1. Egois

45 3 0
                                    

"Bodoh, Lee Seokmin sialan!"

Meja belajar super berantakan itu tak lagi dihiraukan Seokmin, ia beralih ke kasur, menarik tas miliknya secepat kilat meninggalkan kamar bahkan tak ingat untuk mematikan lampu kamar tidur yang masih menyala terang, padahal sinar matahari sudah menerobos jendela dengan gorden tersingkap tinggi. Seokmin tak lagi memikirkan semua itu. Yang ada dalam kepalanya saat ini hanyalah bagaimana caranya menjadi seorang goblin yang mampu ber-teleportasi kemana saja hanya dalam sekejap mata.

Oke, ia memang sangat kalut saat ini. Bahkan seragamnya saja tak benar-benar rapih dengan ujung kemeja yang sedikit jengat keatas, jangan lupakan rambut kusut khas seorang Lee Seokmin yang amat mengganggu sebenarnya, tapi ia bahkan tak punya waktu lagi untuk sekedar menyisir, merapikan rambutnya sendiri. Melesat menuruni anak tangga dengan langkah terburu, ia tak lagi melirik meja makan. Hanya melewatinya begitu saja bahkan tidak memedulikan tatapan tajam dari sang Ibu yang baru saja selesai berberes di dapur.

"Kau tak sarapan dulu!?"

"Tidak usah Bu! Seokmin telat!" Pekikan sang putra sulung membuat wanita berusia kepala empat itu hanya bisa pasrah, menggulung rambutnya lalu berjalan ke teras belakang. Sudah terlalu biasa bagi wanita itu disuguhkan pemandangan pagi seperti ini oleh seorang Lee Seokmin. Tak habis pikir, kenapa sang adik, Lee Dino jauh lebih disiplin daripada sang kakak. Seharusnya Dino-lah yang menjadi tetua, memberi contoh baik pada adiknya yang super pemalas -Lee Seokmin.

Seokmin membuka pintu lebar-lebar begitu memastikan sepasang sepatu sekolahnya terpasang rapih dikakinya. Pria Lee itu langsung berlari, membiarkan pintu rumahnya tertutup sendiri hingga menciptakan suara debuman cukup keras. Tak mau ambil pusing dengan semua itu, Seokmin melangkahkan kaki besarnya menuju pagar rumah. Begitu membuka pagar yang lebih tinggi satu meter darinya itu, matanya langsung menangkap penampakan punggung kecil sosok wanita. Wanita itu berdiri membelakanginya. Rambutnya pendek sebahu dengan seragam yang sama seperti yang dipakai oleh Seokmin.

"Aiko!"

Gadis yang dipanggil Aiko itu berbalik begitu Seokmin memanggilnya cukup keras, padahal jarak mereka tidak terlalu jauh. Bukannya senyum cerah yang didapatkan Seokmin, bahunya kembali menjadi sasaran empuk gadis itu. Ia mendapat hadiah pukulan dari gadis didepannya. Meski tidak terasa sakit samasekali, namun Seokmin tetaplah Seokmin. Mengeluh, memasang ekspresi memelas kasihan seolah-olah tubuhnya akan remuk saat itu juga.

"Sudah berapa kali kubilang, jangan coba-coba main game online sampai pagi di hari senin! Kau mau cari teman untuk memenuhi absen guru BK, ya!?" Seokmin menutup kedua telinganya begitu Aiko berteriak kencang mengomelinya. Pria itu meringis kecil. Wanita kalau sedang kedatangan tamu bulanan benar-benar mengerikan, pikirnya.

"Aku diajak Mingyu, tahu!" Meski kondisi sedang terdesak, pria itu masih sempat-sempatnya memikirkan pembelaan untuk dirinya sendiri. Menggunakan Mingyu adalah satu-satunya cara yang terpikir olehnya untuk saat ini. Dalam hati, ia benar-benar minta maaf pada pria Kim itu.

"Kau kan bisa menolak! Dasar kau ini, aish!" Aiko gemas. Ia mencubiti pinggang Seokmin hingga membuat pria itu menggeliat seperti cacing kepanasan, berusaha menghindari cubitan dari sang sahabat. Tanpa disangka, pria bernama lengkap Lee Seokmin itu secara spontan menangkap tangan Aiko yang masih berada dipinggangnya. Gadis itu terdiam sebentar, lalu coba melepaskan genggaman Seokmin.

"Ya, lepas Lee Seokmin!"

"Mau terus berceloteh disini sampai kita benar-benar telat ke sekolah?" Aiko mendengus. Detik berikutnya, Seokmin langsung menarik tangan gadis itu, mengajaknya berlari menyusuri blok perumahan sepi itu menuju ke sekolah. Aiko tak lagi berontak, justru hanya mengikuti Seokmin berlari disamping pria itu dengan tangan masih digenggam Seokmin dengan amat erat.

[✓] Cinematic Side (dokyeom svt)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang