2

2.7K 460 38
                                    


ini udah terhitung seminggu wonyoung dan jisung jadian.

tapi ga ada pergerakan dari kedua nya.

kalo kayak gini tuh wonyoung jadi mikir jisung main-main pas nerima dia. apa cuma bercanda doang.

wonyoung menghela nafas.

"jadi gimana won, masa lo mau terus terusan gini?" ucap dahyun yang sedang tidur dikasur wonyoung.

"gue juga bingung hyun"

wonyoung menelengkupkan kepalanya di atas meja belajar.

jiheon mengusap usap kepala wonyoung "yang sabar ya won, apa mau kita samperin jisung nya?"

"iya kita samperin aja itu orang berani berani nya bikin lo kayak gini"
timpal dahyun penuh emosi.

"gausah anjir"

wonyoung tuh mau terharu aja kalo temen temen nya lagi pada waras gini.

"mending lo berdua pacaran sama gue aja dah" ucap wonyoung.

"anjir aku ga mau dipoligami mas" dahyun menyilang kan tangan di dada nya.

"udah gila" ucap jiheon.

mereka bertiga lantas tertawa, wonyoung jadi melupakan masalah tadi. temen temen nya emang terbaik.

***


hari senin, wonyoung berniat untuk ngomong langsung ke jisung.

sembari nunggu upacara dimulai dia duduk di bangku koridor. temen temennya pada jadi petugas upacara jadi dia cuma sendiri.

pas lagi ngelamun wonyoung ngeliat jisung diujung koridor, jadi dia ga nyi-nyiain kesempatan nya ini.

wonyoung jalan mendekati jisung

"jisung!"

jisung nengok belakang dengan kaget, wonyoung ketawa kecil liat muka jisung.

"mau apa?"

to the point banget batin wonyoung.

"itu gue mau ngomonginー"

"anjing, bentar ikut gue" ucap jisung reflek menarik wonyoung dari sana, ada guru yang sedang menjaga tadi.

mereka berdua masuk ke dalam gudang tak terpakai disekolah itu, dan bersembunyi dibelakang lemari.

"ada apaan si, kok kita sembunyi?" tanya wonyoung.

jisung mendengar suara langka dari luar ruangan dia reflek menggerakkan jari telunjuk nya ke bibir wonyoung, agar wonyoung diam.

wajah jisung dan wonyoung sangat dekat, hingga wonyoung tak kuasa menahan semburat merah di pipi nya.

jisung yang tak menyadari itu masih  mengawasi pintu, takut ada seseorang yang masuk.

dirasa aman dia mengalihkan pandangan ke arah wonyoung, yang ditatap malah menunduk menyembunyikan wajahnya.

jisung tidak merenggangkan jarak diantara mereka dan masih menatap wonyoung lekat.

tolong jantung gue ga kuat, park jisung sialan batin wonyoung.

ketika wonyoung menongakkan kepalanya posisi jisung sekarang berada disebelah nya, jaraknya juga tidak sedekat tadi.

setelah beberapa saat wonyoung baru sadar bahwa dia melewati upacara.

"lah upacara udah mulai" wonyoung berjalan kearah pintu gudang.

"percuma kesana"

dia menengok ke arah jisung niat bertanya.

"lo bakal dihukum"

cewe itu melemas, benar juga kalo dia ke sana ntar malah dihukum di depan lapangan.

dia kembali ke posisi awal tadi dan ikut duduk menyender dengan tembok disebelah jisung.

"lo kenapa ga ikut upacara?"

jisung mengarahkan pandangannya ke wonyoung, tapi tidak menjawab.

"ohh atribut ga lengkap" ucap wonyoung setelah melihat seragam jisung, jisung mengangguk.

hening, mereka berdua ga ada yang ngomong.

jisung memejamkan matanya "mau ngomong apa tadi?" ucapnya.

"a-ah itu─"

keberanian wonyoung dirasa hilang, padahal dia sudah menyiapkan mental dari semalam.

jisung menunggu wonyoung berbicara.

"kita... betulan pacaran ga si?"

jisung mengarahkan pandangannya ke wonyoung "menurut lo?"

"ga tau" balas wonyoung dengan suara kecil, yang wonyoung mau tuh jawaban bukan malah balik nanya.

jisung menghela nafas "kemarin gue jawab apa?"

"lo bilang lo mau, tapi sikap lo sung gajelas. lo kalo ga mau tinggal nolak gue aja, dari pada kepaksa gini atau lo cuma main-main doang?"

"repot"

wonyoung ngomong panjang lebar cuma dibales gitu doang? sakit banget lur.

lagi-lagi hening diantara mereka.

"yaudah gue perjelas. lo pacar gue, gue pacar lo, begitu kan?"

wonyoung modar.

tsundere, park jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang