Tetap bertahan

97 9 0
                                    

Di sisi lain...

Fanya yang dari tadi menunggu Ryan kembali mencoba mencarii keberadaan dimana Ryan berada.

Samar – samar Fanya mendengar

"Tolong deh, pokoknya urus tuh anak jangan sampai acara pernikahan gue gagal cuman gara gara dia"

.....

"Thank ya, han"

Deg! Kenapa? Ada apa? Siapa? Berbagai pertanyaan mulai muncul di kepalanya Fanya.

Fanya berdiri mematung, otaknya masih mencoba mencari tau, mungkin kah Aura? Atau mantan mantannya yang lain? Atau itu selingkuhannya Ryan waktu di luar negeri? Dan lain lain...

Ryan terkejut setelah berbalik dan menyadari ada Fanya di belakang nya yang masih mematung dan melamun.

"By, by, by..."

Ryan mencoba menyadarkan Fanya. Ia mengibas – ngibaskan tangannya di depan wajah Fanya.

"Hah? Eh iya by, kenapa kenapa?" Tanya Fanya setelah tersadar dari lamunannnya.

"Kamu tadi denger aku pas lagi telponan kah by?"

"Em, iyaa. Tapi dikit kok, ga sengaja juga"
Nada suara Fanya mulai lirih, wajahnya pun mencoba merangkai seutas senyum yang terlihat sangat di paksanya.

"Ayo by fiting lagi, baju aku udah selesai, tinggal nyari baju kamu" Fanya mencoba menenangkan suasana.

"Okedeh, kita fiting dulu ya, nanti aku jelasin" Ryan tau ada yang sedang tidak beres dengan Fanya.

Ryan pun fiting baju dengan desainer, sedangkan Fanya memilih duduk menunggu di ruang tunggu.

Pipppp pippp piippp

Siapa nih yang nelpon Fanya segera nge cek hp Ryan yang dari tadi berdering.

Ohh, tante Fanya memilih untuk mengangkat telpon dari calon mertua nya itu.

"Halo, nak. Jadi kan habis ini fiting baju pengantin adat bugis nya? Mamah tunggu di tempat fiting baju nya, soalnya biar mamah aja yang nyariin baju yang cocok buat Fanya"

"Halo tan, em ini aku Fanya. Handphone nya Ryan di titipin ke aku, Ryan nya lagi fiting baju. Iya nanti habis dari sini kami langsung ke sana tan, paling bentar lagi selesai kok, nanti aku kasih tau Ryan ya tan"

"Eh, Fanya ya, okedeh, tante tunggu yaa, see you sayang"

"See you too tan"

Fanya tidak menyadari kalau dari tadi Ryan sudah selesai fiting baju. Ryan senyum – senyum memandang Fanya yang terlihat betapa akrab nya di telpon dengan nyokapnya itu.

"Ga salah deh, gue udah milih lo" Gergutu Ryan.

Ia pun menemui Fanya dan pura – pura tidak tau.

"Kenapa by, ada yang nelpon aku ya?"

"Eh iya by, nih tadi mamah kamu nelpon. Katanya mamah kamu udah nunggu kita di tempat fiting baju pengantin adat bugis, biar mamah aja yang milihin baju yang cocok buat kita"

"Aduh si mamahh, semangat banget kalau udah bahas yang beginiann, yaudah deh by cuss"

Mereka segera menuju ke tempat fiting baju selanjutnya. Dalam perjalanan Fanya memberanikan diri untuk menanyakan kejadian saat ia mecyduk Ryan sedang telponan dengan seseorang yang membahas masalah pernikahannya itu.

"Emmm, by..."

"Iyaa, kenapa sayang? Ada apa? Kok kayak mau ngomongin hal serius gitu"

"Emang serius tauu"

"Yaudah ngomong aja"

"I-ituuu, aku tadi ga sengaja denger kamu ngomong masalah pernikahan sama orang di telpon, kata kamu, kamu ga mau sampai pernikahan kita ini gagal, emangnya ada apa? Ada yang mau gagalin pernikahan kita?" Akhirnya Fanya berani mengatakan hal itu

...

Ryan hanya diam, tidak mengucapkan sepatah kata pun, dan memilih untuk fokus menyetir.

"Tuh kan,kamu kalo gini berarti ada yang kamu sembunyiin dari aku" Fanya memilih untuk mengalihkan pandangannya dari Ryan, Ia memandang pemandangan di sepanjang jalan yang menurutnya lebih menarik untuk dipandangnya saat ini, ia juga memasang wajah cemberut yang sangat menggemaskan itu. Membuat Ryan luluh dan memilih menepikan mobilnya untuk menjelaskan hal itu.

Fanya yang tersadar dari lamunan seketika terkejut, ia kira sudah sampai di tempat tujuan.

"Eh, kok stop? Udah sampai ya? Hayuk turun.."

"Kamu melamun ya?" Ucap Ryan. Diiringi kekehan, tangannya mengelus lembut rambut fanya lalu mengacak ngacaknya. Ia sangat gemas dengan tingkah pacarnya yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu.

Ryan sebenarnya tidak ingin Fanya tahu dan menceritakan kepada fanya, tapi kalau pun ia berbohong mungkin nanti Rana akan tetap mencoba mengganggu nya, jadi ia memilih untuk menceritakannya.

"Jadi gini by... Ada temen cewe aku waktu kuliah dulu, dia suka sama aku dari awal masuk kuliah sampai sekarang, terus katanya dia ga rela kalau samapai kamu nikah sama aku, jadi dia bakalan berusaha keras buat batalin pernikahan kita. Tapi tenang ya by, semuanya udah aku urus, semoga semuanya berjalan lancar" Ucap Ryan sambil mencoba membuat senyum di wajahnya.

"Ohhh jadi gitu ya, ya wajarlah. Kamu kan ganteng, banyak yang suka, banyak cewe cewe yang ga rela kamu nikah sama aku"

"Iya sayang. Tapi aku tetap setia sama kamu kok, aku yakin kita bisa ngelewatin masa – masa sulit ini. Kamu tetap setia sama aku kan?"

"Aku bakalan mencoba buat selalu sabar kok" Fanya berusaha membuat senyum paksa di wajahnya, hatinya mencoba kuat untuk menghadapi masalah ini.

"Tinggal sedikit lagi kan? Jadi ya emang harus lebih sabar, hehe. Aku udah berusaha sabar buat nunggu kamu selama 3 tahun, jadi kalau masalah gini aku yakin aku pasti bisa lewatin kok, aku kan kuat sayang. Kamu juga semangat ya, kita pasti bisa pokoknya!"

"Makasih sayang, udah mau bertahan sama aku, selalu sabar sama sikap aku yang kayak gini. Ga bakal salah deh aku milih kamu jadi calon istri aku, hahaha. Udah ya.. jangan sedih lagi"

"Iya sayang, sama – sama. I love you"
Fanya lalu mengecup pipi kiri Ryan.

Ryan yang menerima ciuman dari Fanya langsung terkejut.

"Eh kamuu, belom muhrim udah berani cium ciumm, siapa yg ajarinn?!" Ryan tak percaya. Padahal lubuk hatinya senang tak tertahan.

"Kamuuuu!!!" Ucap Fanya dengan wajah menggemaskan ala dirinya itu.

"Lahh kok akuu, aku ngga yaa. Yaudah hayuk jalan kasian mamah udah lama nunggu"

Ryan pun memacu laju mobilnya, menembus jalan yang lumayan ramai hari ini.

Hai hai haiii!!!!
Akhirnya setelah sekian lama cerita nya bisa up juga ya, hehe.

Jangan lupa vote sama komen ya, makasih!❤

The Most Wanted Boy is My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang