Part 5

80.9K 5.5K 449
                                    

Happy Reading

"Gak ada penolakan, lo harus turutin apapun perkataan gue" ujar Davino menatap tajam gadis yang berada disampingnya.

"Maaf Dav, gue gak bisa kalo soal ini, lo gak berhak atas hidup gue" ucap Divia, ia pergi begitu saja tetapi belum sampai tiga langah Davino menyekal pergelangan tangannya dan membuat Divia berbalik ke arah cowok tersebut.

"Kalo gitu sekarang lo pacar gue" ucap Davino penuh penekanan membuat Divia membelalakkan matanya kaget mendengar perkataan cowok itu barusan.

"Ta..tapi dav-" belum sempat Divia menyelesaikan perkataannya Davino langsung memotong

"Gak ada tapi tapian, gue gak terima penolakan" ucap Davino dengan wajah dingin dan datar, setelah itu ia pergi meninggalkan Divia sendiri termenung di taman belakang sekolah.

Divia masih berkutat dengan pikirannya, apakah ia bermimpi? Jika ia bermimpi tolong siapa pun itu bangunkan Divia dari mimpi buruk ini.

Divia masih mematung ditempatnya, wajahnya pucat. Ia tidak menyangka akan menjadi pacar dari seorang Davino Dean Algara seorang most wanted di SMA Antariksa yang terkenal dengan sifatnya yang dingin, datar dan cuek namun banyak digemari kaum hawa.

Divia pusing memikirkan hal ini, ia juga masih belum siap untuk menjalani hubungan dengan cowok itu.

Dalam hati ia hanya bisa berdoa, semoga kedepannya ia masih bisa mendapatkan ketenangan dalam hidupnya.

********

"Kantin yuk div" ajak Lisa yang sedari tadi perutnya minta di isi

"Males ah" jawab Divia lesu.

"Gak asik lo div" ujar Lisa pada Divia

"Ajak Clara aja sono"

"Gue juga mau ngajak Clara juga kali, tapi rasanya kurang gitu kalo gak ada lo" ucap Lisa mendramatisir

"Gue lagi mager sa" jawab Divia lesu.

"Ada apa sih div? Lo ada masalah ya? Kalo ada masalah itu cerita jangan di pendem sendiri, nanti ujung ujungnya makan ati" ucap Lisa sambil mengusap bahu Divia, ini tidak seperti Divia yang ia kenal

"Gue belum siap untuk ceritain ini semua ke lo" ucap Divia lesu

"Tenang aja div, gue ini sahabat lo, gue tungguin kok sampe lo bener bener siap untuk cerita semuanya ke gue" ujar Lisa sambil tersenyum pada Divia.

Lisa mengerti bahwa Divia lagi dalam masalah, tetapi ia akan tetap menunggu sampai Divia siap bercerita padanya.

"Makasih ya sa udah mau ngertiin gue" jawab Divia tersenyum sambil memeluk sahabatnya itu

"Santai aja kali div sama gue" jawab Lisa kembali

"Gue ke perpus dulu ya, bye" ucap Divia lalu meninggalkan kelas.

Divia pusing memikirkan perkataan Davino kemarin, sudah beberapa hari ini ia terus-terusan menghindar dari Davino dan sekarang ia butuh ketenangan, ia memikirkan bahwa perpus adalah tempat yang pas untuknya saat ini.

Saat sampai diperpus Divia memilih salah satu novel yang akan ia baca. Saat sedang seru-serunya membaca novel, tiba-tiba ia dilanda kantuk dan berakhir ketiduran diperpus dengan buku novel yang ia letakkan di atas wajahnya.

Tanpa ia sadari ada seseorang yang memperhatikan dirinya dari balik jendela, orang itu tersenyum sesaat melihat gadisnya yang sedang tertidur pulas dengan novel yang dia letakkan di atas wajahnya.

"Lucu" batin Davino sambil tersenyum tipis.

Ya orang itu adalah Davino, ia yang sedari tadi memperhatikan Divia, ia tau bahwa gadis itu sedang menghindari dirinya, ia akan memberikan waktu pada gadis itu untuk menerima semuanya

Davino berjanji tidak akan melepaskan gadis itu dan akan membuat gadis itu jatuh hati padanya.

********

"Eh sa liat Divia gak?" tanya Delon pada Lisa

"Katanya tadi mau ke perpus kak, mungkin lagi ada diperpus" ucap Lisa sekenanya.

"Makasih ya sa" ucap Delon sambil tersenyum pada Lisa, dan bergegas menuju perpus

"Ya ampun raa, itu kak Delon ganteng banget, tadi gue di senyumin sama dia" ucap Lisa baperan.

Lisa memang sudah lama naksir Delon, tetapi cowok itu selalu saja tidak peka.

"Yaelah sa, jangan baperan jadi cewek nanti ujung ujungnya sakit hati lo" ucap Clara pada Lisa

"Iri bilang bos" jawab Lisa kesal sambil mendelik kan matanya

Clara yang melihat Lisa seperti itu langsung bergidik ngeri, entah apa yang merasuki diri Lisa, padahal kalau dipikir perlakuan Delon terhadapnya biasa saja, tetapi menurut Lisa itu sudah peningkatan besar, karena dulu sifat Delon terhadapnya selalu saja cuek.

Delon membuka pintu perpus, tidak ada orang di dalam karena memang ini sudah bel pulang, orang-orang juga sudah banyak yang pulang. Ia mondar mandir mencari adiknya

Saat ia pergi ke pojok ia tidak sengaja melihat seorang gadis yang tertidur pulas dengan novel yang berada di atas wajahnya.

"Dek bangun" ucap Delon sambil membangunkan adik kesayangannya itu.

"Gendong" jawab Divia sambil merentangkan tangannya, kalau sudah seperti ini dengan berat hati dirinya menggendong adiknya.

Delon pun berjongkok didepan Divia agar adiknya mudah naik ke punggungnya

"Yaudah buruan naik sebelum gue berubah pikiran" ancam Delon

"Iya iyaa kak" Divia akhirnya naik dipunggung Delon, saat ini aman-aman saja karena sekolah sudah sangat sepi sehingga membuat dirinya berani menggendong Divia Dari perpus sampai ke gerbang sekolah

Divia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang terus-terusan mengawasi dirinya dari jauh, cowok itu mengepalkan tangannya melihat pemandangan yang tidak enak didepannya.

"Gak ada yang bisa ngerebut apa yang udah jadi milik gue" ucapnya dalam hati, ia menatap tajam gadis yang sedang dalam gendongan cowok yang tidak dikenalinya, ia harus membuat perhitungan dengan cowok yang sudah berani menyentuh gadisnya itu

********

"Yeeyy kak Vino udah pulang, nanti main ps bareng Sean ya kak" ajak Sean bersemangat.

Seketika emosi Davino hilang entah kemana saat melihat Sean.

Sean Leon Algara adalah adik dari Davino yang sudah berumur 10 tahun. Ia sangat menyayangi adiknya itu, apapun akan ia lakukan demi melihat Sean bahagia.

Davino pun tersenyum dan mengelus puncak kepala sean, setelah itu ia menganggukkan kepala tanda setuju dengan ajakan adiknya itu.

"Yaudah kakak mandi dulu ya" ucap Davino mengacak gemas rambut adiknya.

Sehabis Davino mandi ia turun ke bawah untuk menepati janjinya pada adiknya itu, ia akan menemani adiknya bermain ps.

Sudah setengah jam mereka bermain, dan permainan pun di menangkan oleh Sean. Davino membiarkan Sean menang darinya.

"Yess Sean menang lagi dong" ucap Sean tertawa melihat kakaknya kalah.

"Kamu emang jagonya, belajar yang rajin ya disekolah" ujar Davino sambil mengelus kepala Sean.

"Siap pak boss" ucap Sean tertawa dan memeluk Davino.

Baginya kemenangan tidak terlalu penting, yang terpenting adalah adiknya, ia tampak terlihat sangat senang, sehingga membuat Davino ikut merasa senang juga.

Sifat dingin, galak dan cuek seketika hilang kalau sudah bersama adiknya itu. Hanya adiknya lah yang bisa membuat Davino tertawa lepas tanpa beban pikiran.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang