(03) Siapa Dia

5 0 0
                                    

Ughh...

Yuri melenguh pelan sambil menggeliat dikasur nya, melilitkan badan mungil nya di selimut tebal berwarna putih yang senantiasa ia pakai saat tidur.

Sinar matahari dari jendela kamar nya masuk ke kornea mata nya, ia pelan-pelan beranjak dari tempat tidur. Sedikit demi sedikit membuka mata nya, membiarkan cahaya matahari sepenuh nya masuk kesana.

"hah..jam berapa ini?". Gerutu nya dengan suara serak, sambil mencari handphone nya diatas meja.

Ya. Ketemu. Jam di handphone nya menunjukkan angka 08:20.

"emm masih jam segini" kata nya setengah sadar.

Sampai ia mengingat sesuatu.

Mata nya yang semula sipit tiba-tiba terbuka lebar. Yuri langsung berdiri spontan dari kasur. Dia seketika ingat dengan janji nya untuk menemani sahabat nya jogging hari ini.

"jam 08:20?!!" teriak nya histeris

"astaga astaga! aku telat! haduh!"

Gadis itu segera bergegas menuju kamar mandi, tapi langkah nya terhenti ketika tak sengaja melewati cermin yang terpasang pada dinding kamar nya. Ia mundur perlahan lalu berhenti tepat di depan cermin itu.

"wajah ku bengkak lagi!! astaga!"

"dimana sisir ku?!"

"emm apa aku mandi dulu?"

"TIDAK ADA WAKTU UNTUK MANDI HEI!!"

"dimana hoodie ku!!"

Gadis itu panik. Ya, jika Yuri panik dia pasti akan membuat masalah, menggurutu bahkan mengumpat.

"di atas sedang perang ya?" tanya ayah nya heran.

Tuan Kim won-shik sedang berada di dapur, memasak sarapan sekarang. Ia benar-bebar terkejut mendengar putri nya seperti itu. Tak biasa nya dia mendapati putri nya sangat terburu-buru.

Tak...tak

Suara tapak kaki Yuri yang menuruni tangga bergema sampai ke telinga ayah nya.

"Yuri, ayo sarapan" ajak nya hangat sambil menuangkan teh ke cangkir miliknya.

"aku tak bisa ayah, maaf kan aku, aku sudah ada janji sama Youra" Teguh Yuri.

"kau ingin kemana pagi-pagi begini? lagipula hari ini hari minggu".

"aku ingin jogging bersama Youra, ku mohon kali ini saja ayah" Sahut Yuri yang sedang mengikat tali sepatu sneakers warna putih nya.

"kau ingin jogging dengan perut kosong?" cegat ayah nya yang membuat Yuri tersentak.

Gadis itu menghela nafas nya dalam. Lalu menoleh kearah ayah nya yang sedang duduk di meja kan. Ia berdiri dari posisi duduk nya.

"maaf, tapi kali ini saja ayah, ku mohon" pinta Yuri.

"ya, baiklah" jawab ayah nya iba.

Walaupun ayah nya mengijinkan, tetap saja gadis itu tau kalau ayah nya sedikit terpaksa, dilihat dari ekspresi dan raut wajah ayah nya.

Yuri hanya mengangguk dan berjalan menuju pagar rumah nya. Belum ia menyentuh pintu pagar nya, ia merapikan hoodie nya sekali lagi, dan menge-cek apakah ia sudah siap.

Bagus, semua nya sudah siap dan rapi, ia benar-benar siap menuju rumah teman nya. Ia membuka pagar rumah nya dengan cara didorong.

Takk!

Belum setengah dari pintu pagar nya terbuka, ada sesuatu benda yang  menghalangi gerak nya, Yuri tidak yakin apa itu. Ia penasaran, Yuri mencoba mengintip dari sela-sela pagar tapi hasil nya nihil, itu terlalu kecil, jadi ia tak leluasa melihat keluar.

Gadis itu mengangkat kaki nya sedikit, membuat diri nya sekarang berada diposisi menjinjit.

Pagar rumahnya cukup tinggi, menyusahkan Yuri untuk melihat keluar padahal ia sudah berjinjit. Apalagi dengan tinggi diri nya yang bisa di katakan cebol. Mata Yuri melihat kebawa, mencari-cari benda itu dengan mata mungil nya.

