The Day You Came To Me

2.4K 449 58
                                    

"ALLISON!" Teriak Vanya, yang kemudian mengeluarkan portal kekuatan dari tangannya ; membuat semua musuh tumbang bersamaan, tak terkecuali.

Luther berlari ke arah Allison, mendorong jauh semua musuhnya. Meletakkan kepala Allison di atas pangkuannya, kemudian menitikkan air mata.

Beberapa saat kemudian, Ia menghampiri Five dan menarik kerahnya. "Ini semua salahmu!"

"Luther, calm down!" Ujar Diego.

"Ini memang salahnya! Harusnya dia mendengarkan Allison. Harusnya kita kembali!"

"Yeah? And then what? Kita kembali dan menjalani kehidupan menyedihkan itu lagi? Kemudian berpura pura tidak ada yang terjadi?" Tanya Five sinis.

"Mungkin kau bisa hidup dengan keadaan itu, tapi aku tidak. Aku sudah cukup menderita dengan kehidupanku yang sebelumnya." Lanjut Five.

"Tapi kau? Kau hanya menghabiskan hidupmu, mengharapkan kasih sayang dari orang yang bahkan tidak bisa membalasmu!" Bentak Five sembari menunjuk wajah Luther.

"DIAM!" Teriak Luther, sembari memperkuat cengkraman tangannya.

"Luther, this doesn't change anything. Allison tidak akan kembali walaupun kau menghajar Five habis-habisan." Ujar Vanya pelan.

Luther melepaskan Five, tetapi Five tetap menatapnya tajam.

"Ayo pergi." Ajak Klaus.

"I'm not going if he's coming." Kata Luther.

"Apa?" Five kaget.

"Apa? apa maksudmu, Luther?" Tanya Vanya.

"You heard me right. Kalau dia masih bersama kita, aku tidak akan ikut dengan kalian."

"Kenapa kau jadi bodoh sekali, Luther? Hey, gorila luar angkasa-"

"Jangan ejek aku!" Bentak Luther pada Diego.

"Kita membutuhkannya, Luther." Ujar Vanya.

"Tidak. Dia hanya alternatif. Kita punya koper pemberian Hazel."

"Oh, jadi kau pikir itu koper-mu sekarang? Hazel memberikannya padaku!" Teriak Five.

"Aku selalu benci ketika kau menjadi egois. Sekarang saatnya aku membalas perbuatanmu." Kata Luther.

"This is madness. Pergilah, lagipula aku juga tidak tahan dengan kebodohanmu." Ujar Five.

"Tapi-"

"Take my hand, Vanya." Ujar Luther.

Vanya menatap Five penuh harap. Tapi Five malah membuang wajahnya.

Woosh!

Mereka semua menghilang.

Five menatap mayat Allison miris. "Aku akan memperbaiki semuanya."

Tiba-tiba sebuah kartu mencuat dari celana Allison. Five mengambilnya.

Margaret Helena W.
+xxx xxx xx
4B Sterlington St. Washington DC

Five terdiam. "Tidak, itu pemikiran yang bodoh."

Ia membuang kartu itu dan berjalan meninggalkannya.

"Ugh!"

Five berbalik, mengambil kartu nama itu, dan berteleportasi dengan kekuatannya.

...

Krak.

Suara apa itu?

Aku berdiri dan mengenakan jumperku.

Brak!

Sekarang aku semakin yakin kalau ada penyusup di dalam rumahku.

Apa aku harus membawa senjata?

Aku menatap ke arah pemukul baseball di ujung ruangan.

"Ya, mungkin aku bisa memakai ini untuk self defense." Bisikku pelan, sambil mengangkat tongkat baseball. Kemudian berjalan menuju sumber suara.

Woosh!

Sesuatu tiba-tiba muncul di depanku. Aku menutup mataku sembari berteriak. "AAAA!"

Brak!

Aku berhasil memukul siapapun di depanku.

"Sialan!" Ujar si penyusup.

Kenapa suara itu terdengar familiar?

Aku membuka mataku. "Oh my god! Five?"

And the love story beginssss!

Mungkin ini bukan uwu yang kalian harapkan? Tapi ini yang bakalan kalian dapet! 😆

Don't forget to vote and (especially) comment for the next part guys!

Thankieees

Don't Come Back (Five Hargreeves Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang