Oknum polisi itu langsung menerjang Willy dengan segenap kekuatannya. Namun, sang pemuda mampu menghindar dengan cepat.
Petugas itu tidak menyerah. Ia mencoba mengayunkan tinju namun berhasil ditangkis oleh Willy. Sekarang, giliran pukulan Willy yang sukses menghantam wajah si polisi, hingga tubuhnya jatuh ke tanah.
Setelah beberapa saat memegangi pipinya, ia kembali bangkit dan menyerbu lawannya dengan melancarkan pukulan bertubi-tubi. Meskipun berhasil menangkis beberapa serangan, karena lengah sejenak, Willy pun terkena pukulan juga.
Sadar bahwa lawannya sedang goyah, pria itu makin beringas. Ia langsung menendang Willy hingga terjerembab di tanah.
Selanjutnya, pertarungan berjalan tidak seimbang. Pria itu terus menendangi Willy meskipun sudah tak berdaya di tanah. Dengan susah payah, Willy berusaha melindungi diri dengan lengannya, namun tetap saja ia terpojok.
Retna melihat kejadian itu dengan histeris.
"Willy!" teriaknya. Tubuhnya gemetaran membayangkan rasa sakit yang dialami pemuda itu. Ia takut pertarungan itu akan membahayakan nyawanya.
Namun, bukan Willy namanya jika menyerah. Meskipun dalam kondisi terdesak, ia tetap mampu memikirkan taktik untuk menjatuhkan lawannya.
Tak lama kemudian, ia berhasil menemukan kelemahan lawan. Tanpa basa-basi, Willy langsung menendang kaki kiri pria itu, yang sedang mengayunkan kaki kanannya.
Ketika tubuh pria itu goyah, Willy langsung bangkit dan menghajarnya.
Bak! Buk! Bak! Buk!
Ditinjunya wajah sang lawan berkali-kali. Meski sempat berusaha menepis, namun ia tidak mampu menandingi kecepatan pukulan Willy. Tak butuh waktu lama untuk membuatnya jatuh tersungkur.
Willy menatap pria yang tergolek itu dengan napas terengah-engah. Wajahnya terlihat lelah dan bercucuran keringat. Ia juga merasakan nyeri di beberapa bagian tubuhnya.
Namun, pemuda itu tersenyum penuh kemenangan.
"Kau sudah kalah,"ucapnya. "Sekarang, saatnya tepati janjimu"
Polisi jahat itu menatap Willy dengan mata penuh amarah dan dendam. Ia masih ingin menghancurkan bocah ingusan itu.
Namun, kakinya terasa sakit sehingga membuatnya kesulitan berdiri. Sepertinya, tendangan Willy, yang menguasai ilmu tenaga dalam itu benar-benar merusak kakinya.
Willy tersenyum melihat lawannya sudah tak berdaya. Ia pun meninggalkannya dan berjalan ke arah Retna dan Rachelle, yang tampak gembira melihat kemenangannya.
"Kau berhasil!" seru Retna dengan riang.
Sedangkan Rachelle menangis karena terharu.
"Akhirnya, aku bebas" ucapnya dengan berurai air mata kebahagiaan.
YOU ARE READING
Highschool SOS
Mystery / ThrillerHari-hari pertama pindah sekolah memang berat buat Retna Arimbawa. Setelah dapat teman sebangku yang 'gila', ia harus menyaksikan aksi penyekapan salah satu siswi dari sekolahnya saat pulang. Namun semua itu membuatnya bertemu dengan tiga remaja c...