Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Capek - capek saya sekolahkan, bimbel dan segala macam tetap saja kamu tidak bisa membanggakan orangtua." ucap pria paruh baya yang berdiri di depan seorang perempuan yang hanya menunduk dalam diam.
"Coba kamu liat anak teman Papa, tidak bimbel tapi juara terus. Ikut olimpiade, lomba dimana - mana."
"Kamu! Apa yang kamu bisa? Selama ini nilai kamu ngak pernah memuaskan. Asal kamu tau, kamu ngak pernah lepas dari bantuan saya,"
"Mau jadi apa kamu, ngak punya cita - cita. Hanya bisa menyusahkan saja."
Setelah itu pria paruh baya yang telah melemparkan kata - kata tidak mengenakkan pergi begitu saja.
Perempuan yang sedari tadi menunduk kini beranjak dari sofa menuju kamarnya.
Menutup pintu kamar dengan perlahan, tidak lupa ia mengunci pintu tersebut. Lalu, ia duduk di pinggir kasur.
"Gaboleh nangis, kan udah biasa. Nanti ngak sakit lagi," ucapnya pada diri sendiri sambil menatap dirinya sendiri yang ada di kaca.
Lalu, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membuat sebuah senyuman.
Siapapun yang melihat senyuman itu pasti tau kalau dirinya tidak baik - baik saja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah sekian lama hiatus, aku siap kembali membawa cerita dengan genre fiksi remaja.
Cerita ini aku buat karna beberapa hal dan aku berharap buat kalian yang mungkin merasakan hal seperti di cerita untuk selalu kuat karna kamu lahir di dunia karna kamu mampu untuk berjuang dengan segala macam rintangan yang ada✨
Jangan lupa vote & komen sebagai bentuk apresiasi 🌺