Hari ini makan di luar yuk. Tempat biasa ya.
Boros, umpat Kei pada ponselnya. Lelaki surai pirang itu menutup pesan dari Tobio cepat lalu bergegas melanjutkan langkahnya untuk pulang. Bulan ini kebutuhan kuliahnya membludak dengan mengerikan sehingga mau tak mau ia harus berhemat habis-habisan. Minggu depan uang bulanan dari ibunya baru akan ditransfer, jadi minggu ini keuangannya sedang di titik terendah. Sudah tahu begitu bisa-bisanya raja egois yang imUt tApi bOdoh itu mengajaknya makan di luar. Serius minta dihujat ya?
Kei memijit pelipis untuk menenangkan diri. Seingatnya di kulkas masih ada beberapa sayur dan mereka masih punya 2 cup ramen. Yah agak mengenaskan tapi untuk hari ini hanya itu penyokong hidupnya.
Sesampainya di apartemen, Kei langsung menuju dapur. Dia terlalu kelaparan, dan hari ini banyak kegiatan yang melelahkan. Tangannya meraih gagang lemari makanan dan membukanya.
Lah?
Dalam sekejap saja Kei dibuat cengo. Kok kosong?? Dia ingat betul kemarin masih ada 2 cup kok. Jangan-jangan Tobio yang makan!
Tapi berhubung yang bersangkutan saja tidak ada di rumah, Kei hanya bisa menutup kembali lemari makan sambil mengumpat. Seapartemen dengan Tobio memang banyak kejadian tak terduga. Bukan sisi positif, lebih seringnya sisi yang membuat diri ingin ngamuk-ngamuk mendadak. Akhirnya dengan mulut monyong-monyong Kei beringsut membuka kulkas.
“AAAKKHH!! TOBIO SIALAN!!”
Hampir saja Kei membanting pintu kulkas kalau saja otak warasnya tak segera mengingatkan. Yaa bagaimana ceritanya coba kulkas itu bisa kosong melompong? Bahkan sebotol air mineral saja tidak ada?!
Dengan berapi-api, remaja itu langsung melesat mengambil ponselnya di tas. Nomor pertama yang ia tuju sudah tentu milik Tobio.
Beberapa saat nada sambung terdengar. Lamaa. Kei mulai tak sabar. Ia mencoba menelepon lagi. Tetap sama. Coba lagi. Sama saja.
Dahi Kei berkedut cepat. Urat-uratnya tercetak jelas.
“Boccah ituu,” Kei meremas tangannya kuat. Jika ia kelupaan meremas ponselnya, mungkin benda pintar itu sudah remuk sekarang.
Tanpa menunggu lagi Kei menyahut jaketnya lalu pergi keluar. Langkahnya terburu dengan gemuruh emosi di dada.
Awas saja, ku bunuh kau, Tobio.
***
Kling.
Kei masuk ke kafe yang biasa ia dan Tobio kunjungi. Sudah lumayan ramai di sini, tapi Kei sama sekali tak melihat batang hidung Tobio. Lelaki itu pun memutuskan untuk bertanya pada salah satu karyawan.
“Hum? Kageyama-kun? Dia belum datang ke sini hari ini.”
Remaja beriris amber itu seketika membuka mulut. Tertawa datar. Aura membunuhnya makin pekat menguar, membuat karyawan di hadapannya sontak bergidik dan buru-buru pamit pergi.
Baru saja Kei hendak berbalik untuk pulang, ponselnya bergetar tanda telepon masuk. Ia pun mengeceknya.
Kebetulan!
“TO—“
“Kei, kau di mana?? Kok belum datang? Aku kelaparan, sialan! Cepat kemari!” Gerutuan Tobio langsung menyembur lancar, memotong sumpah serapah yang nyaris dilontarkan lelaki jangkung itu. Sudah lelah, lapar, kena omel lagi. Kei menghela napas berat, menahan diri agar tidak melempar parang ke sembarang orang.
“Yang Mulia Raja sialan, sebelumnya Anda mengatakan di tempat biasa, jadi saya ke kafe, Anda sendiri di mana?”
“Loh? Kok kafe? Ke kedai yang biasanya, Kei. Ngapain ke kafe, mahal! Memangnya kau sudah dapat tranferan??”
“HEH, BEGO!! Yang hanya menuliskan 'tempat biasa' siapa?? Sekalinya jajan keluar kan cuma ke sini, jarang banget ke kedai! Katanya jauh! Males! Maumu gimanAa?!”
“Ya maaf deh, kok kau marah-marah sih? Tinggal susulin ke sini juga, sewot.”
“SE-WOT??!! Kau bilang aku sewot?! Yang Mulia—“
“Kei, aku sudah kelaparan. Cepat kemari, ku tunggu. Dah!”
Klik.
“DITUTUP??!!!”
Kei menyumpah serapah ponselnya yang tak berdosa sebelum memasukkan asal benda itu ke saku. Kepalanya meletup-letup. Ia kesal sekali dan sebenarnya malas ke kedai untuk menemui Tobio. Maunya ke supermarket saja lalu pulang. TApi yang namanya Tobio, kalau dia ngotot minta sesuatu dan tidak dipenuhi, lebih baik Kei tidur di luar apartemen daripada mendengar rengekan bocah itu. Tapi kembali lagi, mana mau Kei mengorbankan diri untuk tidur di luar!
Akhirnya mau tak mau Kei memilih pergi juga. Tanpa sadar langkahnya diiringi seluruh mata di kafe yang menonton seluruh tindak tanduknya.
***
HAPPY LATE BIRTHDAY MY ROMEO!!
ehe, kemaren lupa/plakBtw, ini ga ada sequelnya, karena perchapter cuma potongan-potongan cerita Tsukkikage, dan yang ini cuma ngespill ngamuk-ngamuknya Tsukki. Semoga kalian juga terhibur karena aku juga ngakak waktu baca ulang. Tsukki unyuu syekalii hahaa.
Dahlah, itu aja. Sampai jumpa lagi yang entah kapan bakal ketemu tehe/tehe palamu
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD
Fiksi PenggemarTentang pikiran-pikiran Kageyama yang merasa penuh masalah dengan Tsukishima hanya karena satu kalimat pendek dari lelaki pirang itu. 'Terima kasih,' apa maksudnya? /TsukiKage