Satu: Malam Selasa di Warung Tenda

2.1K 338 51
                                    

Abimanyu Saka Janendra.

Cowok itu sekarang lagi duduk di depanku dengan dialasi tikar tipisㅡmemetik senar gitarnya sambil bersenandung pelan gak karuan. Sesekali dia menyeruput segelas kopi yang dia pesan sejak datang kesini, atau menghisap sebatang rokoknya yang tinggal setengah. Sedangkan aku? Yang aku lakukan hanya memperhatikan dia yang bahkan kayanya lupa kalau aku dateng kesini gara-gara suruhan dia. Sambil berpura-pura sibuk dengan HP, aku sesekali berdehem dengan tujuan biar dia tau kalau ada seonggok anak manusia yang dia suruh datang kesini dengan maksud tujuan yang gak jelas. Udah kaya gantungan kunci, nganggur gini.

"Pengen jalan-jalan deh gua," celetuknya kemudian dan akhirnya menoleh ke arahku.

"Ya jalan-jalan mah tinggal jalan aja," jawabku santai.

"Bandung, yuk!" ajaknya, random banget. Aku cuma mengerutkan dahi, kemudian Saka mengambil HPku dan mengetik kata kunci di aplikasi google.

"Gua pengen nyobain kuliner Bandung yang katanya 24 jam. Samaㅡnah ini, cakep banget anjir malem-malem!" kata Saka sambil menunjukkan sesuatu di layar hpku. Tempat wisata bernama Caringin Tilu adalah yang Saka maksud dengan tempat yang keren di malam hari, dataran tinggi yang menghadap dengan keramaian dan kelap-kelip kota Bandung yang ada di bawahnya.

 Tempat wisata bernama Caringin Tilu adalah yang Saka maksud dengan tempat yang keren di malam hari, dataran tinggi yang menghadap dengan keramaian dan kelap-kelip kota Bandung yang ada di bawahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ih mau, keren banget!" kataku semangat. Cakep nih, tempatnya bagus dan gak bayar mahal karena cuma bayar uang parkir. Saka ngangguk setuju, kemudian lanjut memainkan HPku lagi.

"Kalo dari sini naik motor, berapa jam ke Bandung kira-kira?" tanyanya.

"Dua sampai tiga jam kali? Tergantung keadaan jalanannya sih," jawabku asal. Saka masih menatap layar HPku dengan raut wajah berfikir, sampai akhirnyaㅡ

"Yaudah, yuk!" ujarnya dengan semangat 45.

"Apa? Ke Bandung? Serius lo?" Saka mengangguk dengan mantap dan yakin.

"Iya, pulang pergi. Dari sini siang atau sore terus malemnya langsung pulang." begitu katanya. Ya aku sih gak masalah, cuma apa gak capek?

"Lo nya gapapa?" tanyaku.

"Gapapa gimana maksudnya?"

"Gak capek gitu? Pulang pergi pake motor?"

"Lu capek gak kira-kira?" Saka malah nanya balik. Aku sih ngegeleng (ragu dikit), karena kayanya kalau cuma dua sampai tiga jam mah kuat-kuat aja.

"Yaudah gua juga. Kalo lu gak capek, gua juga," ujarnya masih dengan santai.

"Bener nih, ya? Mau kapan?" tanyaku kemudian.

Dialog Kita #1 : Dua Manusia dan DiantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang