7. PENDEKATAN

1 0 0
                                    

Sudah terlihat mbok minah di bawah. Ia sedang menyiapkan sarapan untuk kami.

“Bii, mama mana?” tanya ana
“Oh mama nya udah pergi dari subuh na.” jawab mbok minah

Ana mengangguk mengOh kan kata mbok minah tadi.

“Biii nanti pulang ini ana pulangnya agak telat deh, soalnya ana mau ke toko buku dulu mau beli novel, sama mau beli hoodiee baruu .” jelas ana
“Okey siap non.” Jawab mbok minah
“Ana bii bukan non.” Tegas ana
“Ohh iya deh iyaa.” Jawab mbok minah
“Bibi mau apa?” tanya ana
“Apa aja deh bibi mah terima.” Kekeh mbok minah
“Okee deh, ana sama rara berangkat ya bii.” Pamiit rana bersalaman dengan mbok minah
“Iyaa hati-hati ya naa.” Pesan mbok minahh
“SIAPPPP.” Teriak ana

Hari ini ana berangkat dengan rara. Senang rasanya kali ini ada yang menemaninya saat di bus.

“Na lo kok gamau sih di sebut non sama bi minah?” tanya rara
“Yaa gue kan menghargai dia.” Jawab ana
“Kan itu juga bentuk bi minah menghormati lo na.” ujar rara
“Gue gamau terlalu di hormatin sama bi minah. Yaa walaupun dia pembantu gue, tapi dia tetep lebih tua dari gue. gue gamau berlagak kurang ajar sama dia. Dan gue juga udah nganggep bi minah sama kaya mama gue. dan itu bentuk penghormatan gue sma dia.” Jelas ana
“Gue makin salut sama lo na.” ujar rara
“Gue jadi keinget, gue kadang suka nyuruh-nyuruh seenaknya sama pembantu gue. gue jadi ngerasa bersalah.” Lirih rara
“Inget. Pembantu juga manusia ra yang punya titik lelahnya.” Ujar ana

Rara diam saat itu. mencerna kata-kata ana. Dan ini membuat rara semakin bersalah dengan perbuatannya.

“Gue ngomong gini hanya buat menyampaikan aja. Biar pembantu ngga terus di perlakukan sebagai budak yang lemah dan harus menuruti semua kata majikannya.” Sambung ana
Rara pun mengangguk paham atas apa yang ucapkan ana.

Waktu istirahat pun tiba..
Kami berkumpul di tempat biasa.
Tapi lagi-lagi mora tidak bisa hadir bersama kami.

“Na, pulang sekolah lo mau ikut ga ke café biasa?” tanya dani
“Kayanya ngga deh, soalnya gue mau ke toko buku.” Jawab ana
“Lo ra gimna? Mau ikut?” tanya pran
“Guee di jemput sama supir gue hari ini. Kan kemarin gue gapulang ke rumah.” Jawab rara
“Berarti cowo doang ya.” Jawab dani
Kami semua mengangguk.

“Tapi gue minta sama lo. Kalo lo liat dia sama yang lain. Lo harus bisa nahan. Ngerti?” tegas dani
“Dia siapa?” tanya rara
“Mantannya ana.” Ketus pran
Rara mengangguk dan mengerti apa maksud rizyan kemarin.

Oh kayanya maksud si rizyan ini deh .-Batin rara

Raga memutarkan mata malas tanda tidak suka terhadap pernyataannya.

“Iyaaa gue ngerti. Gue masih bisa nahan ko.” Jawab ana
“Harus.” Tegas dani
“Iyaa.” Ketus ana
“Mau gue anter ke toko bukunya na?” tanya raga
“Gausahh gue sendiri aja. Lagian kan gajauh juga dari sini.” Jawab ana
“Lo ganaik bus kan?” tanya dani
“Enggaaa, gue naik taksi ko. Tenang aja kali.” Jawab ana
“Yauda gue tunggu lo sampe taksi nya datang.” Ujar dani
“Iya gue setuju.” Sahut pran
“Okeyy, Btw thanks yaa.” Ujar ana

Dani,raga,dan pran pun mengangguk.

“Eh gue duluan yaa, supir gue udah dateng tuhh.” Ujar rara
“Iyaa hati-hati ya.” Ujar ana
“Okeyyy.” Jawab rara sebari berlari lari kecil

Taksi yang ana pesan pun sudah datang. Supir taksi itu pun membuka kaca jendelanya untuk memastikan itu pesanan ana atau bukan.

“Raina ya?” tanya supir itu
“Iya pak betull.” Jawab ana
“Pak, titip temen saya yaa. Hati-hati di jalannya, jangan terlalu ngebut.” Pesan dani
“Santai aja pak bawanya, yang penting selamat sampai tujuan.” Sambung pran
“Siapppp.” Jawab supir itu
“Yauda deh gue duluan yaaa.” Pamit ana melambaikan tangannya
Mereka pun menjawabnya dengan mengunjukkan jempolnya pertanda ‘oke’

LANGIT BARU UNTUK ANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang