Ramai. Itulah satu kata yang dapat menggambarkan dengan pasti suasana dan kondisi disekitar Seokmin saat itu. Pemuda Lee itu semakin mengeratkan pegangan tas yang tersampir di pundaknya, melirik ke kanan dan kekiri. Ia merasa sangat asing dengan lingkungan itu, sedikit takut jika harus mengajak salah satu orang disana untuk sekedar berkomunikasi. Seokmin menggeser sedikit posisinya, mencari tempat ternyaman.
Kedua onyx gelap Seokmin memicing kala menangkap perawakan sosok gadis dengan senyum lebar terpatri diwajahnya tengah bersiul sembari melangkah pasti kearahnya. Benar, gadis itu semakin mendekati Seokmin dan akhirnya sampai didepan Seokmin –tanpa melunturkan sepersenpun senyum terbaiknya.
"Halo? Boleh aku duduk disini? Disana terlalu ramai" Tanyanya lalu kemudian menunjuk kerumunan orang didepan papan pengumuman besar dekat taman. Seokmin mengangguk kecil. Gadis itu semakin melebarkan senyum dan tanpa sungkan langsung mengambil posisi disamping Seokmin. Putra sulung keluarga Lee itu semakin gugup jadinya. Entah apa alasan pasti yang membuat jantungnya kian berpacu saat gadis itu secara tiba-tiba menyodorkan tangannya ke hadapan Seokmin.
"Kita belum berkenalan," Ujarnya lembut, "Choi Aiko, panggil saja Aiko"
Seokmin menatap ragu tangan mungil didepannya. Setelah beberapa menit membiarkan Aiko terus menyodorkan tangan dan diam di posisinya, barulah Seokmin mengangkat tangannya, membalas uluran tangan tersebut dengan canggung. Pria Lee itu mengangguk, sedikit merendahkan tubuhnya.
"Aku Lee Seokmin"
"Hai Seokmin! Kau menunggu pengumuman juga? Sendirian disini? Sudah berapa lama?" Mendengar itu membuat Seokmin sedikit kewalahan akan menjawab yang mana dulu. Ia mengusap tengkuknya sebentar kemudian mulai membuka suara.
"Ya, aku disini untuk menunggu pengumuman. Aku baru saja kemari bersama Ibuku, tapi Ibu pergi ke toilet sebentar" Aiko mengangguk-anggukkan kepalanya kecil mendengar penuturan Seokmin. Ia justru terlihat sangat antusias mendengar Seokmin datang bersama Ibunya. Aiko langsung bersemangat ingin bertemu dengan Ibu Seokmin, "Aku ingin berkenalan dengan Ibumu juga"
"Kau kenapa?" Aiko melirik Seokmin yang tengah menunduk, menyembunyikan perasaan gugup yang merayap dihatinya. Ekor mata gadis itu memicing saat Seokmin menggeleng tiba-tiba, seolah mengisyaratkan jika pria itu tidak gugup samasekali. Padahal Aiko tahu betul bagaimana perasaan pria itu saat ini. Terlihat keringat dingin mulai membanjiri sekitar pelipisnya.
"Jangan terlalu gugup," Celetuk Aiko spontan, "Santai saja. Dimanapun kelasmu nanti, berarti itu yang terbaik untukmu"
Aiko tersenyum hangat, lebar sekali sampai membuat Seokmin membeku diam ditempatnya. Pria berhidung kelewat mancung itu diam-diam mengulum senyum samar. Manis sekali, pikirnya.
"Mau kunyanyikan sebuah lagu?"
"hng?"
"Supaya kau tidak gugup," Lanjut gadis itu mengukir senyum untuk yang kesekian kalinya, "Adik-adikku biasanya selalu memintaku menyanyikan sebuah lagu saat gugup. Katanya, mendengar suaraku membuat mereka jauh lebih tenang"
Seokmin awalnya menolak untuk percaya. Namun melihat gadis itu begitu antusias, kelihatannya ingin sekali mengenal dirinya, Seokmin akhirnya mengangguk. Ia sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba kepalanya bergerak mengangguk cepat. Seolah ada sesuatu yang mendorong pria itu untuk mengiyakan tawaran dari gadis Choi itu.
"Yeay! Kau mau kunyanyikan lagu apa?" Seokmin diam. Sejujurnya, ia sendiri tidak punya lagu favorit. Ia jarang mendengar musik, hanya beberapa musik pop dan segelintir jazz yang biasa diputar di radio yang sering ia dengar. Pria itu bisa dibilang sedikit kurang tertarik mendengar musik, namun ia bisa bermain musik. Maklum saja, Seokmin memang sedikit aneh.
"Entahlah" Cicitnya pelan.
"hm, kalau begitu mau kunyanyikan lagu favoritku saja?" Tawar Aiko menengahi. Seokmin akhirnya setuju karena memang ia bingung ingin memilih lagu apa. Biarkan gadis itu yang menyanyikan satu lagi favoritnya untuk Seokmin.
Bait pertama ketika Aiko mulai bernyanyi. Seokmin sudah kewalahan mengendalikan degup dan lonjakan yang ia rasakan dihatinya. Aiko bernyanyi seolah-olah gadis itu sedang berpuisi. Meski nyatanya, Aiko terlihat sangat santai saat menyanyikannya, namun entah kenapa, suara lembut gadis itu membuat Seokmin tersihir. Pria itu memegangi dadanya sendiri, berusaha sekuat mungkin menahan gejolak letupan aneh yang meraung dalam hatinya.
Satu kata yang bisa ia simpulkan dari gadis yang baru saja ia kenal selama beberapa menit yang lalu itu.
Hebat.
Dan satu kata lain ia bisikkan sendiri dalam hatinya,
Manis.
Dan hari-hari Seokmin berikutnya terus dipenuhi oleh sosok pembawa warna bernama Choi Aiko. Pria itu mulai merasakan perubahan signifikan dalam dirinya. Ada rasa mengganjal dalam hati begitu dalam sehari saja pria bangir itu tidak bertemu dengan Aiko. Ia tahu betul jika sosok Aiko telah menjelma menjadi candu untuknya. Candu yang tidak bisa ia lepaskan dalam hidupnya, barang sedetik saja.
"Bisa kau nyanyikan lagi lagu itu untukku? Supaya aku tidak gugup lagi"
Cinematic Side (end)
25.09.2020
17.11 wib
–aypixy
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Cinematic Side (dokyeom svt)
FanficBermain didalam drama kehidupan dengan segala sinematikalnya membuat Seokmin belajar satu hal. Bahwa ia harus merelakan, meskipun hatinya menolak. (Seokmin x Aiko series #2) *Special 3 years* ©All Rights Reserved aypixy present. -CINEMATIC SIDE-