(71) Reaksi

630 80 5
                                    




Sudah larut malam, pada saat James kembali ke Potter Manor, Harry dan Damien sudah tidur.  Lily masih bangun, dengan cemas menunggu James kembali.  Lily telah memberi tahu putra-putranya bahwa James pergi menemui keluarga Weasley membereskan masalah Orde.  Dia tahu putra-putranya, terutama Harry, akan mencemaskan James yang akan bertarung melawan Pelahap Maut.  James memberi tahu Lily tentang makam hitam dan tentang ancaman Voldemort.  Lily duduk diam karena terkejut mendengarkan James, semakin ketakutan.  Pada akhirnya, kedua orang tua duduk dalam keheningan.  Akhirnya Lily berdehem.

"Itu ... itu tidak akan terjadi. Dia—dia tidak bisa melakukan apa pun pada Harry! Kita tidak akan membiarkannya terjadi!"  Lily berkata dengan suara yang lebih meyakinkan dirinya sendiri daripada James.

James tidak menanggapi.  Ia memikirkan tentang semua kemungkinan yang akan Voldemort lakukan untuk memenuhi ancamannya.  Pertama, Harry menolak untuk tinggal di dalam Potter Manor.  Ia secara terang-terangan menolak adanya pengawal ketika ia pergi keluar.  Itu langsung menempatkan Harry pada risiko dan James bahkan tidak ingin memikirkan trik kotor yang bisa dilakukan Voldemort untuk menarik Harry keluar dari tempat aman.

James mengusap pelipisnya saat ia merasakan sakit kepala yang mengerikan menghantamnya.  Ia tidak menginginkan apa pun selain merangkak ke tempat tidur dan melupakan hal ini pernah terjadi.  Tapi ia tidak bisa.  Ia tidak bisa melupakan gambar makam marmer hitam yang menakutkan, menunggu di sana dengan nama Harry di atasnya.  Ia mengambil kacamatanya dan mengusap matanya.

Lily mencoba menghiburnya.  Lebih mudah bagi Lily, dia tidak melihat makam itu.  Dia tidak melihat nama putranya, berkilauan di nisan, dia tidak mau mendengar ancaman yang dibuat Voldemort terhadap Harry.  Dia tidak melihat api menyala di mata merah itu saat ia bersumpah akan membalas dendam.  James-lah yang telah melihat semua itu.

James perlahan bangkit dan menuju ke atas.  Ia menemukan dirinya berdiri di depan pintu Harry.  Lily melihatnya membuka pintu dan masuk.  Dia memutuskan memberi James beberapa menit.  Dia tahu bahwa James mungkin ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa Harry aman.  Lily diam-diam masuk ke kamarnya, dengan sabar menunggu James.

James melihat bahwa Harry tertidur lelap.  Kakinya menuntunnya langsung ke arahnya.  Dia tidak ingin membangunkannya tetapi ternyata dia tidak bisa meninggalkan putranya yang sedang tidur.  James melihat cara napas Harry yang tenang dan ia tampak rileks.  Pikiran James dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang mengganggu.  Makam itu, ancaman Voldemort, nama Harry yang bersinar di atas nisan yang mengerikan itu.  James mendengar kata-kata Voldemort di telinganya lagi.  'Aku pernah menculiknya sebelumnya.  Apa yang akan menghentikanku kali ini?'

James akhirnya lemas dan jatuh di lantai, dekat tempat tidur Harry.  Dia ingin bangun dan pergi, dia tidak ingin membangunkan Harry.  Tapi seluruh tubuhnya mati rasa. Dia tahu bahwa Harry diinginkan oleh Voldemort tetapi melihat makam hitam itu membuat James menyadari dengan tepat seberapa besar bahaya yang dihadapi Harry. Apa yang bisa James lakukan untuk memastikan bahwa Voldemort akan menjauh dari Harry?  Bagaimana dia bisa memberi Harry kehidupan normal jika ia bahkan tidak diizinkan meninggalkan rumahnya sendiri?

Dia tenggelam dalam air mata dan kekhawatirannya sendiri dan tidak menyadari bahwa isakan pelannya telah membangunkan Harry.  Harry bergerak ketika ia menyadari ada seseorang di kamarnya.  Awalnya ia mengira itu Damien yang hanya mempermainkannya.  Kemudian ia menyadari bahwa orang ini sedang menangis.  Ia bisa mendengar napas yang tersengal-sengal dan isak tangis yang tertahan.  Seketika Harry melambaikan tangannya, dan lampu di kamarnya berkedip-kedip.  Harry terkejut tanpa kata-kata melihat ayahnya di lantai, kepalanya terkubur di tangannya, bahu gemetar saat isak tangis keluar.

The Darkness Within ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang