Bukti-BAB 4

263 201 170
                                    

"di Indonesia tuh udah banyak terjadi kemacetan, ga cuma di Jakarta. Oleh karena itu, sebagai warga yang baik, udah deh ga usah sok suka beli kendaran model terbaru kalau model lama masih bisa dipakai. Kalaupun udah engga, kan masih ada transportasi umum. Kasian tau sama alam, manusia yang bersalah mereka yang kena. Kalian juga, yang tiap tahun beli kendaraan dan hanya untuk naikin status sosial, udah deh itu mah Cuma bikin status sosial yang punya pabrik naik. Kalian ga kasian apa sama bapak bapak yang nyupirin transportasi umum? mereka lebih butuh uang"

-kata Sameer saat terjebak macet-

Pukul sembilan pagi, Sameer baru bisa berangkat ke kepolisian. Setelah tadi subuh dipanggil - panggil oleh banyak pihak yang menanyakan tindakan lanjutan terhadap kasus pembunuhan Bu Erina. Terhadap hal ini, Sameer memilih membicarakannya lewat telepon daripada harus mengunjungi kantor polisi dan meninggalkan Abah dan Uminya.

Setelah memerintahkan anggotanya untuk mengambil tindakan wawancara pada keluarga dan suami korban, Sameer langsung menuntaskan segala yang ia butuhkan di jam itu juga seperti mandi, sarapan, mengurus Abah, dan berbincang sebentar dengan kedua orangtuanya.

Sebenarnya, Kyai Ahmad dan Umi Maisarah sudah terus - terusan menyuruh Sameer berangkat pagi itu juga. Tapi karena Sameer yang keras kepala, akhirnya mereka membiarkan anaknya berangkat di jam sembilan pagi. Pikir Sameer, hari ini ia tidak akan terjebak macet. Toh, jam berangkat kerja sudah lewat beberapa jam yang lalu. Namun sayang sekali tebakannya salah besar, Sameer kini uring - uringan sendiri di tengah jalan. Perikiraannya, ia akan sedikit terlambat dari yang ia taksir.

Sudah sekitar tiga puluh menit Sameer terjebak dalam kemacetan parah ini, dan itu artinya ia sudah terlambat limabelas menit untuk mendiskusikan hasil wawancara.

Drrrtt...

Dan benar saja dugaannya, Sameer ditelpon oleh David sebagai salahsatu anggota yang ia tugaskan untuk mengambil wawancara.

"Halo? Iya gimana Vid? Udah?"

"Halo, udah pak. Selesai. Gimana? Bapak masih lama kah di jalan?

"Iya nih sepertinya akan memakan waktu beberapa puluh menit lagi. Bagaimana kalau hasil wawancaranya kamu jabarkan lewat telepon saja!?"

"oh baiklah pak. Ini Arin yang akan bicara dengan Anda."

"halo pak Sameer," suara perempuan yang keluar dari ujung telepon.

"iya halo, cepat saja!"

"jadi begini pak, dari hasil wawancara dengan sejumlah keluarga. Mereka berkata jika mereka tidak sama sekali tahu jika Bu Erina menggunakan obat terlarang. Mereka bahkan tidak percaya hal itu terjadi, soalnya sepanjang hidup Bu Erina itu bahkan selalu melarang saudara - saudaranya mennyentuh barang haram itu. Kemudian masalah apartemen yang dikunci menggunakan pin, saya bertanya pada keluarga inti jika mereka tidak tahu mengenai pin yang digunakan. Pasalnya apartemen yang digunakan itu adalah apartemen yang baru dibeli beberapa minggu sebelumnya. Dan menurut keterangan suaminya, pin tersebut hanya ia dan Bu Erina saja yang tahu. Suami Bu Erina juga mengatakan jika Bu Erina tidak memiliki riwayat gangguan jiwa sedikitpun"

"baiklah, dari penjelasan hasil wawancara tersebut, ada yang ingin memberikan solusi mungkin?"

"sepertinya kita perlu menggeledah TKP lagi pak!?"

"okey, saran yang bagus. Kalian sekarang meluncur ke TKP, saya juga akan ke sana!"

Setelah telepon mati, Sameer segera mempercepat laju penyelinapannya. Beruntung kali ini ia membawa jagoannya yang super slim. Hingga saat menemukan gang yang merupakan jalan pintas, Sameer segera berbelok dan terus menyetir menuju TKP.

Sampai di apartemen, Sameer segera mengkondisikan seluruh anggota timnya untuk menggeledah kembali TKP serta menyuruh untuk mengambil barang yang sekiranya penting dan mencurigakan.

Penggeledahan usai setelah dirasa barang yang diambil cukup sebagai alat untuk menemukan segala misteri dalam pembunuhan Bu Erina ini.

"oke guys guys. Kita selesai, sekarang kalian laporan apa yang kalian temukan di sini!" ucap Sameer sembari menepuk kedua telapak tangannya bak ketua geng yang sedang menyelesaikan projek vlog.

"okey mulai dari saya. Saya menemukan satu pasang sandal yang tidak seukuran dengan sandal - sandal yang lain di raknya. Menurut saya cukup janggal, jika ini dimiliki oleh Bu Erina, ukurannya tidak akan sebesar ini. Dan jika ini milik suaminya, saya pikir modelnya akan lebih maskulin," jelas Sameer akan apa yang ditemukannya.

"saya menemukan HP nokia yang diselipkan di salah satu tumpukan baju. Jadi sepengetahuan saya, orang - orang kaya sekelas Bu Erina dan suami lebih sering menggunakan ponsel jadul untuk urusan penting. Kita bisa mengecek isi sms, riwayat telpon, atau yang lain sebagai pendukung," jelas yang lain.

"okey kita simpan. Selanjutnya!"

"nah, ini saya menemukan dan mengambil dompet yang saya kira milik korban. Di dalam dompet terdapat beberapa kartu kredit, kartu ATM, KTP, dan sepuluh lembar uang ratusan. Dari hal ini kita bisa melakukan cek transaksi yang melalui kartu - kartu ini. Dengan begini kita bisa dengan mudah mengetahui jika kematian korban adalah karena pencurian, pemerasan, atau bukan keduanya."

"okey, jika tidak ada kita tindaklanjuti sekarang. Handphone kita periksa, catatat seluruh data penting yang ada. kemudian Arin dan kamu, silahkan cek transaksi yang ada di kartu kredit, kartu ATM, dan sebagainya, yang lain bisa membantu untuk berjaga. Saya akan keluar dulu untuk membeli konsumsi," begitu kejelasannya, tidak pelajar, tidak polisi, tidak dokter, tidak guru, apa - apa semangat yang penting ada makanannya. Betul tidak?

.

.

Assalamualaikum temans...

Author muncul lagi nih. baca dan resapi apa yang ada ya. Author harap kalian bisa menikmati part ini dan part - part selanjutnya.

Menurut imajinasi kalian nih, kira – kira siapa ya yang tega membunuh Bu Erina?

Komen di bawah ya!!?

Satu kata dong buat part ini? hehhee..

terimakasih semua. 

Dahhhhh...

Wassalamualaikum...

TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang