakso lalu menelannya. Sebenarnya, Daira pun belum bercerita bahwa cafe itu milik kakaknya.

"Oh Cafe yang baru itu?" sahut Laras, yang teringat dengan Cafe yang ia baru saja di lewatin kemarin.

Daira mengangguk. "Ikut gak?"

"Gue ikut, Ra." ujar Rosa dengan antusias.

"Gue juga ikut." seru Sasya.

"Kalau semua ikut sih, ya gue juga ikut." ucap Laras sambil menganggukkan kepalanya.

"Nanti malam ya jam tujuh, oke?" seru Daira lantang.

"Siappp!" jawab mereka kompak lalu tertawa bersama.

Memang itulah persahabatan mereka, jika mereka membalasnya dengan kompak pasti akan tertawa semua. Tak ada yang bisa menandingi persahabatan mereka. Sejak dulu, mereka selalu bersama, mereka akan melakukan apapun bersama.

Banyak sekali rahasia yang ditutupi oleh Daira, mereka hanya mengetahui secuil informasi dari hidup Daira. Daira yang mereka ketahui hanya Daira nakal dan ceria seperti biasanya. Tapi, hanya sifat itu saja yang mereka ketahui. Sebenernya, mereka tidak tau bagaimana dengan keadaan mental gadis itu.

"Hai Daira."

Seseorang menyapanya. Daira mendongak, lantas ia melihat Ajuna sedang berdiri di sampingnya, sambil membawa nampan berisi makanan. Daira menyeringai kecil dalam hatinya.

"Gue boleh gabung?" lanjutnya. Ajuna langsung duduk di sebelah Daira tanpa mendengar jawaban darinya. Lantas mengapa tadi bertanya?

Laras menengok Daira yang berada di hadapannya, dan menunjuk Ajuna dengan dagunya. Sedangkan Daira yang paham hanya memutar bola matanya malas sambil mengedikkan bahunya.

Laras beralih menatap Ajuna yang sedang memakan makanannya. "Lo ... Ajuna, kan?"

Ajuna mendongak menatap Laras di hadapannya, ia kemudian mengangguk dan tersenyum tipis.

Laras menoleh ke arah Sasya yang berada di sampingnya kemudian dia mengangguk dan di balas oleh anggukkan dari Sasya.

"Ekhem." Daira berdehem agak keras, memicingkan matanya menatap kedua manusia di hadapannya, yang sedang berkelahi dengan pikirannya masing-masing.

Sasya dan Laras lansung menoleh kearah Daira dan tersenyum mengembangkan. Sepertinya ada sesuatu yang di rencanakan oleh mereka pikir Daira yang was-was sendiri. Pasalnya, kalau sudah senyumnya kek gitu pasti ada batu di balik udang.

"Lo berdua gak lagi ... " Daira mulai merasakan ada yang aneh.

"Gue-"

BRAKK

DAIRA || Fierce LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang