Chapter 4

417 31 5
                                    

Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki

Warning : mengaduh unsur yaoi
Yang homophobia silahkan menjauh
Ga suka ga suka usah baca
Menerima kritikkan, meskipun pedas

Author : Ndell
.
.

Sebenarnya, chapter ini sama dengan harinya midorima dan takao. Tetapi di chapter sekarang, lebih condong pada sudut pandang Akashi dan kuroko

☣️

☣️

☣️

Setiap manusia pasti pernah merasakan rasa sedih, entah itu ditinggalkan orang tercinta atau hal yang lain. Tetapi tetaplah percaya bahwa, di setiap kesedihan pasti ada kebahagiaan yang menunggumu.
.
.
.
.

*Akashi PO'V*

Aku membawa Tetsuya ke suatu tempat, dengan menggunakan mobil BMW merahku. Aku sebenarnya belum cukup umur, untuk membawa mobil sendiri. Tapi untuk seorang Akashi, tidak ada yang tidak mungkin.

Seperti saat tadi aku memberi tahu Tetsuya, kalau aku tidak membawa sopir. Ia langsung shock. Sepertinya dia belum percaya pada keahlian berkendara ku. Tetapi aku memaksanya untuk masuk.

"Akashi-kun jangan terlalu ngebut" nah kan, baru juga aku menaikan sedikit kecepatan ia langsung panik.

"Iya Tetsuya, ini tidak ngebut" aku mendengus tetapi aku tetap melambatkan laju mobilnya.

*Akashi PO'V end*

NORMAL PO'V

Kuroko merasakan kalau mobil Akashi sedikit bertambah cepat. Kuroko panik, ia belum mau mati. Ia masih belum membahagiakan ibunya, dan Kuroko mau nikah dulu.

"Akashi jangan terlalu ngebut" ucap Kuroko panik

"Iya Tetsuya, ini tidak ngebut" terdengar suara dengusan dari arah Akashi.

Laju mobil kembali melambat, dan suasana di dalam mobil hening setelah insiden kepanikan Kuroko.

Kuroko sangat menikmati keheningan di mobil Akashi, menenangkan. Sedangkan orang di sebelahnya, bertolak belakang dengan pemuda bersurai baby blue itu. Ia merasa canggung dengan keheningan ini.

Jadi Akashi mau tidak mau harus memulai percakapan terlebih dahulu. Padahal dia bukan orang yang pintar membuat topik obrolan.

"Tetsuya?" Ucap akashi sambil melirik Kuroko dari ekor matanya.

"Hm" kuroko menjawab acuh

"Mau ke maji burger dulu?, Beli vanila milkshake?" Pemuda Scarlett itu belum puas dengan jawaban Kuroko.

"Terserah" Akashi malah gemas sendiri, mendengar jawaban singkat yang keluar dari bibir pemuda manis di sebelahnya. Ia ingin sekali membungkam bibir Kuroko dengan bibirnya sendiri, tetapi ia tahan.

'belum waktunya Sei, sabar' batinnya menguatkan.

Dari situ perjalanan hanya di isi keheningan. Akashi sudah menyerah mengajak bicara Kuroko. Yang hanya di tanggapi oleh orangnya sendiri acuh.

Never Give Up (AkaKuro)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang