2. Rayuan tengah malam

23 1 0
                                    

Seokmin menunduk, sedaritadi terus mengutuk wanita yang tengah duduk sembari bersilang tangan didepannya. Pria berhidung kelewat mancung itu memainkan jari-jari panjangnya, tak tahu harus melakukan apa lebih tepatnya. Kasihan telinganya. Ocehan dan nasihat panjang lebar dari Jo Seonsangnim membuat kepalanya serasa ingin pecah. Wanita berusia kepala tiga itu tak berhenti berbicara sejak tadi, sesekali memukul meja didepannya membuat Seokmin setengah hidup bukan main kesalnya.

"Semudah itu kau bilang kau ketiduran? Kalau begitu semudah itu juga tanganku ini mencoret nilai penilaian semestermu dan menggantinya dengan nol!"

Seokmin menggerutu. Sungguh, entah apa dosa yang telah ia perbuat dimasa lalu sampai-sampai Tuhan mengirimkannya guru jahat dan tidak berperasaan seperti Jo Seonsangnim. Pemuda Lee itu mendengus kecil saat Jo Seonsangnim mulai mengancam nilai penilaian semesternya diturunkan. Entah kenapa semua siswa sangat takut dengan ancaman itu. Kalau dibilang Seokmin takut, jelas dia takut. Tapi tidak sampai demam atau trauma masuk sekolah seperti kebanyakan siswa rajin lainnya. Seokmin ini sebenarnya termasuk siswa rajin, omong-omong.

"Maafkan saya, Seonsangnim. Saya benar-benar menyesal. Saya tidak akan mengulanginya lagi" Akhir kata, Seokmin harus berpasrah. Salahnya juga kenapa harus bermain-main dengan guru seperti Jo Seonsangnim yang terkenal karena kedisiplinannya seantero sekolah. Jo Seonsangnim bangkit dari kursinya, mengambil beberapa peralatan kebersihan disudut meja besar ruang BK. Seokmin menaikkan sedikit kepalanya. Melirik pergerakan Jo Seonsangnim dari ekor matanya. Begitu wanita berambut panjang sepinggang itu berbalik, Seokmin kaget dan buru-buru kembali menundukkan kepalanya.

"Pergi ke toilet siswa dilantai satu dan tiga. Bersihkan semuanya sampai dengan jam pelajaran saya dikelasmu berakhir hari ini" Seokmin mengambil peralatan kebersihan tersebut masih dengan hati merutuk. Dengan cepat ia bangkit, membungkuk pada Jo Seonsangnim lalu berniat meninggalkan ruang BK sebelum amukan dari guru tercintanya itu kembali menguar.

"Satu lagi. Jangan harap nilai matematikamu tetap meski sudah diberi hukuman. Saya akan kurangi 15 poin dari hasil penilaian semestermu!"

Baiklah. Coba peruntunganmu dilain hari, Lee Seokmin-ssi.

---

Seokmin melenguh. Peluh bercucuran membanjiri dahinya, turun ke pelipis, lalu bermuara di leher besarnya. Seokmin kembali mengisi ember dengan air hingga penuh, kemudian menyiramnya ke seluruh lantai toilet. Mengambil penarik air, pria itu dengan semangat menggerus lantai toilet hingga kelihatan jauh lebih bersih dari sebelumnya.

"Seokmin!"

Laki-laki itu terkejut mendapati Aiko sudah berdiri dengan khawatir dibelakangnya. Entah perasaan macam apa yang sekarang bergelayut dalam hatinya saat melihat Aiko. Semacam perasaan senang, juga bahagia disaat yang bersamaan.

"Kau dihukum?" Aiko melirik beberapa pel lantai dan sabun pembersih lantai yang diletakkan tidak jauh dari tempat Seokmin berdiri. Pria itu mengangguk, menyengir lebar seperti kuda. Seolah-olah berkata 'aku baik-baik saja' meski aslinya sih tidak.

"Kemarikan" Aiko tiba-tiba merebut sapu penarik air yang berada ditangan Seokmin hingga dihadiahi tatapan super tajam dari Seokmin. Pria itu lekas menariknya lagi seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak, tidak. Kau mau apa dengan sapu ini? Masuklah ke kelas, biarkan aku selesaikan hukuman ini dengan cepat, supaya ketika jam istirahat nanti aku bisa menemanimu makan siang, oke nona manis?" Seokmin kembali sibuk menggerus lantai. Aiko tampaknya tidak begitu puas dengan komentar Seokmin. Gadis berusia setahun dibawah Seokmin itu mencoba untuk mengambil peralatan kebersihan lain yang dapat ia lihat.

[✓] Cinematic Side (dokyeom svt)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang