"Sustel sena datang lagi loh sekalang sena udah naik TK B." Ujar anak dengan nada bicara yang masih cadel, berpipi gembul bernama Sena.
"Wah hebat, mau bertemu kakek dan nenek didalam?." Tanya seorang suster bernama Ery.
Sena pun berlari memasuki bangunan yang bertulisan "Panti Jompo." itu.
"Sena jangan lari - lari nanti jatuh." Ujar Mama Sena, "Suster Ery saya bawa masuk ya barang - barangnya."
"Boleh silahkan nyonya." Sambut Suster Ery.
Sena menyalimi semua kakek dan nenek disana, menyapa petugas kebersihan dan suster yang sebelumnya tidak ia kenali.
Hingga tiba disebuah ruangan berlatar cat putih dengan pintu yang sudah usang terlihat lampu yang tidak menyala dari dalam sana.
"Pelmisi nenek, kila - kila ini ada olangnya gak ya?." Tanya Sena kepada salah satu Nenek yang sedang duduk di sofa.
"Ada cu, seorang kakek tua tapi dia jarang keluar dari kamarnya. Cucu mau bertemu sama kakek yang ada didalam kamar itu?." Tanya Nenek.
"Ah iya sena mau ketemu sama kakeknya, mau menghibul kakek." Ujar Sena polos.
"Baiklah nenek panggilkan suster Marie buat bukain pintunya." Ujar Nenek itu sembari berdiri perlahan meninggalkan Sena memanggil suster Marie.
Sena memilin ujung bajunya, berharap Suster Marie cepat datang lalu membukakan pintu itu dan ia bisa bertemu Kakek yang ada didalam.
"Suster Marie dia minta pintu nomor 17 dibuka ia ingin bertemu dengan Kakek yang ada didalam kamar." Ujar Nenek itu.
"Oh baiklah, tapi ingat ya jangan nakal karena Kakek itu sedikit galak." Ujar Suster Marie memperingatkan Sena.
Sena mengangguk kencang.
"Oke sudah terbuka, jangan lupa salim ke Kakek ya." Ujar Suster Marie.
"Baik sustel telimakasih." Ujar Sena.
Sena masuk ke dalam ruangan itu, gelap, lembab, dan jangan lupakan bau yang begitu menyengat seperti bau buku yang sudah tersimpan lama di lemari.
Sena terus berjalan, sesekali memperhatikan keadaan kamar itu.
"Kakek, apa kakek ada didalam?." Tanya Sena ia terus berjalan, hingga sebuah meja dengan lampu duduk dan buku tua yang menampilkan halaman terbuka lebar.
"Woah ada buku dongeng." Ujar Sena antusias, matanya berbinar ia berjinjit berusaha mengambil buku yang ada dimeja itu.
"Siapa yang suruh masuk kesini?."
Suara itu mengejutkan Sena dan hampir saja ia terjatuh.
"Tapi kek aku cuman mau liat doang." Ujar Sena jujur.
"Pergi."
Sena masih terdiam karena suara itu terkesan bercanda bagi dirinya.
Hingga suara yang kedua terlontar dari mulut kakek itu membuat dirinya ketakutan.
"Pergi kau."
Sena berlari keluar menangis dan segera memeluk Mamanya.
"Mama sena mau pulang kakenya galak gak mau ketemu mau pulang aja mama tolongin Sena." Ujar Sena yang terus menerus memeluk kaki jenjang Mamanya dan menangis.
"Yaudah kita pulang ya, izin dulu sama Suster Ery." Ujar Mama Sena.
Sena menurut, ia menyalimi tangan suster Ery dan berlari masuk ke dalam mobil meninggalkan Mama dan Suster yang masih berbincang disana.
Langit semakin gelap, hujan akan turun semua jendela di bangunan itu sudah tertutup rapat. Kecuali, salah satu jendela di sudut bangunan itu.
Ya kamar kakek galak yang membentak Sena tadi.
"Huh kakek aneh, bukannya ditutup jendelanya malah dibuka ental kalo banjir balu tau lasa." Omel Sena
"Kenapa marah - marah Sena?." Tanya mamanya yang kini sudah berada di tempat kemudi mobil.
"Kakek galak tadi, jendelanya tidak teltutup nanti kalo banjil kan pasti libet." Ujar Sena dengan khas cadelnya.
"Hmm mungkin kakek itu belum sempat menutup jendelanya." Ujar Mama Sena, "Oh iya memang kenapa kakek marah ke Sena, Sena nakal ya?." Tanya Mama Sena.
"Gak ada, Sena gak nakal Sena cuman liat buku dongeng punya kakek tapi gak diapain - apain kok benelan cuma melihat." Ujar Sena.
"Oh begitu, pantas saja Kakek marah. Coba kalau boneka Sena mama ambil Sena marah gak?." Tanya Mamanya.
"Sena jelas malah mama, itu kan boneka kesayangan Sena." Ujar Sena.
"Nah sama aja kaya kakek tadi Sena, dia marah karena Sena melihat isi bukunya." Ujar Mama Sena.
"Begitu ya." Ujar Sena menunduk sembari memilin ujung bajunya.
Mobil yang mereka kendarai berbelok ke arah supermarket. Mama Sena pun memarkirkan mobilnya. Berbalik menghadap anaknya yang masih menunduk.
"Sudah - sudah kita beli coklat yuk tapi janji sama Mama kamu harus ceritain semuanya ya sayang." Ujar Mama Sena.
"Okeh tapi Sena mau beli coklat bulet bulet." Ujar Sena.
"Coklat apa aja terserah Sena asal nanti Sena jujur sama Mama."
Sena mengangguk, Mama nya pun tersenyum mereka berdua masuk ke dalam supermarket. Mama nya yang terus menerus menggandeng Sena dan Sena yang terus menerus mengoceh tiada henti hingga tiba didalam supermarket.
Kau sudah menjadi bintang, tetapi hari ini gelap gulita apakah kita tidak bisa berjumpa? Walau hanya sedetik saja?.
Dulu aku meminta dirimu mengambilkan bulan bukan menjadi bintang sebagai pendamping bulan di malam hari.
-Antara Bintang dan Bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Bulan Dan Bintang
Teen FictionAku memintamu mengambilkan bulan bukan menjadi bintang sebagai pendamping bulan di malam hari. - Joshua -