Ketemu. Voila, bukan nya benda atau barang, yang Yuri temukan adalah sebuah lengan tangan.

Tentu saja gadis itu terkejut, saking terkejut nya, badan nya jatuh ketanah dan membuat dentuman cukup keras.

Akh!

Gadis itu berusaha bangkit, walaupun ia harus menumpu pada ujung pagar rumah nya.

Gadis itu mundur perlahan, ia berpikir yang bukan-bukan sekarang. Ia memikirkan jika lengan itu menerkam nya. Seperti yang ia sering lihat-lihat di adegan film horor.

Jika itu terjadi pasti akan jadi hari terburuk bagi hidup Yuri. Dan pastinya ia tidak akan pernah menginginkan hal itu.

Gadis itu buru-buru masuk kedalam rumah nya tanpa membuka alas kaki terlebih dahulu.

"ayah!" teriak nya sambil berjalan menuju dapur

Mendengar tidak ada jawaban dari ayah nya membuat jantung nya semakin berdegup kencang. Ia sedikit meningkatkan gerak kaki nya.

Yuri sudah tepat berada disamping tembok dapur nya, tinggal satu langkah lagi.

"AYAH!" ucap nya dengan lantang, sampai-sampai membuat ayah nya tersedak sarapan.

huk! uhuk!

Melihat ayah nya masih berada di meja makan tanpa ada yang mencurigakan sama sekali membuat Yuri lega.

Ayah nya menatap putri nya dengan wajah terkejut serta heran. Dan Yuri hanya diam dengan perasaan lega karna tidak ada hal buruk yang terjadi.

Selain panik-an Yuri orang nya suka negative thinking.

Suasana menjadi sedikit canggung, karna tak ada percakapan. Tapi tidak lagi setelah ayah nya memulai percakapan.

"Yuri kenapa kau berteriak seperti itu?" tanya nya dengan intonasi yang tegas.

"a-aku....AYAH! tadi ada sebuah lengan, iya! sebuah lengan d-di luar pagar rumah kita!" jawab gadis itu dengan suara yang sedikit terbatah-batah.

"apa yang kau bicara kan Yuri? yang benar saja? itu tidak mungkin" pria tua ini masih tak percaya, ia malah menyeruput teh nya seakan-akan yang anak nya katakan adalah sebuah omong kosong.

"ih! ayo ikut aku!"

Gadis tersebut menarik lengan ayah nya, dan membawa pria tua itu ke halaman rumah. Memang sedikit tidak sopan.

"tuh lihat! disana!!"

Ia tidak menjawab perkataan yang putri nya lontarkan. Pria yang sudah memasuki usia kepala 4 itu berjalan perlahan menuju pagar rumah yang ada dihadapan nya.

Dengan perlahan dan hati-hati ia mendorong pintu pagar itu perlahan.

Kritt...

Mata nya segera membelalak mendapati apa yang putri nya katakan ternyata benar. Yuri yang berada di belakang nya hanya diam seraya menutup mulut. Bahkan ia sekarang menahan nafas nya.

Pria tua itu dengan berani mendorong dengan kuat pintu pagar yang berada dihadapan nya. Akibat nya lengan itu sedikit bergeser dengan luka lecetan yang kecil.

Yuri yang melihat itu hanya mengumpat dalam hati. Gila. Ayah nya gila.

Seorang wanita, ya lengan itu milik seorang wanita. Wanita itu terlihat kacau, rambut yang acak-acakan, juga pakaian yang cukup basah. Ia tergeletak tak berdaya, seperti nya ia sudah berada disana sejak semalam.

Tiba-tiba Yuri teringat suara dentuman aneh kemarin, mungkin wanita ini penyebab nya?

Ayah nya segera membangunkan lamunan putri nya, ia mengajak membawa wanita tersebut ke dalam rumah. Yuri hanya mengangguk paham lalu melangkah maju tanpa rasa takut lagi.

Yuri mengangkat lalu menopang tubuh wanita itu, meletakkan lengan kanan wanita tersebut di leher nya, dan tangan kiri Yuri memegang pinggang wanita tersebut agar tidak jatuh. Sedang kan ayah nya menopang lengan sebelah kiri.

Mereka membawa wanita dengan hati-hati, mengantarkan nya masuk ke rumah.

.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ROSETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang