Graduation

129 7 2
                                    

Fanya pagi ini benar - benar tak bersemangat. beberapa minggu lagi akan ada acara perpisahan untuk kelas 12. Dan Ryan akan melanjutkan kuliah ke luar negeri. Berbagai macam pikiran buruk mulai menghantui Fanya.

"Gimana kalo fakboi nya kambuh, gimana kalo dia ketemmu cewe bule yang lebih cantik dari gue, kalo dia lupa sama gue gimana? Arghhh! Kenapa lo harus kuliah ke luar negeri sihhh, di sini kan bisaaa. Huwaaaaaa" Fanya geram sendiri dengan pikirannya yang ngawur ini.

piippipipip pipipiipip

Ryan gw:*

"Panjang umur kamu by" Gerutu Fanya.

"Halo.. by hari ini kita jalan kuy, mumpung aku free"

"Hmmm oke, aku siap - siap dulu dahhh"

Fanya yang menutup telpon secara sepihak dan tiba - tiba berubah jadi cuek itu membuat Ryan heran.

Tak lama kemudian...

tok tok tokkk

"Permisiiii...."

"Eh Ryan, mau belajar bareng lagi ya?"

"Ngga tan, ujiannya udah selesai. Ini mau ngajak Fanya jalan"

Fanya berjalan menuruni tangga, ia langsung pamit pada nyokapnya, lalu mengajak Ryan pergi.

Di keheningan sepanjang jalan, Ryan mulai menanyakan hal tadi.

"By, kamu tadi kenapa. Ko pas aku telpon cuek banget"

"Gapapa by, kita mau kemana nih" Fanya berusaha mengalihkan pembicaraan

"Kamu lagi pms ya? Hari ini tanggal berapa sih, mau ke mini market dulu ga by?" Ryan mengira pacarnya itu sedang pms.

"Ngga by, lanjut aja. Ga ada apa - apa kok, nanti aja aku ceritanya kalo udah sampai"

"Hmmm okee" Lalu Ryan menarik tangan kiri Fanya dan menggenggamnya, menaruhnya di pahanya.

Fanya yang mendapat perlakukan seperti itu merasa lebih baikan sekarang.

***

Ternyata Ryan mengajak Fanya ke taman tempat Ryan mengutarakan cintanya beberapa minggu lalu.

Ryan mengajak Fanya duduk disebuah bangku, menikmati pemandangan bunga - bunga yang tumbuh subur, pohon rindang yang menambah kesejukan di sana, disertai angin yang sepoi - sepoi. Membuat Fanya menyandarkan kepalanya di bahu Ryan, dan mulai menutup perlahan matanya. Fanya sangat menikmati suasana ini. keheningan yang tercipta membuatnya mengantuk.

Ryan yang melihat Fanya menutupkan matanya itu, ia menatap perlahan wajah pacarnya itu.

"Imut banget sih, cuma kamu yang bisa bikin aku berubah kayak gini. Makasih by, kamu sudah selalu ada buat aku, kamu selalu jadi penyemangat aku" Ucap Ryan. Lalu ia pun menyandarkan kepalanya diatas kepala Fanya.

Ternyata mereka sama - sama tertidur, hihihiii. Tapi cuman bentar sih, cuman 30 menit.

Fanya yang lebih dahulu terbangung, karena ia merasa ada sesuatu yang berat berada dikepalanya. Benar saja pikiran Fanya, kepala Ryan lah sesuatu yang berat itu. Fanya berusaha mengangkat kepala Ryan, lalu menyandarkan kepala Ryan di bahunya.

Kali ini giliran Fanya yang berbicara saat Ryan tidur.

"By, aku cuek kayak tadi bukan karena aku lagi PMS, aku lagi ga mood banget. Pikiranku lagi kacau gara - gara kamu bentar lagi lulus, terus kamu bakalan kuliah ke luar negeri. Yaa walaupun kamu katanya sudah pensiun jadi fakboi semenjak pacaran sama aku, tapi kalo kamu disana kan ga ada yang ngawasin, mau kamu boong sama aku juga aku ga bakalan tau, aku mungkin bakalan percaya - percaya aja" Ucap Fanya pelan, namun masih bisa di dengar oleh Ryan. Yapss... Ryan sudah terbangun sejak Fanya memindahkan kepalanya ke bahu Fanya.

Ryan mendengar ada isak tangis yang mulai muncul, ia pun segera bangun. Benar saja, pacarnya sedang menangis, air matanya membasahi pipi chubby nya.

"Lohh, sayang.. Kamu kenapa nangis?!" Tanya Ryan pura - pura tidak tahu.

"A... aku... aku takut kamu bakalan berubah kalau kamu kuliah di luar negeri nanti" Sahut Fanya jujur.

Ryan segera menghapus air mata Fanya dengan tangannya yang kekar itu.

"Sayang, dengerin aku ya. Cuman kamu yang bisa bikin aku berubah kayak gini. Makasih by, kamu sudah selalu ada buat aku, kamu selalu jadi penyemangat aku di saat aku lagi down. Thanks for everything. You just only for me, just for me. You and me forever darling" Disusul dengan senyum yang mengembang di wajah Ryan. Kalau sudah begini Fanya langsung mengubah raut wajahnya menjadi ceria kembali. Ia paling tidak kuat melihat Ryan tersenyum, senyumnya manis banget ngalahin gula"

"Udah mau sore ini, kuy pulang" Ajak Ryan

"Tapi beli martabak telor sama thai tea dulu ya by" Fanya mengatakan dengan lemah lembut, menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada sambil mengedip - ngedip kan matanya, ia memasang wajah memelas yang terlihat sangat menggemaskan itu.

"Iya sayangg" Lalu Ryan mencubit pipi Fanya dengan gemas.

"Sakit by"

"Biarin, yaudah kuyy"

Lalu mereka pergi meninggalkan taman. Dalam perjalanan pulang, tangan kiri Fanya di genggam erat oleh tangan kiri Ryan. Ia ingin bersama lebih lama lagi dengan kekasihnya itu, sebelum dia pergi ke luar negeri. Tak lupa, mereka singgah di pedagang kaki lima untuk membeli martabak telor keinginan Fanya.

***
"Makasih buat hari ini, makasih juga martabaknya by"
"Iya sama - sama"
"Iyaaa"
"Jangan cemberut gitu dongg, aku pulang dulu yaa babayyy"
Punggung Ryan pun mulai hilang tak terlihat, namun Fanya masih termenung di depan pagar.
"Se sulit ini kah pacaran sama kakak kelas?" Kata - kata itu keluar dari mulutnya, lalu ia segera masuk ke rumah.

***
Graduation day

Akhirnya hari ini tiba, hari yang di nanti - nantikan oleh para siswa siswi kelas 12. Hari perpisahan, semua siswa siswi kelas 12 hari ini menggunakan pakaian pesta. Para siswi kelas 12 menggunakan make up tebal agar terlihat pangling, sedangkan siswa kelas 12 ada yang menggunakan jas, ada juga yang hanya menggunakan kemeja.

Pagi itu Fanya pergi sendiri, karena Ryan pergi bersama orang tua dan adiknya.

Cekk cekkk...
Acara akan segera di mulai, di harapkan para hadirin beserta tamu undangan segera berada di tempat yang sudah di sediakan.

Kelas 10 dan 11 tetap hadir untuk menyaksikan acara tersebut. Mereka sibuk mengintip dari luar ruangan, ya walaupun acaranya di sekolah, yang boleh mengikuti hanya kelas 12 dengan orang tuanya, para guru, dan panitia serta Osis.

Fanya sudah stand by di dekat aula dengan handphone ditangannya, begitu juga dengan Echa, katanya dia mau fotbar sama ka Mahesa. Semenjak Fanya pacaran dengan Ryan dan sering makan bareng di kantin bersama teman - temannya Ryan, Echa jadi dekat dengan Mahesa.

Tak lama kemudian para tamu undangan keluar dari aula, itu tandanya acara sudah selesai. Fanya langsung gercep untuk menelpon Ryan. Soalnya kalau Fanya mencari Ryan di tengah kerumunan akan memusingkan kepalanya saja, dan akan memakan waktu lama. Baru saja Fanya ingin menelpon, ternyata Ryan beserta orang tua dan adiknya sudah berada di belakang Fanya.
"Eh, om, tante, Rangga..." Ucap Fanya ramah, sambil menyalimi mereka.
"Fanya mau foto bareng Ryan yaa" Goda Ratih
"Eh iya nih tan, hehe"
"Yaudah tante, om, sama Rangga tinggal ya, nanti Ryan pulangnya naik taksi aja, papah kamu tiba - tiba ada meeting mendadak" Kata Ratih. Maklum Mahendra memang orang yang sangat sibuk.

Baru saja mereka ingin foto berdua, para cewe genit sudah datang mengerumuni Fanya dan Ryan. Para cewe genit itu tak peduli Fanya pacar Ryan, yang penting mereka bisa berfoto dengan Ryan. Ryan yang tahu hal itu akan menyebabkan Fanya cemburu, ia memilih mengajak semua cewe itu untuk foto bersama dengan dirinya dan Fanya.
"Banyak banget anjir, gini aja deh ya. Kalian baris, gue sama Fanya di tengah, kita foto bareng aja, kalo foto satu - satu nanti ayang beb gue cemburu" Kata Ryan dengan santai namun memperlihatkan wajah songongnya itu.

Tunggu next chapternya yaa, jangan lupa vote dan komen, makasih!

The Most Wanted Boy is My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang