SiX

20 0 0
                                    

Beberapa orang murid tampak berkerumun di depan papan mading sekolah. Hanya beberapa detik saja, sejak pengumuman itu di tempelkan, tempat itu sudah sesak oleh siswa-siswa yang tak ingin ketinggalan berita. Music Club, Open Requitment. Begitulah judul besar yang terpampang disana.

“Minggir… Minggir…!!”

Natasya, cewek cantik tapi freak itu menyosor, menyibak kawanan yang sudah lebih dulu berada disana.

“Yee, elo! Lo pikir tempat ini punya nenek moyang lo apa?” seru seorang cewek yang tadi di dorong oleh Natasya.

Natasya mencibir dan kelihatan tidak peduli walau orang-orang yang ada disana kelihatan kesal padanya. Wajahnya kelihatan sangat cerah, secerah cahaya matahari yang bersinar di pagi ini. Ya, apa lagi yang bisa bikin Natasya Happy kalau bukan ini. Sudah lama dia menunggu kesempatan ini. Natasya sudah lama mengidamkan berada di klub musik, dan pastinya alasan utamanya adalah Daren. Cewek itu masih saja keras kepala ingin memiliki Daren, walau jelas-jelas Daren tidak menyukainya. Bagi Natasya, cintanya itu layak di perjuangkan. Apalagi ini buat seorang Daren yang menurutnya pas dan sangat sesuai untuk jadi pangeran berkuda putihnya.

“Hah, Daren, tahun ini aku pasti lolos!” Natasya tersenyum sumringah.

-oOo-

“Daren!”

Daren baru saja masuk ke ruang klub saat dia melihat Aoi menghambur kehadapannya. Daren berjengkit kaget, sementara Aoi tersenyum lebar.

“Lo bisa gak, gak ngagetin gue?” ucap Daren sedikit kesal.

Semua anggota klub kini sudah berkumpul disana. Niken, yang memegang jabatan sekretaris di klub melaporkan daftar orang-orang yang mendaftar sejak pamphlet tentang audisi itu di sebarkan. Daren memeriksa daftar orang-orang yang kini sudah mencapai seratus orang itu dan menyeringai. Dia menemukan nama Charra tercantum disana. Rupanya cewek itu serius juga.

“Gue udah milih anak-anak yang bakal jadi panitia di acara itu,” Niken menunjukkan lembaran lain.

Daren melihat daftar nama anggota klub yang di pilih Niken. Dahinya mengernyit. “Ini kenapa Justin jadi panitia acara?” tanyanya heran.

“Oh, itu,” Niken menggaruk tengkuknya dan melayangkan pandangan pada teman-teman seklub yang ada disana.

“Dia kan masih baru. Masak langsung mau lo angkat jadi juri sih? Gak adil dong sama yang lain, yang lebih senior dari dia,” Yoseph angkat bicara. Tadi mereka memang sudah rapat, sesama mereka saja soal permasalahan itu. Banyak yang tidak setuju memakai Justin sebagai juri. Ya, alasannya sih ya itu tadi. Senioritas. Umurnya Justin di klub itu masih seumur jagung, beda sekali dengan mereka yang udah tiga sampai empat tahun di klub.

“Emangnya kenapa kalau dia masih baru? Gue rasa gak ada salahnya selama dia punya kualitas lebih dari lo pada!” ketus Daren sambil menghempaskan kertas yang ada di tangannya di atas meja.

“Ya gak bisa gitu dong! Ini tuh organisasi!” Beno ikut angkat bicara.

Chasing UWhere stories live. Discover now