3. Trofi untuknya

25 2 0
                                    

Memang benar kata orang. Semakin kau menghitung waktu, maka semakin cepat waktu itu berjalan. Seokmin-pun merasakannya. Terakhir kali ia menggores tinta merah sebagai penanda hari-hari sibuknya untuk latihan vokal kini adalah tiga minggu yang lalu. Itu berarti, tinggal tersisa satu minggu terakhir untuk mempersiapkan semuanya. Seokmin mulai menjaga pola makannya, mengurangi makanan berminyak dan terlalu manis agar tenggorokannya tidak serak saat lomba. Ia juga diwajibkan membawa air lemon hangat oleh sang Ibu setiap hari ke sekolah.

Yang paling miris sebenarnya uang saku Seokmin. Pemuda Lee itu mendapat potongan uang saku selama tiga minggu terakhir. Seokmin tidak boleh membawa banyak uang saku ke sekolah karena jika tidak, Pria Lee itu akan membeli apapun yang dijual di kantin sekolah. Putra sulung keluarga Lee itu memang gila makan, berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Dino, si bungsu yang sangat irit porsi makan. Maka dari itu, mendengar putranya akan mengikuti lomba vokal solo, sang Ibu berubah menjadi sangat menyebalkan dimata Seokmin. Hidupnya jadi dipenuhi aturan serba ketat.

Selama seminggu inipun, Seokmin cukup jarang menghubungi Aiko. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktu di ruang musik, sejak jam istirahat pertama, hingga bertemu jam istirahat selanjutnya, bahkan masih menggunakan sedikit waktu yang tersisa untuk latihan mandiri setelah pulang sekolah. Seokmin benar-benar ingin menang dan membuat bangga orang-orang disekitarnya.

Namun percayalah. Seorang Seokmin tetaplah Seokmin. Bagaimana bisa pria itu tidak merindukan Aiko? 'Merindukan dan mencintai Aiko setiap detik' akan selalu ada dalam kamusnya. Pria itu masih tetap meluangkan waktu untuk sekedar chat atau menghubungi Aiko walau sebentar. Setidaknya, pria itu tahu jika gadisnya baik-baik saja.

"Bagus!" Jihoon meletakkan lembaran kertas ditangannya lalu berdiri, memberi apresiasi berupa tepuk tangan setelah Seokmin berhasil menyelesaikan penampilannya dengan sempurna. Musik berhenti tepat disaat Seokmin merapatkan kedua kakinya, membungkuk hormat kepada para penonton yang hanya terdiri atas Jihoon, Jisoo, dan Namjoon selaku guru pembimbing. Tak hanya Jihoon sebenarnya, kedua penonton lainnya -Jisoo dan Namjoon tak kalah antusias. Jisoo sampai menitikkan air mata, begitu tersentuh dengan penampilan junior tingkatnya itu.

"Kalau begini caranya, aku yakin seratus persen kalau kita bisa menang!" Pekik Jihoon senang. Dibalas anggukan oleh Jisoo lalu Namjoon. Seokmin juga tak kalah bahagianya. Kerja kerasnya berbuah manis. Penampilannya tidak mengecewakan Jihoon, Jisoo, dan Namjoon. Ketiganya terlihat amat puas setelah menyaksikan Seokmin. Senyum lebar mengembang jelas di bibir tebal Pemuda Lee itu. Garis rahangnya melunak dengan lesung pipi sangat tipis terlihat membekas.

"Seokmin-ah, tinggal beberapa hari lagi. Kau harus semangat, oke? Jangan terlalu keras berlatih lagi. Penampilanmu sangat memuaskan. Gunakanlah sisa waktu yang ada untuk mengembalikan energimu, beristirahatlah yang cukup" Nasihat Jisoo sembari menepuk-nepuk pundak juniornya itu dengan bangga. Namjoon juga. Pria sipit itu menghampiri Seokmin, lalu keduanya saling berjabat tangan.

"Kau sudah bekerja keras, nak. Jangan lupa berdo'a sebelum tampil nanti, mengerti?"

Seokmin mengangguk, membungkukkan badannya memberi ucapan terimakasih pada tiga orang yang sangat dihormatinya itu. Seokmin berjanji dalam hatinya sendiri bahwa ia tidak akan mengecewakan mereka. Mereka yang sudah membantu Seokmi sampai ke titik ini. Termasuk Aiko. Gadis itu selalu membantunya merasa tenang lebih cepat saat ia tengah gugup. Kalau tidak ada Aiko, Seokmin merasa sangat sulit mendapat kepercayaan diri.

Ia akan menghubungi Aiko. Memberi tahu pada gadis itu bahwa Seokmin-nya berhasil. Bahwa Seokmin-nya akan berusaha menampilkan penampilan terbaiknya saat perlombaan nanti.

"Terimakasih Ketua, Kak Jisoo, Kim Seonsangnim. Saya akan berusaha!"

---

Seokmin mengedarkan pandangannya menyisir area atap sekolah yang kosong melompong, tidak ada siapapun disana. Biasanya, jam istirahat ini akan digunakan Seokmin untuk berlatih, namun ia memutuskan untuk tidak berlatih dulu. Ia ingin bercerita saja dengan Aiko. Seperti biasa, atap sekolah adalah tujuan akhir Seokmin untuk mencari, menemukan gadisnya yang memang terbiasa menghabiskan waktu istirahat disana. Tempat itu adalah tempat paling tenang dan nyaman di sekolah.

[✓] Cinematic Side (dokyeom svt)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang