Prolog

73 0 0
                                    

Jakarta, 5 januari 2009

Daren menusuk-nusuk daging sapi yang ada di piringnya dengan bosan. Sepasang suami istri yang duduk mengapitnya tampak sangat menikmati acara makan malam mereka sembari berbincang akrab. Sesekali terdengar suara cicitan tawa dari mereka, membuat Daren melayangkan tatapan kesalnya- terutama pada ibunya. Wanita itu kini menepuk-nepuk punggung Daren dengan lembut.

“Daren sangat populer di sekolahnya,” jelasnya tanpa diminta.

Mendengar dirinya di puji begitu oleh ibunya, Daren melempar senyuman manis pada lawan bicara mereka. Sahabat ibunya sekaligus juga istri rekan bisnis ayahnya yang sangat penting. Wanita itu kelihatan lebih muda dari ibunya meski umur mereka sama.

“Benarkah?” Laura kelihatan tertarik untuk melirik Daren.

Anak lelaki itu kelihatan sangat tampan dan menarik dimatanya. Daren mempunyai wajah asia yang sangat kental, dengan mata coklat gelap  yang didapatnya dari ayahnya. Ia mewarisi rambut hitam kelam ibunya, yang seorang wanita Indonesia asli, juga ketampanan ayahnya yang seorang keturunan Indo-Rusia. Ringkasnya, anak itu mendapatkan gen-gen yang sempurna untuk membentuk wajah tampannya. 

“Kalau begitu dia berbeda sekali dengan Charra. Charra sangat pendiam, dia tidak terlalu suka berbaur di sekolah. Itu kadang-kadang membuatku khawatir,” curhat Laura.

Gadis remaja yang di bicarakan itu tampak sedang meneguk minumannya dengan nikmat. Dia kelihatan bingung saat Larasati melayangkan tatapan padanya.

“Benarkah? Menurutku Charra sangat manis. Dia anak yang penurut, tidak seperti Daren.” Lara dengan sengaja mendelik pada anaknya.

Daren menghela napas. Dia memutar matanya dengan malas.

Laura tertawa geli. “Menurutku Daren sangat lucu,” ia menunjuk ekspresi Daren yang sedang mengejek Lara.

“Hah, belum tahu saja kelakuannya,” Lara mendesah berlebihan. “Aku khawatir dia akan menyulitkan Charra nantinya.”

“Apa maksudnya?” Daren sentak menolehkan kepalanya untuk menatap ibunya.  Wajahnya kelihatan bingung.

“Daren.” Lara memberikan seulas senyum yang membuat Daren merinding. Ibunya bukanlah tipe yang suka berbagi senyum manis dengannya. Jika dia tersenyum, itu artinya hanya satu. Petaka.

“Charra akan menjadi tunanganmu.”

“APA?”

“Kamu dan Charra, kalian berdua sudah di jodohkan…”

Chasing UWhere stories live. Discover now