File 9: Kejar Dia Sebelum Menghilang

103 11 0
                                    

Seruan Retna membuat kaget seisi mobil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seruan Retna membuat kaget seisi mobil.

" Eh, dimana?" tanya Wina dan Raka serentak.

"Tadi di seberang jalan," jawab Retna sembari menunjuk ke arah belakang. "Mobil itu parkir di depan apotek sebelah toko kue"

" Kau yakin itu mobilnya?" tanya Raka

" Yakin sekali. Karena aku hafal betul plat nomor sama ciri-ciri mobilnya"

" Baiklah, ini kesempatan kita. Inspektur, tolong putar balik. Kita akan datangi mobil itu"

" Oke," jawab Inspektur

Ia pun segera memutar setir dan membawa sedan itu masuk ke lajur berlawanan. Sepanjang jalan, situasi berubah menegangkan. Orang-orang yang sedang mereka cari, yang bertanggung jawab karena menculik salah satu teman mereka itu, muncul secara tak terduga.

Sekarang adalah kesempatan emas untuk mengakhiri semua ini.

Tak lama kemudian, mereka sampai di dekat apotek yang dimaksud. Ternyata mobil van itu masih terparkir di sana!

Inspektur sengaja menjaga jarak dengan van tersebut saat memarkirkan mobilnya. Tujuannya agar para penjahat itu tidak sadar kalau sedang diawasi.

Tiba-tiba, seorang pria keluar dari apotek dan membuka pintu mobil van. Ternyata ia adalah pria bertopi hitam misterius yang mereka lihat di rekaman CCTV.

" Itu dia," seru Wina dengan geram. " Si pria bertopi hitam, salah satu penculik Rachelle"

" Llihat, mereka akan segera pergi. Ayo kita ikuti!"

Dengan tetap menjaga jarak, mereka membuntuti mobil van itu. Sepertinya para penjahat tidak sadar kalau sedang diikuti. Buktinya mereka terus melaju tanpa berhenti sedikit pun.

Mobil van itu berbelok memasuki kawasan Renon. Retna mulai curiga dengan tempat tujuan para penjahat itu. Entah kenapa ia merasa akan ada hal mengejutkan yang akan terjadi.

" Sepertinya ada sesuatu yang tak terduga. Tapi apa?" batinnya.

Kecurigaan itu semakin terbukti ketika kendaraan itu masuk ke jalanan yang sangat familiar baginya.

"Lho, mengapa mereka masuk ke jalan rumah Rachelle?" ucap Raka bertanya-tanya.

Tidak hanya Raka dan Retna, yang lain juga merasakan janggal. Inspektur memutuskan untuk membawa mobilnya ikut masuk ke jalan itu.

Tiba-tiba, mobil van tersebut berhenti tepat di rumah Rachelle. Inspektur langsung memarkirkan mobilnya di depan sebuah villa, berjarak dua rumah dari kediaman Rachelle.

Si pria bertopi hitam pun turun dari mobil van. Dengan santainya ia membuka pintu gerbang. Gerak-geriknya seperti orang yang sudah mengenal rumah itu dengan baik.

" Ini semakin mencurigakan" tegas Wina. " Gesturnya sudah seperti orang yang pernah kesana! Sebenarnya ada urusan apa sampai harus pergi ke rumah sandera dia?"

" Aku juga tidak tahu," kata Inspektur Wangaya. " Menurut dugaan kami, penculikan Rachelle berhubungan dengan konflik dalam kelompok pengedar narkoba. Makanya, tidak ada surat ancaman untuk meminta tebusan"

"Jangan-jangan, mereka berubah pikiran dan ingin mengancam ibu Rachelle?" tanya Retna dengan nada ngeri.

" Itu mustahil. Saat ini Bu Tenaya sedang bekerja di kantornya. Polisi yang bertugas menjaganya melapor padaku beberapa jam lalu"

"Syukurlah" ucap Retna menghela nafas.

Inspektur membawa mobilnya lebih dekat dengan rumah Rachelle. Sekarang mereka bisa mengawasi kediaman mewah itu dengan cukup jelas.

Setelah ditunggu hampir setengah jam, pria itu tidak tampak batang hidungnya. Sepertinya ia masih 'bersafari' di dalam rumah. Entah apa yang ia cari disana.

" Bagaimana kalau kita turun dan langsung tangkap mereka?" tanya Raka kepada Inspektur. Tampaknya ia sudah tidak sabar untuk mengakhiri kasus ini.

" Jangan. Mereka bisa saja bersenjata," kata Inspektur sambil menahan pemuda itu. " Aku tidak mau kalian terluka jika terjadi baku tembak"

" Begini saja. Aku akan menghubungi kantor polisi, dan menyuruh mereka mengirim pasukan. Setelah itu baru mereka bisa ditangkap"

" Baiklah," jawab Wina.

Namun sebelum bala bantuan itu tiba, si pria bertopi hitam keluar dari rumah Rachelle. Masih dengan gayanya yang tenang, ia masuk ke dalam mobil.

Sepertinya dia berada di kendaraan itu seorang diri. Soalnya tidak ada tanda-tanda penumpang lain disana.

"Gawat, dia akan pergi lagi. Cepat kita susul kendaraan itu," seru Wina bersemangat.

"Oke," jawab Inspektur yang jadi ikutan semangat.

Keempatnya kembali menyusuri laju van itu. Namun upaya mereka terhambat ketika sebuah mobil keluar dari salah satu rumah dan menghalangi jalan mereka.

"Ayo, cepatlah!" seru Inspektur tidak sabar. Ia pun membunyikan klakson berkali-kali, membuat pengemudi mobil itu sekilas terlihat jengkel.

Namun setelah mobil itu pergi, mereka justru kehilangan jejak si penjahat. Semua jadi kelimpungan dibuatnya.

" Sial! Pasti mobil itu sudah pergi jauh,"gerutu Inspektur Wangaya.

" Tidak apa-apa. Dia pasti masih bisa terkejar!" ucap Raka optimis.

Sedan itu terus bergerak hingga sampai di sebuah pertigaan, yang terletak tepat di ujung jalan. Inspektur pun bingung apakah harus belok kanan atau kiri. Dia terdiam sejenak sembari mencari keputusan.

" Aku yakin dia pasti belok kiri," kata Wina membuyarkan pikiran Inspektur.

" Bagaimana kau tahu?" tanya Inspektur.

" Bukankah di sebelah kanan sedang ada festival? Pasti jalannya ditutup sekarang"

Inspektur menepuk jidatnya. Bagaimana ia bisa lupa hal remeh seperti ini? Ia pun segera tancap gas dan membawa mobilnya belok kiri.

Tak disangka, van hitam yang mereka cari sedang terparkir di bahu jalan! Anehnya, pintu geser sebelah kanan tampak terbuka lebar.

Mereka berempat langsung turun dari mobil dan menghampiri van itu. Satu-persatu pintunya dibuka agar mereka bisa mengecek bagian dalam.

Akan tetapi, tidak ada yang bisa ditemukan disana.

" Kosong," seru Raka sambil menutup pintu mobil.

" Tidak ada apapun disini!"

- to be continued -

Highschool SOS Where stories live. Discover now