5. PERTEMUAN TAK TERDUGA

2 0 0
                                    

Malam ini aku saling bertukar cerita dengan rara melalui laptop. Tiba-tiba mama masuk ke kamarku

“Na ngobrol sama siapa?” tanya mama
“Oh ini ma sama temen aku, namanya rara.” Kenal ana
“Oh hai ra.” Sapa bu tari
“Halo tante.. “ rara membalas sapaannya
“Ana nya mau tante suruh gapapa ya?” ujar bu tari
“Oh boleh dong tanteee.” Kata rara
“Yauda deh nanti gue sambung lagi kalo gue udah pulang ya raa.. bay raraa.” Pamit ana
“Oke naaa.” Jawab rara

Aku pun menutup sambunga video call dengan rara.

“Na tolong dong ke mini market yang di dpn beliin mama kopi,mie,sama camilan apa aja buat stok di kulkas sementara, abisnya di kulkas kosong banget gaada isinya.” Ujar mama
“Oke deh mah, berarti ana juga bebas milih dong yaaaa.” Goda ana
“Iyaa boleh.. Oh iya sekalian beliin martabak mang ujang yaaa.” Pesan mama
“Uangnya?” tanya ana

Bu tari pun memberi kartu kepada ana.

“Masih inget kan pin nya?” tanya mama
“Masih dong maaa.” Jawab ana
“Inget martabak mang ujang ya naa.” Pesan mama
“Okee maaaa.” Jawab ana memberikan jari yang berbentuk huruf o itu

Ana pun berangkat berjalan kaki dan memakai hoodie merah dengan celana selutut. Saat ana sudah sampai di perempatan ana lupa kalo ia tidak membawa hanphone miliknya. Ana hanya bisa mendengkus kesal. Karna ia selalu saja meninggalkan barang yang ketika di butuhkan pasti tidak ada.

Saat sudah di minimarket ana memilih beberapa minuman dan makanan. Tak lupa pesanan mama kopi nescaffe yang selalu menjadi favoritnya. Ana juga memilih beberapa es cream. Ana sangat menyukai es cream. Tak heran jika sang mama selalu memarahi ana dan berpesan agar ana mengurangi porsi memakan es cream. Tapi apa boleh buat ana selalu membantahnya. Saat ana sudah selesai memilihnya lalu ia langsung membayar menggunakan kartu yang sudah di berikan oleh sang mama tadi.

“Oh iya hampir aja lupa. Mama kan minta di beliin martabak mang ujang.” Ana berbicara sendiri.

Tidak jauh tempat mang ujang berjualan. Hanya perlu jalan sedikit lagi lalu belok kanan dari perempatan.

“Eh neng ana..” sapa mang ujang
“Eh mang ujanggg.” Balas ana
“Biasa neng?” tanya mang ujang
“Iya manggg, tapi ini buat mama yaaa.” Pesan ana
“Oh okey siap nengg.. nunggunya aga lama gapapa neng?” tanya mang ujang
“Oh Iya gapapa mang.. lagi santay ko tenang ajaa.” Ana mengulaskan senyumnya.
“Siap atu kalo gitu mah, mangga duduk heula atuh nya.” Ujar mang ujang.
“Oh iya siap mangg.” Jawab ana sambil duduk di kursi
Mungkin karna cukup lama tempat mang ujang berjualan dan soal rasa tak usah di ragu kan lagi.. yang membuat dagangan mang ujang selalu ramai dan tak pernah sepi pengunjung.

Saat aku melihat ke arah jalan tak sengaja aku melihat sosok dia sedang dengan wanita lain. Mataku langsung sayup-sayup berusaha agar air mata tidak jatuh begitu saja. Aku mebuang wajah ku ke sembarang tempat. Perasaanku campur aduk. Aku hanya berfikir bahwa tuhan gak adil. Mengapa aku harus di pertemukan lagi dengan dia?

San.. kamu pernah ga sih mikirin aku? mikirin perasaan aku? nanya kabar aku aja kamu enggan.  Batinku.

Ya! Dia adalah sandi. Aku tidak tahu harus berapa lama melupakan dia di ingatanku. Saat ini aku hanya ingin amnesia ya tuhann!!

AUTHOR PROV.

“Nengg.. ini pesanannya.” Ujar mang ujanng
“Neng..”
“Nengg anaaa.” Ujar mang ujang.
“Woyyyyy!! Itu pesanan lo udah jadi!” Teriak laki-laki yang tak di kenal ana.
“Eh mang, ini uangnya.” Ujarr ana mengambil martabak itu dan memberikan uangnya kepada mang ujang

Ana langsung pergi begitu saja.

“Eh mang kenal sama cewe itu?” tanya arya
“Nya kenal atuh, eta mah langganan saya atuh. Kunaon nak arya nanya kitu?” ujar mang ujang
“Nama nya siapa ya mang kalo boleh tau?” tanya arya
“Oh eta mah namanya neng raina tapi sering di sebut ana.” Jawab mang ujang
“Oh tau banget berarti ya mang .” Ujar arya terkekeh
“Oh saya mah tau pisan dari kecilnya atuh, dari awal dia pindah kesini aja saya mah udah tau.” Tutur mang ujang

Arya hanya mengangguk meng oh kan ucapan mang ujang.

“Nak arya suka yaaa sama neng ana?” goda mang ujang
“Ih apaan si mang nggaaa.” Jawab arya
“Dia itu satu sekolah sama aku mang.” Sambung arya
“Ehh emang rumah nya di sebelah mana mang?” tanya arya
“Tuh kan  kepo kan nak arya kepo.” Goda mang ujang
“Ih mang seriuss nanya ini mau di jawab atau ngga sih?” ketus arya
“Nih ya rumahnya setelah di perempatan sana belok kanan terus lurussssss nanti ada rumah warna putih. Nah itu rumah nya.” Jelas mang ujang
“Oke deh makasi mang ujang gantenggg.” Kata arya sambil tos ke mang ujang.

Arya selalu menganggap teman kepada para pedagang. mangkannya banyak pedagang kaki lima yang mengenalnya. Karna dia selalu humble kepada siapa pun.

RAINA PROV.

Aku berjalann pulang dengan penuh kekecewaan. Hatiku sangat kacau sekarang. Saat aku bertemu dengannya tadi. Rasanya campur aduk. Semua harapanku hilang begitu saja. Namun yang aku tak habis fikir.. ketika aku bertanya kepada diriku sendiri, aku masih bisa menerimanya jika ia kembali.

Langkahku di iringi dengan air mata. Aku tak mampu lagi jika aku harus menahannya.

Aku berfikir sejenak. Aku tidak bisa pulang dengan keadaan terpuruk seperti ini. Mama sudah tau kisahku dengannya sudah berakhir. Namun mama pun sama, mama kecewa atas keputusannya. Ketika mama mengetahui aku sangat terpukul atas kehilangannya. Mama pun selalu ikut dalam kesedihanku. Bahkan mama sempat ingin menegur sandi. Tapi aku menahannya.

Mau bagaimana pun juga aku tetap masih menerima sandi. Tapi disisi lain aku sangat sakit hati atas perlakuannya.

Hingga akhirnya aku pun berhenti di taman dekat rumah untuk meredakan isakan tangisku. Dan setelah semuanya reda aku pun pulang dengan lambat laun.

“Ana? Kamu kenapa sayang?” tanya mama
“Gapapa ma.” Jawabku mengulas senyum
“Bener kamu gapapa?” mama kembali bertanya
“Bener maa, yauda ya ma ana mau ke kamar langsung.” Ucapku lemas.
“Iya deh makasi ya naa.” Ujar mama mencium dahi ana

AUTHOR PROV.

Arya mengikuti ana dari belakang. Arya bingung melihat ana berjalan lemas sambil menangis di jalan.

“Itu cewe kenapa sih? Aneh banget.” Ujar arya

Arya terus mengikuti ana hingga arya melihat ana belok dan diam sebuah taman. Dan terlihat sedang berbicara sendiri. Arya semakin heran dengan ana, saat itu juga arya cemas jika ada sesuatu yang terjadi kepada ana. Akhirnya arya pun memutuskan untuk mengikuti ana hingga rumahnya.

MAMA PROV.

Aku tau mungkin ana masih terpukul karna kehilangan sandi. Aku fikir ini hal yang wajar. Apalagi ana baru pertama kali berpacaran dengan pria. Ya bisa di bilang saat ini hanya sandi yang mampu meluluhkan ana.

Sudah banyak hal yang aku lakukan agar ana tidak bersedih lagi. Awalnya aku sedikit syok karna permasalahan ini ternyata ulah temannya sendiri.  Tapi aku sedikit tenang karna ana mempunyai sahabat yang sangat sayang kepada ana.

Aku sering sekali merasa bersalah karna kurangnya waktuku dengan ana. Hingga tak jarang aku sering sekali meninggalkan ana di rumah berdua dengan mbok minah pembantuku.

LANGIT BARU UNTUK ANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang