BAB 4

5 3 7
                                        

Happy readingg💞

**************

Setelah jam pelajaran terakhir telah selesai, seperti biasa Hana selalu menunggu sekolah sepi terlebih dahulu. Barulah dia bisa pulang karena bagi Hana keramian tidaklah menyenangkan, semenjak Dikta mempunyai pacar Hana selalu sendiri ,sudah jarang sekali bisa bersama Dikta, bahkan untuk bertemu pun susah. Apalagi ngobrol berdua.

Hana rindu moment seperti itu bersama Dikta, tapi apalah daya. Meskipun Hana satu kelas dengan Dikta bahkan untuk sekedar bertegur sapa pun enggan rasanya, tidak seperti dulu. Kemana pun Dikta pergi selalu ada Hana disana begitupun sebaliknya.

Hana menghembuskan nafasnya secara kasar. Lalu, mata indah Hana melihat keadan sekelilingnya ternyata tanpa ia sadari kelas sudah mulai kosong. Perlahan Hana bangkit, dan merapihkan semua buku-bukunya lalu memasukkan-nya ke dalam tas ransel miliknya.

Begitu sampai di ambang pintu tiba-tiba Hana di kejutkan oleh seseorang.

"Astagfirullah, Agas lo apa-apaansih? Gue kaget tau." omel Hana, kesal dengan Dikta yang tiba-tiba muncul di depan pintu kelasnya.

Dikta sengaja menunggu Hana di luar, karena dia tahu kebiasaan Hana akhir-akhir ini, sebenarnya dirinya sedikit merasa bersalah. Karena sekarang dia sudah tak bisa selalu bersama Hana, karena ada Febbi sekarang. Dikta tak mau Febbi salah paham lagi seperti tadi pagi.

"Drama banget hidup lo, makannya jangan banyak ngelamun."

Hana mengerucutkan bibirnya kesal dan hal itu membuat Dikta gemas dan tanpa sengaja Dikta mengacak-ngacak rambut Hana dengan gemas. Hana yang mendapat perlakuan seperti itu seketika terdiam mematung, tubuhnya tak bisa berkutik sedikitpun. Dan jangan tanyakan lagi dengan kondisi jantungnya saat ini. Pasti sedang berdetak tak normal.

Hana tersadar dan menepis tangan Dikta dari rambutnya. "Apaansih lo? Rambut gue di acak-acak begini."

"Habis teman gue yang satu ini, gemesin banget dah."

"Terserah lo." ucap Hana dan berlalu pergi meninggalkan Dikta. Sebenarnya Hana senang tapi dia harus sadar diri, dia gak mau stok hatinya terus berada pada Dikta.

"Han, tunggu woy." teriak Dikta sambil berlari mengejar Hana.

Hana yang sudah sampai di area parkiran langsung mengambil kunci dari tas ranselnya. Lalu menaiki motor dan tak lupa memakai helm, saat Hana akan hendak melajukan motornya, tiba-tiba Dikta menghalangi jalannya.

"Ckk,, minggir lo Gas, gue mau lewat, mau lo? Gue tabrak?."

"Gue gak ijinin lo, buat balik." jawab Dikta.

Hana kesal lalu mematikan motornya. "Mau lo apaansih?"

"Pulang bareng lo?, awas minggir biar gue yang bawa motornya."

"Emang lo kuat bawa motor?" ucap Hana sambil tersenyum sinis

Dikta berdecak sebal, dia menyesali perkataannya. Berbicara sama Hana memang membuatnya harus ekstra sabar.

"Terserah lo, mundur lo kebelakang!" perintah Dikta kepada Hana, namun Hana hanya terkekeh.

"Bukannya lo tadi bawa motor ya? Agas?"

"Gak, berat kalau harus di bawa-bawa." membuat Hana berdecak sebal.n

"Motor gue di pinjem Dodo, makannya gue nebeng bareng lo." bohongnya

"Kenapa lo gak nebeng bareng Febbi aja tadi?"

"Gue boleh nebeng gak? Kalau gak boleh gue tetep gak mau turun dari motor lo." Ucapnya.

Handikta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang