Sakura menatap pada es yang dingin membeku dan membiarkan tongkat terangkat selama ini meluncur dengan kecepatan penuh. Menembus puluhan Pinus, beberapa jurang curam dan orang-orang yang hampir menabraknya.
Pikirannya melayang pada malam itu, malam saat dokter Uchiha mendatangi vila-nya. Membuatnya terkejut sekaligus tenang disaat bersamaan. Rasa takut yang semula membuncah kuat kini mulai menguat dan malam itu sang dokter membantu dirinya mengatasi mati listrik yang hanya terjadi di vila-nya.
Sakura malu.
Dia berteriak histeris hanya karena sakelar yang turun. Ejekan malam itu membawanya pada rasa malu hingga pagi hari.
Sama seperti saat ini, beberapa menit yang lalu saat mengambil alat ski yang ditaruh di resort utama, Sakura mendapati pria itu duduk di sana, menyesap kopi yang masih mengepulkan uap dan memeriksa lembaran dokumen yang entah apa itu.
Sakura memalingkan wajah saat mata hitam itu menatapnya, ada godaan berupa siulan yang Naruto lemparkan. Atau permintaan ampun dari Ino yang berlari mengejarnya ke resort utama saat tidak menemukannya di vila.
Sakura kesal. Dengan menghentakkan sepatu bot berwarna putih kesayangannya. Wanita itu pergi, meninggalkan Ino yang menatap Hinata dengan kerutan penuh rasa bersalah juga Sasuke yang mendengus.
Kini Sakura hanya berharap hawa dingin dari salju yang tampak mulai menggila mampu menembus seluruh tubuhnya, melenyapkan berbagai gejolak perasaan yang saat ini berebut masuk, wanita itu meliukkan badannya dan menyeringai melihat tebing curam di depannya. Tebing dengan tanda papan merah yang tampak tergeletak di bawah dan jauh dari pandangan wanita itu.
"Bersenang-senang sedikit dengan menguji nyali mungkin bukan hal buruk," katanya pada dirinya sendiri.
Lalu dengan cepat Sakura menggerakkan kedua tongkat yang berada di tangannya dan memajukan tubuhnya. Menambah daya kecepatan untuknya meluncur di atas es. Serbuan rasa dingin yang menguji adrenalin tampak membuat Sakura berteriak senang sampai pada detik wanita itu melebarkan bola mata.
Tubuhnya hilang keseimbangan, dia menabrak bongkahan es besar, terpelanting hingga pandangannya menjadi gelap dalam satu kedipan mata.
...
"Wanita gila."
"Jangan mengumpat pada temanku!"
"Barusan terjadi badai salju dan di menuruni tebing dengan tingkat kecuraman hampir sembilan puluh derajat? Bisa kau katakan temanmu ini jauh dari kata sinting?"
Ino menatap tajam pada Sasuke yang membebat kaki Sakura dengan perban lalu menggantungnya. Mata wanita itu melirik pada Sakura yang masih belum sadarkan diri. Suasana tegang membuat siapa saja yang berada di ruangan itu merasa oksigen menjadi sesuatu yang susah untuk dihirup.
Sama seperti Naruto yang kini bersandar di dinding dan menatap punggung Sasuke beserta semua umpatannya.
Untuk apa dia mengumpat?
Sasuke yang ia tahu terkadang berkata sedikit kejam, seperti tidak adakah pengunjung yang mematahkan tulangnya dan memberiku pekerjaan? Atau perkataan jahat semacam itu.
Dan melihat pria itu yang nampak panik membuat Naruto mendengus, bukan ia tidak iba dengan kecelakaan yang Sakura alami. Tapi perubahan sifat sahabatnya itu yang membuat Naruto sedikit terguncang.
Apa yang terjadi dengan mereka berdua? Apakah ada kaitannya dengan ocehan Ino tadi pagi soal Sakura yang marah karena tidak mendatangi vila-nya pada malam sebelumnya?
Naruto menatap pada Hinata yang membawakan baskom berisi handuk dan air lalu memeluk pinggang istrinya tersebut.
"Hei, ayo kita tinggalkan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doktor, my problem! ✔️
Fanfiction[SHORT STORY] TAMAT WATTPAD. Kecelakaan ski, perdebatan konyol dengan seorang dokter yang absolute membuat Sakura harus bisa menarik urat lehernya dengan kuat! 30 September 2020 Disclaimer by Masashi Kishimoto