34. Pendaki Misterius kaki Gunung Salak Part 2

58 16 1
                                    

Di barisan terdepan tiba-tiba saya melihat sesosok laki-laki memakai topi pet hitam dengan sambungan penutup pelindung panas untuk leher belakang seperti topi latihan paskibra, berkaos lengan panjang hitam, sabuk militer hitam, celana kargo hitam dan sepatu boot gunung warna hitam berjalan cepat seolah memimpin barisan keluarga kami.

Layaknya pendaki jaman dahulu atau seragam tempur militer jepang jaman dahulu hanya warnanya serba hitam tanpa ada noda tanah lumpur setitik pun. Menit demi menit berlalu, semua anggota keluarga masih berjalan dengan sesekali diantaranya bercerita dan bernyanyi. Saya keheranan sosok orang asing paling depan itu kok tidak nengok kanan kiri, minimal memperlambat langkahnya.

Yang tambah heran, dia berjalan dengan langkah cepat dan badan tegap ala militer tapi tidak meninggalkan kami yang berjalan santai, dia berjalan cepat sekali seolah sedang melakukan moon walking-nya Michael Jackson hanya saja arahnya maju ke depan.

heran dengan sosok serba hitam tersebut yang langkahnya cepat tapi anehnya tidak jauh dari keluarga kami yang terdepan. Jelas-jelas langkah kami santai, akhirnya saya tanyakan ke anggota keluarga yang lain, itu siapa yang paling depan yang seragamnya dari kepala sampai kaki serba hitam jalan cepat sedangkan baju kami semua baju bebas… tidak ada yang pakai seragam. Sebelum sempat menanyakan ke anggota keluarga akan sosok tersebut, tiba-tiba saya hanya mendengar keheningan, saya lihat sosok tersebut dikelilingi lingkaran bokeh yang teramat banyak.

Loh kok efek bokeh tertangkap mata telanjang sambil sesekali ada efek delusi berbayang. Percaya tidak percaya, sosok tersebut menembus lereng tanah di sebelah kanan trek kami. Sesaat kemudian bokeh dan efek berbayang di pandangan saya menghilang dan pandangan menjadi normal. Saat saya tanya semua orang kemana sosok orang terdepan tadi yang belok kanan, semua keheranan dan sepakat menyatakan hanya keluarga kami saja yang sedari tadi berjalan. Dan trek yang dilalui tidak bercabang kanan kiri hanya satu trek lurus saja, tidak ada orang atau rombongan lain yang ikut serta kecuali rombongan pengelola di awal perjalanan.

Waduh, di saat saya kebingungan sendiri tanpa sadar ternyata saya sudah sampai di perkemahan. Tidak semua orang mengalami hal yang sama dengan saya. Saya berpikir positif, bisa saja sosok tersebut mencoba jadi “guide” dari trek tradisional yang lama tidak dilewati manusia. Mungkin karena hanya saya saja yang buang hajat selama perjalanan di trek lama dan seperti kelakar orang indonesia, jika buang hajat di tempat lain menandakan kita betah di tempat tersebut…. dan akhirnya ke betahan tersebut membuat sosok tersebut mencoba menemani selama di perjalanan…

Untuk yang senang hiking, tracking, camping, pokoknya jaga kebersihan selama beraktivitas, senantiasa tidak asal berucap apalagi bicara kotor, bercanda sewajarnya, tidak melalaikan kewajiban beribadah dan tidak membahas hal-hal ghaib…

#Next cerita selanjutnya.

Kisah Tanah Sunda || Mini ExpeditionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang