"Apakah kamu tahu? Aku selalu berharap, kelak suatu saat kamu akan menyukaiku."
~Hanania Janisti
**************★★*************Gadis tersebut berlari menuju gerbang sekolah dan menghentikkan taxi yang baru saja melintas tepat di depan gerbang sekolah-nya. Dia adalah Hana, entahlah Hana begitu benci dengan keadaan seperti ini. Ia tak bisa mengkontrol perasaan-nya, tak sepantasnya dirinya cemburu. Febbi pacar-nya, dan dirinya? Hanya sekedar teman tidak lebih. Selalu saja Hana salah mengartikan perhatian manis yang Dikta berikan padanya. Bukan sebagai teman melainkan melebihi dari sekedar teman. Hana sadar atas semua perhatian yang Dikta berikan hanya sebatas kasihan, tidak lebih. Tapi hati-nya tetep kekeuh mengartikan itu semua murni dari hati bukan sekedar kasihan.
Seharus-nya dia sudah membuang perasaan itu jauh-jauh, tapi kenapa? Rasa-nya begitu susah. Di saat dirinya bersikeras untuk membuang semua perasaannya, malah semakin sulit pula untuk melupakan-nya.
Hana memejamkan kedua mata-nya, namun tiba-tiba mobil yang di tumpangi Hana seketika berhenti mendadak. Hana yang duduk di kursi belakang membuat kening Hana terbentur ke arah kursi depan.
"Aduh pak, kalau mau berhenti bilang-bilang dong. Dahi saya jadi kejedot nih!" dengusnya.
"Maaf dek saya juga reflek, habis di depan ada motor yang menghadang mobil saya." jawabnya.
"Hah?? Serius pak? Siapa pak?" tanya Hana beruntun. "Jangan-jangan, kita di begal lagi pak?" lanjutnya lagi
"Kayaknya bukan deh dek, kayaknya dia teman adek. Dari seragam sekolahnya saja, sama seperti Adek." ucapnya
"Masa sih pak? Yaudah pak, saya turun dulu bentar." pak supir pun hanya menganggukkan kepala-nya sebagai jawaban.
Hana akhirnya memutuskan untuk turun dan melihat siapa yang menghadang taxi yang sedang di tumpangi olehnya.
Hana begitu terkejut ketika melihat siapa dalang atas kejadian barusan. "Agas?"
Agas nama panggilan masa kecil yang di berikan Hana kepada Pradikta Agaskara, saat dimana mereka pertama kali bertemu. Hana tidak menyebut nama depan-nya dengan sebutan Dikta seperti yang lain-nya. Melainkan dengan nama akhir-nya yaitu Agaskara.
Dikta turun dari motor dan menghampiri Hana yang terdiam mematung menatap diri-nya.
"Kenapa lo pergi? Harus-nya tadi lo nunggu gue? Hana?" tapi Hana tetap diam tak menjawabnya, sekilas ingatan melintas dimana Dikta berhenti mengejarnya hanya karena Febbi memanggilnya.
"Hana? Lo denger gue kagak?"
Namun Hana berangsur mundur dan menghampiri sang supir taxi terlebih dahulu. "Pak, saya berhenti disini saja. Ini uangnya."
Hana pun mendekat ke arah Dikta. "Lo tuh gak punya hati banget yah Gas, gue nunggu lo lama. Lo malah asyik pacaran sama Febbi!"
"Yah maaf Han, tadi Febbi manggil gue. Yah masa gue gak berhenti. Febbi kan pacar gue Han!"
Hana tersenyum getir hatinya begitu nyeuri saat Dikta mengatakan bahwa Febbi adalah pacar-nya.
"Lo kenapa sih Han? Lo marah sama gue? Karena gue lebih mentingin Febbi daripada lo?"
"Iya lo bener Febbi pacar lo, dan dia lebih berhak atas lo ketimbang gue. Sedangkan gue? Gue hanya sebatas teman lo, gak lebih. Puas lo." runtuh sudah benteng pertahanan Hana air matanya terjun bebas membasahi pipinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Handikta (On Going)
Teen Fiction{Follow dulu sebelum membaca} ***************************************** "Jatuh cinta sendirian itu, nyatanya tidak enak." ~Hanania Janisti~ Siapa disini yang pernah jatuh cinta sama teman masa kecilnya? Hingga kalian menginjak dewasa pun kalian teta...