2. Makam

47 17 39
                                    

"Kamu benar, saya bahkan bisa tergila-gila hanya karena senyumanmu."--Ganesh Gautama Saylendra

Bora melangkahkan kakinya keluar dengan langkah patah-patah. Ia belum memutuskan akan kemana ia membawa langkah kaki ini pergi. Sepertinya ia sudah tidak punya tujuan lagi.

Ia menghembuskan napas pendek. Ia hendak merogoh ponselnya, tapi ia tidak menemukannya di dalam saku. Bahkan tas selempangnya pun tidak ia bawa. Apakah tadi ketinggalan di ruangan Ganesh? Oh, tidak.

Kali ini ia menarik napas panjang lalu mengembuskannya cepat. Saat ia membalik tubuhnya, ia dikejutkan dengan tubuh pria jangkung di depannya.

"Ini ponsel sama tas kamu tadi ketinggalan di ruangan saya." Suaranya berat dicampur serak membuat siapa pun yang mendengarnya akan langsung jatuh hati. Apalagi ditambah pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam sekali kedipan mata.

Bora mendongakan wajahnya untuk menatap pria di depannya ini. "Terima kasih," ucapnya sedikit kikuk.

Bora sudah bersiap untuk pergi, tapi suara Ganesh mampu membuat langkahnya terhenti.

"Ra ...," lirihnya.

Bora diam mendengarkan apa yang akan diucapkan Ganesh berikutnya.

"Apa gara-gara dia kamu selama ini menolak saya?" tanyanya dengan suara tercekat. "Jika iya, apa tidak ada lagi kesempatan buat saya?" tanyanya lagi membuat Bora menggigit bibirnya bawahnya.

"Dia ... siapa?" tanya Bora hanya ingin memastikan.

"Seseorang yang kamu jadikan sebagai wallpaper," jawabnya cepat.

Bora mengangguk pelan. Matanya kini menatap sepasang sorot mata tajam pria di hadapannya kini. "Apa setelah ini kamu akan berhenti untuk mendekati saya?"

Ganesh menggeleng kepalanya cepat, ia segera tersenyum menatap ke arahnya. "Tentu saja tidak. Justru dengan itu saya akan semakin berjuang untuk mendekati kamu. Setidaknya beri saya kesempatan, siapa tau nanti kamu lebih memilih saya daripada dia bukan?"

Bora dibuat tercengang mendengar jawabannya. Ia meneguk ludahnya kasar, "Kamu gila," ujar Bora pada Ganesh.

"Kamu benar, saya bahkan bisa tergila-gila hanya karena senyumanmu."

Bora merona mendengar ucapan Ganesh. Ganesh ini ... ia selalu bersikap manis untuknya, tapi kenapa hatinya tidak bisa berpaling?

"Boleh saya minta sesuatu sama kamu?" tanyanya membuat Bora segera menatap ke arahnya.

"Apa?"

"Mulai sekarang saya mau ketika berbicara dengan saya menggunakan 'aku-kamu' kamu bisa?"

Bukan permintaan yang sulit, setidaknya dengan ini Bora bisa sedikit mengurangi rasa bersalahnya. "Tentu saja bisa," ucapnya.

"Oh, ya. Kamu tadi mau ke mana, Ra?" tanya Genesh. "Setelah ini kamu sudah tidak kelas, apa kamu mau menemani aku?"

Baru saja Bora hendak membuka mulutnya, Ganesh sudah lebih dulu meraih pergelangan Bora dan membawanya pergi bersama.

***

Mobil Ganesh melaju cepat dan berbaur bersama kendaraan yang lainnya. Ganesh menyalakan radio untuk mengisi keheningan.

"Kamu mau bawa aku ke mana?" tanya Bora bingung.

Ganesh menoleh ke samping lalu tersenyum sekilas. "Nanti juga kamu tau."

Bora menghembuskan napasnya pelan, ia memilih untuk tidak bertanya lagi dan membuang pandangannya ke jendela.

"Apa dia sangat berarti untukmu?"

Debora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang