Saat ini akan aku rangkai tentang kisahku bersamanya, "sang pembawa rasa nyaman"
Teringat sudah kini aku dengan waktu itu.
Aku masih teringat ketika aku dan kamu sedang bercanda, hingga aku mulai merasakan kebahagiaan. Semuanya tampak begitu indah ketika aku masih kelas 7, ketika aku dan dia satu kelas. Itu adalah anugrah terindah, itu benar!Meskipun ada tugas matematika yang membosankan, aku tetap masuk. Aku selalu berangkat pagi tepatnya 1 jam sebelum bel masuk berbunyi, padahal rumahku dekat hanya perlu waktu 15 menit untu sampai. Iya, mungkin benar apa yang kalian fikirkan? Aku berangkat pagi dengan harapan untuk meminta bantuan Copy paste tugas matematika itu.
Sebenarnya titik kelemahanku ada di mata pelajaran tersebut, sangat sulit untukku menjabarkan soal satu baris. Karena pasti jawabannya akan mencapai 1 hingga 2 lembar, aku sangat membenci mata pelajar tersebut. Siapa yang benci dengan matematika, berarti bisa di sebut kita adalah teman.
Terkadanga aku juga meminta tolong kepada sang pembawa rasa nyaman itu, tapi terkadang saja aku di bantu olehnya. "Kerjakan sendiri, kalau kamu nyontek kapan pinternya" Ujarnya.
Walaupun terdengar seperti seseorang sedang marah, namun aku hanya bisa tersenyum. Sulit untukku melihat ketika lingkaran teman telah terhapus, senyum dan memandangnya itulah caraku untuk bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU INGIN BAHAGIA SEUTUHNYA
Teen FictionSemoga kalian suka ya hehe.. Cerita ini aku tulis menggambarkan seseorang yang ingin bahagia. seseorang itu ingin hidup lebih lama lagi untuk memperbaiki kehidupannya, namun rasa lelah dan putus asa selalu membayanginya. Note: Ketika dalam bagian ce...