Aku mengamini sebuah doa setiap pagi sebelum keretaku berangkat, kamu melaju dengan motor skuter merah menuju pusat kota.
Tidak ada lagi bagaimana kita saling tersenyum saat berpisah di depan stasiun, atau memikirkan nanti malam akan makan apa.
Lagu-lagu yang jadi terdengar lucu saat kita dengarkan berdua. Lawakan yang hanya kita berdua pahami.
Gedung-gedung seperti mata yang menyaksikan perjalan kita berdua tanpa menghakimi. Sorot lampu jalan memberi petunjuk jalanan mana yang harus kita lewati.
Ternyata perjalanan kita selesai bahkan sebelum keretaku tiba di stasiun terakhir.
Semuanya tetap sama hanya jalan yang kini kita lalui sudah tidak lagi menjadi irisan, sinar matahari memasuki jendela keretaku seolah menghibur bahwa hangatku kini bukan lagi darimu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahara
Short StoryAda banyak bait yang tidak pernah bisa kusampaikan, kusimpan di ujung pikiran menjadikannya kenangan.