Bang Chan

1.6K 124 9
                                    


02:47 A.M





Chan terkejut mendapati Changbin tertidur di sofa meringkuk bagai kelinci kecil, ia menebak kalau anak itu beberapa waktu yang lalu pergi keluar dorm sendirian.

Tebakkannya lagi anak itu habis membeli sesuatu di minimarket yang buka 24jam disekitar dorm melihat ada kantung plastik berlogo diatas meja yang disampingnya berserakkan bungkus permen dan coca cola.

Ia menimbang-nimbang harus melakukan apa?

Membangunkan Changbin dan menyuruhnya pergi ke kamar kah... —tapi aku tak tega mengusik tidur lucunya ini

Membawa selimut lalu menyelimuti tubuh mungil itu kah... —dan membiarkannya tidur disini? Kurasa aku tidak mau.

Menggendong Changbin dan memindahkannya ke kamar kah... —umm aku lelah no no

Atau mengambil selimut lalu ikut tidur disofa disamping anak itu...? —no, nanti kami pegal-pegal

Agak geli waktu ia mengingat pilihan ketiga. Ia memutuskan untuk melakukan pilihan pertama. Sebelumnya ia membuang bungkus-bungkus kosong itu ketempat sampah sebelum digerumuni oleh semut, kemudian ia menyentuh pipi yang kini tembam milik Changbin pelan dan halus, Chan akui pipi itu lembut bagai marshmellow. Ia takjub saat merasakannya.

Changbin benar-benar pandai menjaga kulitnya.

"Changbinnie...
Hei, bangun dan pindah ke kamarmu"

Ia terkekeh melihat bibir kecil itu bergumam,

Imut sekali

Pikirnya. Sekali lagi ia mencoba membangunkan Changbin.

"Binnie... Hei bangun dan pindah ke kamarmu, disini dingin"

Berhasil karena Changbin membuka matanya perlahan menatap Chan.

"kenapa kau tidur disini?"

"ngantuk hyung..."

Chan terkekeh lagi sambil mengusap sayang rambut adiknya itu.

"ayo ayo pindah, jangan sampai kau sakit"

"iyaaa"

Yah bagi Chan, Changbin itu mirip seperti dirinya dimasa lalu. Perasaan itu ada sejak pertama mereka bertemu.

Waktu itu penilaian bulanan para trainee, ia tahu Changbin tapi ia belum melihat kemampuannya secara langsung, karena yahhh dia bolos waktu itu karena perasaannya sedang tak menentu, Jisung yang bilang bahwa ia ingin Chan melihat kemampuan Changbin dan ingin menjadikan dia rekan se-tim.
Dan benar saja, penampilan Changbin memukau semua orang termasuk dirinya. Ia menawarkan Changbin untuk jadi anggota dan semua mengalir dengan baik.
Saat itu Chan bukan hanya terpesona akan penampilan anak itu, tapi juga karena perbedaan sikapnya setelahnya, jika saat penampilan auranya begitu kuat maka setelahnya ia kembali bersikap kalau dia tidak ada apa-apanya dan masih harus banyak belajar, ia bisa tahu itu karena benar-benar memperhatikan tatapan mata yang lebih muda, banyak orang yang bilang jika mata adalah jendela hati itu ada benarnya, mirip sepertinya saat beberapa tahun yang lalu.

Hatinya menjadi kuat kalau ia pasti bisa debut bersama Jisung dan Changbin.

Changbin itu masih terbilang polos baginya, mirip dengan dirinya dulu sebelum terkontaminasi oleh perasaan putus asa dan teman-temannya... Makadari itu sebelum itu terjadi pada Changbin, ia ingin selalu disamping anak itu, menjaganya dan mengasihinya seperti seorang kakak kepada adik kesayangannya.

Setelah melalui bermacam rintangan,.. Disinilah akhirnya dia, berhasil debut, menjalani aktifitas dan memenangkan beberapa penghargaan bersama 8 orang lainnya dengan Changbin salah satunya. Sungguh ia merasa lega.

