Pada sore hari, setelah berdebat panjang dengan Ino yang menjabarkan tentang kehebatan yang dimiliki dokter spesialis tulang itu, Sakura menggeret kakinya dengan lemas menuju vila. Tumpukan salju yang menggunung membuat sepatu botnya tampak lebih berat dari biasanya. Wanita itu merapatkan syal dan topi rajutnya, sementara pipinya yang putih tampak kemerahan karena udara dingin yang luar biasa begitu matahari mulai tenggelam.
Sakura mendongak, menatap pada sinar jingga yang tampak menyelimuti puluhan Pinus yang mengelilingi vila-nya. Wanita itu tersenyum, menaiki anak tangga dan merentangkan tangan, hidungnya menarik napas dan membaui hutan dengan bahagia.
"Kau sedang syuting film?" tanya seseorang tiba-tiba.
Sakura tersentak dan melebarkan kedua bola matanya, wanita itu menoleh, menatap pada seorang pria yang bersandar pada dinding kayu. Memasukkan kedua tangannya di saku mantel dan menatap ke atas. Mendongak sama sepertinya.
"Apa perdebatan tadi masih kurang?" tanya Sakura kesal. Wanita itu menghentakkan sepatu botnya berkali-kali untuk menyingkirkan sisa-sisa dari salju yang menempel lalu membuka sepatu bot tersebut. Wanita itu menoleh dan menatap tajam pada pria yang malah menaiki anak tangga ke atas rumahnya.
"Aku perlu membicarakan satu dua hal padamu."
"Tidak ada yang mengizinkan kau untuk menaiki tempat tinggalku tuan." desis Sakura.
Pria itu mengangkat alis dan dengan santai mendudukkan dirinya pada kursi kayu di sebelah kiri pintu utama. Dia melepas sarung tangan dan menaruhnya di meja. Menatap pada vas yang berisi tiga tangkai bunga mawar.
"Hinata menceramahiku beberapa hal."
"Aku tidak mengenal Hinata." Sakura berucap sinis. Tangannya terlipat di depan dada dan menatap Sasuke tajam. Ya dokter Uchiha Sasuke yang namanya selalu disebut-sebut oleh pengunjung resort.
"Istri Naruto," sahut pria itu.
Sakura mengangkat alis dan mengingat pada wanita yang berada di lobi resort. Wanita cantik dengan helaian rambut berwarna ungu dan mata rembulan. Dia mengangguk perlahan, "Lalu?"
"Dia bilang kau tamu spesial."
"Aku bahkan tidak mengenalnya, bagaimana bisa dia menganggapku spesial?"
Sasuke memutar bola matanya, dia benci harus berusaha berbaikan dengan wanita itu, tapi juga benci mendengar ocehan sepasang suami istri yang jika berbicara, suaranya bisa membuat gendang telinganya pecah.
"Ino Yamanaka pengunjung setia resort ini, dan kau masuk atas daftar namanya. Hinata bilang aku berpotensi membuat kau merasa trauma dengan resort mereka, semacam itu."
"Itu memang kenyataannya, lalu apa maksud tujuanmu kemari? Meminta maaf dan berdamai denganku?" tanya Sakura kesal.
Sasuke menoleh dan menatap wanita itu, "Apa saat ini kita sedang tidak berdamai?"
"Kau berpikir semua baik-baik saja setelah tatapan mata datarmu saat aku hampir kehilangan nyawaku?"
Sasuke tertawa pelan, "Tebing tadi hanya memiliki tingkat kecuraman seratus tujuh puluh lima derajat, kau tidak akan mati meski berguling di sana."
Sakura menarik napasnya dengan emosi yang membludak. Dia mengangguk pelan, "Lalu kau akan membiarkan sebuah kecelakaan yang mungkin menjadi drama kecil seperti katamu tadi?"
"Sudah ada temanmu yang memegang tanganmu, kau berharap aku melakukan apa? Mendorong kalian berdua agar sekalian saja terjatuh?" tanya Sasuke. Bulir salju yang menempel di rambut hitamnya tampak jatuh dan Sakura benci pemandangan semacam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doktor, my problem! ✔️
Fanfiction[SHORT STORY] TAMAT WATTPAD. Kecelakaan ski, perdebatan konyol dengan seorang dokter yang absolute membuat Sakura harus bisa menarik urat lehernya dengan kuat! 30 September 2020 Disclaimer by Masashi Kishimoto