Senja Apsara

12 2 0
                                    

Senja Apsara
Karya : Danica Adristi

"Ada yang lagi ke kantin bareng nih." Ervin menyeletuk dari balik punggung Arka yang tengah menyendok makan siangnya.

"Apaan sih." Ucapku sewot.

Arka yang tersedak karena Ervin segera menjitak kening bocah jail itu, kemudian mengambil segelas air yang ada di hadapannya sekarang, meneguknya secara brutal.

"Aduh! Ampun, Ka, sakit!"

"Makanya jangan asal ngomong."

"Aduh, iya deh," Ervin mengusap keningnya yang sedikit memerah, "enaknya makan apa ya?"

"Terserah." Aku hanya mengangkat bahu.

Setelah memesan salah satu menu makanan yang tertera, Ervin ikut bergabung di meja kami. Kami membicarakan banyak hal. Tak kehabisan topik, Ervin juga membicarakan tentang karya wisata yang akan dilaksanakan dua hari yang akan datang.

"Oh iya, dua hari lagi kita akan pergi karya wisata satu angkatan 'kan?"

"Eh, iya. Pasti seru." Aku berkata yakin sambil memandang kedua sahabatku itu.

"Iya." Arka juga ikut tersenyum.

Arka terlihat sangat manis saat tersenyum. Perasaan apa ini?

Kami sudah bersahabat sejak kelas dua SMP, persahabatan kami bertiga terus berlanjut sampai sekarang kami duduk di bangku kelas dua SMA. Aku merasa senang bisa mengenal mereka berdua. Sosok-sosok yang menyenangkan dan pengertian membuatku merasa persahabatan kami tidak akan pernah terpisahkan.

"Eh, ayo cepat. Sebentar lagi bel masuk berbunyi." Aku gugup, tidak tahu harus berbuat apa yang berujung salah tingkah.

Dua hari berlalu, kami benar-benar pergi untuk karya wisata. Teman-teman tampak sibuk di aula sekolah. Aku datang sedikit terlambat. Mencari-cari kedua sahabatku di antara kerumunan teman-teman. Arka melambaikan tangannya padaku yang celingukan.

"Kau sendirian saja. Di mana Ervin?" aku berpikir sejenak, "pasti dia akan datang telat karena bangun kesiangan."

"Mungkin." Arka hanya terkekeh pelan.

Seperti dugaanku, sekitar lima belas menit kemudian Ervin baru datang. Padahal sebentar lagi guru akan memberikan pengumuman.

"Pasti kau bangun kesiangan."

"Iya, saking bersemangatnya aku sampai tidak bisa tidur tadi malam."

Tepat setelahnya guru mengumpulkan murid-murid tiap kelas dan memberikan pengarahan. Kami bertiga duduk berjajar. Di antara wajah teman-teman yang terlihat bersemangat, Arka terlihat lebih murung dari biasanya. Aku ingin menanyakannya, tapi aku takut kalau dia tersinggung. Kuurungkan niatku untuk bertanya lalu kembali mendengarkan penjelasan dari guru.

"Baik anak-anak. Kita akan menggunakan bus menuju ke pelabuhan. Silakan kalian menaiki bus sesuai dengan yang tertera di buku panduan."

Teman-teman berbondong-bondong menuju bus masing-masing. Kami bertiga juga ikut keluar menuju bus. Kami bertiga duduk di deret kursi paling belakang. Ervin selalu punya topik pembicaraan untuk dibahas. Aku ikut menanggapi, Arka hanya menanggapi sedikit. Entah kenapa akhir-akhir ini dia jarang berbicara.

Cerpen (AsrasaMembaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang