Zero to One

96 19 25
                                    

"Namamu adalah Zero

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Namamu adalah Zero. Orang tuamu meninggal akibat kecelakaan tambang, kau berkelana dari kota sana untuk mencari pekerjaan tapi seseorang mencuri perbekalanmu. Temukan pemimpin anak jalanan bernama Raven, dan habisi dia."

Zero menatap kumpulan anak jalanan yang sengaja dikumpulkan ketua mereka, Raven. Orang itu menyuruhnya mengenalkan diri sambil tersenyum bangga berkoar,

'aku yang menemukan anak ini di pinggir sungai'.

"Namaku Zero, umurku 16 tahun. Terima kasih sudah menerimaku."

Tatapan mereka beragam. Ada yang ketakutan, ada yang menatapnya tajam, bahkan ada saja yang tidak peduli. Selanjutnya, Zero harus mempersiapkan kemungkinan pertanyaan yang meluncur.

Raven mengangkat alis, "Zero? Orangtuamu memberi nama itu?"

Dari sekian banyak pertanyaan yang Zero duga, ia sama sekali tidak menduga pertanyaan tadi meluncur dari Raven. Orang itu jenius, kata mereka. Kenapa justru hal remeh yang ia tanyakan?

"Orang tuaku meninggal karena kecelakaan tambang," jawab Zero.

"Bagus, karena tidak ada di sini yang punya juga," ujar Raven.

Kerumunan anak jalanan perlahan membubarkan diri ke pekerjaannya masing-masing. Zero termenung. Ia harus mengikuti Raven. Ia harus mengikuti targetnya seorang.

Lalu menghabisinya.

"Omong-omong, kau bisa memilih ingin bekerja dengan siapa. Apa yang bisa kau lakukan?"

Membunuh. "Apa saja, asal kau tunjukkan caranya."

Banyak hal tentang Raven yang tidak diterangkan oleh orang rumah. Asal-usulnya, umurnya, apa yang ia lakukan, namanya, nama aslinya.

"Membunuh?"

Hm? Sekali lagi, ucapan tidak terduga keluar dari mulut Raven. Zero mengangkat kedua alisnya, "Apa kalian biasa melakukannya?"

Raven tidak menjawab dan dengan santainya melengos begitu saja ke luar gang. Zero menyusul, mau tidak mau. Jika orang-orang ini betulan membunuh maka alasan untuk menghabisinya sudah sangat tepat.

Namun, apa benar? Orang ini memang terlihat misterius, tapi dia tidak ada bedanya anak remaja pada umumnya.

Raven membawanya keliling kota. Sambil berjalan ia mengatakan, "Kau sungguh sanggup membunuh sampai mengekoriku terus?"

Zero harus melihatnya langsung, mau tidak mau. Bola mata kanannya terpaut sebuah lensa, yang dengan hanya berkedip saja ia bisa memotret banyak hal dan mengirimkan hasilnya ke orang rumah.

Sebetulnya itu adalah satu dari beberapa hal yang orang rumah inginkan darinya. Sebuah bukti. Sehingga ketika Zero benar-benar berhasil dalam misinya maka ia tidak akan disalahkan.

Kurang lebih begitu, kata mereka.

Tetapi entahlah, apa orang rumah menginginkan bukti foto Raven yang rupanya pergi membunuh kawanan lebah yang mengganggu?

Einstopia van WereldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang