Twenty Eight

22.4K 2.9K 772
                                    

Bilang kalau ada typo atau nama yg salah
Happy Reading


"kak jeno lepasin"

Chenle bahkan baru hendak meminum susunya, dan Taeyong baru akan mengganti channel televisi di depannya, sebelum perhatian kedua lelaki manis di ruang tengah itu teralihkan ketika mendengar suara dari aran pintu asrama.

mata masing masing keduanya menangkap hal yang membuat mereka memasang raut bingung.

Jeno, dengan wajah memerah seperti
menahan emosi, menarik tangan Jaemin
dengan kuat menuju kamar mereka. sementara si mungil yang ditarik, terus meronta sambil mengeluh sakit di pergelangan tangannya.

Taeyong yang sedikit tak suka melihat hal
itu hendak bangkit, namun Chenle segera
menahannya.

"jangan, kak," kata Chenle.

"kakak gak mau nana diapa-apain, ya, lele. kamu gak liat itu?"

Chenle mengangguk, "tapi kak jeno keliatan marah banget. kayaknya mereka butuh ngatasin berdua. nanti kalo udah keterlaluan baru kita samperin, ya?"

Taeyong mendengus, lantas kembali  mendudukkan dirinya di samping Chenle meraih remot kembali untuk memindahkan channel televisi di hadapannya.

sementara itu, di lain suasana yang sedikit suram, Jeno menarik keras lengan Jaemin masuk ke dalam kamar mereka, menutupnya dengan keras kemudian menguncinya.

bruk!

"akh!"

tubuh mungil itu didorong hingga punggung
sempitnya membentur pintu, kedua tangan kekar menyusul, bertengger pada tiap sisi tubuh Jaemin, mengukungnya dengan tubuh yang sengaja dihimpit.

Jeno menatap Jaemin dengan kedua alis
menukik, sorot matanya sangat tajam, menatap Jaemin dengan tatapan mengintimidasi.

"maksudnya apa?" tanya Jeno dingin, hampir berbisik.

Jaemin diam, masih sibuk dengan rasa sakit di punggungnya.

"jawab Na Jaemin"

tubuh Jaemin sedikit tersentak ketika Jeno
membentaknya dengan keras.

"k-kak."

"lo bela dia, hm?"

Jaemin menggeleng, menatap Jeno dengan
wajah memelas minta dikasihani.

"terus maksud ini apa?"

Jeno menunjuk pipi kanannya yang memerah, "lo tampar gue karena gue nonjok dia?"

"gue salah?"

"salah, kak:"

mendengarnya, membuat Jeno menggertakkan giginya.

"terus lo pikir gue salah gitu marah-marah
liat pacar sendiri ditembak orang, dipeluk,
dusap-usap pipinya, hah?! salah?!"

Jaemin menutup matanya rapat-rapat. demi tuhan, ia sangat membenci tempramen buruk
Jeno. benar-benar membencinya. itu sangat menakutkan.

"lo pikir dong kalo ada di posisi gue, na. lo juga dulu cemburu, kan, liat gue acting mesra-mesra sama yeeun? terus gue gak boleh cemburu, gitu?"

"b-bukan gitu maksudnya, kak.."

suara si manis mencicit, kepalanya menunduk,
benar-benar takut dengan Jeno saat ini.

"terus apa?"

Jaemin meremat ujung kemejanya dengan erat,

"i-itu.. maaf, kak."

Jeno mendecih, "kalo ada orang ngomong tuh liat orangnya"

Adiós || Nomin ☑️(Unpublish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang