Subway station

3 1 0
                                    

          Aku melihat coklat bertengger manis di atas mejaku saat memasuki kelas. Ini bukan valentine lalu siapa yang memberiku coklat ?

          "Siapa yang menaruh ini di mejamu ?" Tanya Yuki.

          Aku hanya menggeleng. Yuki mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas tetapi sepertinya mereka pun tidak tahu. Dia mengambil coklat itu dan menyimpannya ke dalam tas.

          "Kenapa kau mengambil coklatku ?"

          "Onee-chan suka coklat, aku mau memberikan padanya."

          "Tapi itu coklatku."

          Yuki menatapku tajam. "Kau tidak suka berbagi dengan onee-chan."

          "Bukan begitu maksudku." Yuki terlihat tidak peduli dengan jawabanku.

          Aku duduk di kursiku, tidak suka dengan perbuatan Yuki. Bukan berarti aku tidak ingin berbagi dengan Keiko-chan. Hanya saja itu diberikan untukku, biar aku yang memutuskan akan membaginya dengan siapa.

          Kelas berlangsung seperti biasa. Saat jam istirahat aku berdiri saat sensei keluar dari kelas. Biasanya aku akan makan di kantin dengan Yuki, tapi saat ini aku sedang tidak ingin bersama dia. 

          Aku naik ke atap sekolah. Dari atas sini seluruh kegiatan sekolah terpantau jelas. Mulai dari anak-anak yang sedang bermain bola di lapangan, ruang ekskul di gedung bagian kanan dan kantin di gedung bagian kiri kelas yang tidak berjauhan dengan ruang guru dan kepala sekolah, sedangkan ruang kelas berada di gedung bagian tengah sekolah.

          Aku melihat Yuki sedang makan di kantin, dia ditemani seorang anak perempuan. Sejak kapan Yuki mulai mengenal para gadis ? Biasanya dia hanya bermain dengan para pria.

          Aku kembali mengedarkan pandanganku ke seluruh sekolah, kali ini pemandangan club memanah cukup menyita perhatianku. Club memanah memiliki tempat latihan indoor terbesar di sekolah, mengisi sebagian besar lantai 3 gedung ekskul. Dari atas sini aku bisa melihat beberapa anak sedang berlatih melalui jendela yang terbuka.

×××

          Bel berbunyi, aku mengamati para siswa yang hendak kembali ke kelas. Mataku kembali melihat ke arah kantin dan tidak mendapati Yuki di meja yang tadi dia tempati. Mungkin dia sudah kembali ke kelas, pikirku.

          Saat memasuki kelas kulihat Yuki sudah lebih dulu duduk di kursinya. Aku berjalan ke arah kursiku dan mendapati onigiri dan susu terletak di atas meja. Mungkin jika aku di kelas aku bisa mengetahui siapa yang meletakkan makanan ini di mejaku, mungkin orang yang sama dengan yang memberiku coklat tadi pagi.

×××

          Keesokan harinya kejadian kemarin terulang kembali, aku masuk dan mendapati sekotak coklat di atas mejaku. Bedanya kali ini Yuki tidak mengambilnya lagi meskipun dia lebih dulu datang. Aku memasukkan coklat itu ke laci mejaku. Yuki bahkan tidak menyapaku saat aku datang, sebenarnya kemarin bukanlah masalah besar tapi kenapa kami sampai tidak berbicara satu sama lain.

          Saat jam istirahat aku memutuskan untuk tidak kemana-mana, mungkin saja orang itu akan datang membawakan onigiri dan susu seperti kemarin. Tetapi sampai bel pelajaran berikutnya berbunyi aku tidak mendapati siapapun berada di kelas ini selain aku.

×××

          Besoknya kudapati driedflower di mejaku juga sepucuk surat. Aku melihat Yuki berjalan masuk ke dalam kelas, dengan refleks aku memasukkan surat itu ke dalam tasku.

AforismeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang