Azlan memijat pelipisnya pelan. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing melihat tumpukan berkas yg harus ia cek. Sepertinya ia harus lembur malam ini. Pupus sudah harapannya menghabiskan waktu dengan istri cantik dan putra tampannya di rumah. Belum lagi ia harus mengerjakan semuanya sendirian sebab Winda tidak kerja selama seminggu ini, dengan alasan sakit. Ternyata wanita itu bisa sakit juga, Azlan kira penyakit juga akan takut padanya melihat tingkah barbar wanita itu, tapi ternyata Winda benar-benar sakit. Dan sebagai atasan yg baik, tentu saja ia memberikan waktu untuk sekretarisnya itu beristirahat. Hanya saja, Azlan tidak pernah menyangka kalau akhirnya, pekerjaannya jadi menumpuk begini.
Azlan mengusap wajahnya kasar. Perhatiannya tiba-tiba dialihkan pada ponselnya yg berbunyi. Azlan mengambil ponselnya. Matanya memutar malas saat tau bahwa yg sedang menghubunginya adalah sekretarisnya, Winda. Baru saja ia ingin menolak panggilan itu, tiba-tiba ia berpikir bahwa mungkin saja wanita itu menghubunginya karna ada yg harus dibicarakan tentang pekerjaan.
....................
"Apa yg harus dibicarakan? Sepenting itu? Aku sibuk! Bicara disini saja!"
.....................
"Apa mak-, halo Winda..
Winda!! Sial!"Azlan meletakkan ponselnya kasar. Berpikir keras apa masalah yg menyebabkan wanita itu terdengar marah padanya? Dan apa tadi? Dia mengancam Azlan, akan melakukan hal yg sama seperti yg dilakukannya 5 tahun lagi? Memisahkan ia dengan istri dan anaknya? Yang benar saja!
Azlan bergerak dari tempat duduknya. Bergegas mengambil ponsel dan kunci mobilnya untuk pulang ke rumah. Masa bodoh dengan berkas-berkas perusahaan yg harus ia urus. Keluarganya adalah segalanya. Dan jika benar Winda memisahkannya dengan anak dan istrinya kembali, maka ia bersumpah akan membunuh wanita itu!
---------------------------------------
Azlan berlari ke dalam rumah dengan nafas memburu.Ia terpaku. Melihat Yana sedang menangis dalam pelukan Winda. Kenapa? Ada apa dengan istrinya? Siapa yg dengan beraninya menyakiti wanitanya?
Azlan yg baru saja berniat mendekat, menghentikan langkahnya saat Winda membentaknya dan menyuruhnya untuk tidak melangkah lebih dekat.
"Kau tidak akan ku izinkan menyentuh adikku sebelum menjawab pertanyaan ku."
Winda menatapnya tajam. Seolah kali ini, kesalahan yg Azlan lakukan jauh lebih brengsek daripada yg dulu. Azlan mengusap wajahnya kasar. Ada apa ini sebenarnya? Ia tersentak saat menyadari keberadaan Erika duduk di depan sang istri. Jangan bilang kalau..
"Wanita itu datang dengan anaknya dan berkata ingin bertemu denganmu. Sekarang..jawab aku!
Apa anak yg ia bawa adalah anakmu?! Jika iya.. Bersiaplah kehilangan istrimu selamanya!!"Azlan menggeleng cepat. Mengerutkan alisnya. Bagaimana mungkin itu anaknya? Dari mana asumsi menjijikkan itu datang?
"Itu tidak-"
"Ku harap kau menjawab dengan jujur. Kau kira aku tidak tau siapa wanita itu?"
Azlan menghela nafas kesal.
"Oke! Dengar! Aku bahkan tidak pernah bertemu dengannya setelah aku kembali ke Jakarta bersama Yana 5 tahun lalu! Bagaimana bisa anak yg kalian maksud itu anakku? Pikiran macam apa itu?!"
Yana tersentak. Ia melepaskan pelukannya dari Winda. Menatap Azlan dengan mata sayu. Azlan menghela nafasnya, demi Allah, ia sudah lama tidak melihat pandangan menyedihkan seperti itu dari sang istri. Ia bahkan sudah bersumpah untuk tidak menyakiti hati istrinya itu. Sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Titipan Ayah ✔ End (Pindah Ke Innovel)
RomanceSebenarnya kenapa? Dari sekian banyak wanita yg ku bawa bertemu ayah Kenapa wanita itu? Wanita yg bahkan jauh dari kata sempurna itu Kenapa dia yg dipilih ayah untukku!? ----------- "Menikah dengannya atau semua aset yg sekarang ada di tanganmu Ayah...