Untuk saat ini, bolehlah ia sedikit merasa tenang duduk di sofa tempat Changbin tadi tertidur untuk menjelajahi kembali ingatan yang sangat berharga.




"hyung..."

Chan menengadah lalu mendapati Changbin berdiri disebelahnya dengan selimut melingkar dikedua bahunya.

Menggemaskan

"Ah... Kenapa kemari lagi Changbinnie?"

Chan menepuk sisi sofa yang kosong disebelahnya memberi gestur agar Changbin duduk disampingnya. Setelah anak itu duduk, ia meraih bahu Changbin agar sedikit berhimpitan dengannya dengan tujuan mengelusi helaian halus milik yang lebih muda.

"Hyung sendiri... Kenapa malah jadi menggantikanku disini?"

Chan tertawa mengelusi kepala yang lebih muda, sementara adikknya itu menatapinya dengan wajah mengantuk.

Ahhh anak ini...

"aku belum bisa tidur, kau kembali ke kamar saja, disini dingin"
Chan berusaha membujuk agar anak itu pergi tidur dikamar, tapi Changbin diam.

"Aku tak mungkin dengan begitu saja membiarkan hyung insomnia sedangkan aku pergi tidur..."
Changbin merentangkan selimut lalu membaginya dengan Chan lalu meraih kepala yang lebih tua kedalam pelukkannya.

Chan tentu saja terkejut bukan main tapi mencoba tetap tenang menghadapi sikap Changbin yang senang membuatnya tak habis pikir.

"Changbinnie...?"

"Diamlah hyung... Cuma cara ini yang bisa kuingat. Kakak perempuanku selalu memelukku seperti ini kalau aku insomnia."

"oh terima kasih untuk kakakmu"

Terkekeh kecil kemudian menyamankan kepalanya di dada yang lebih muda, ia merasakan punggungnya ditepuk pelan.

"Binnie...kurang nyaman kalau begini"

"eh? Terus bagaimana? Mau ke kamar saja? Eh tapi aku tak yakin hyung bisa tidur dengar suara berisik mereka..."

"sebenarnya kau juga berisik Changbinnie.."

"eh? Masa iya?"

"ya ini jantungmu detaknya berisik sekali ㅋㅋㅋㅋㅋ"
Seketika Changbin melepaskan pelukkannya memelototi Chan yang tertawa.

"yah hyung... Aku sedang baik hati sekarang malah ditertawakan."
Protes yang lebih muda tak terima. Chan segera saja menghentikan tawanya agar yang lebih muda mau memeluknya lagi, tak dapat dibantah kalau ia suka Changbin memeluknya karena rasanya nyaman.

"maaf maaf... Binnie duduklah disini" Chan menepuk pahanya penuh harap agar Changbin duduk dikedua pahanya. Ajaib atau polosnya anak itu menurut saja duduk berhadapan dipangkuannya. Seorang BangChan sangat suka ini.

"Hyung ayo tidur..." Changbin kembali memeluk yang lebih tua.

"iyaa iyaa"

Dengan nyaman punggung tegapnya bersandar pada sofa dengan Changbin yang bersandar pada tubuhnya.

Ia bisa merasakan detak jantung keduanya dengan nyaman, wangi yang menguar dari helai halus itu menyapa indra penciumannya yang menghantarkan rasa rileks bagi ototnya.

Ia menoleh untuk melihat apakah adiknya ini sudah tidur atau belum.

Sekali lagi Chan terpesona pada wajah polos yang lebih muda. Nafas keduanya beradu dan dapat ia rasakan pikiran anehnya untuk menyapa bibir sewarna peach itu sebentar saja.

Walaupun ragu, ia tetap melakukannya.

Mencuri sebuah kecupan ringan penuh sayang.

"my babyboy goodnight...

And i love you"







END.












"hyung mencuri ciuman itu tidak boleh..." —oh damn dia kepergok

"ugh sorry Binnie"

"tapi kalau untuk hyung, kau bisa memintaku melakukannya"

oh Damn i love it

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISS | Changjin Chanbin Changsung Changwoo MinBinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang