Epistolary - @LZnn-A

7 0 0
                                    

Cerita atas nama Zenn, diedikasikan untuk hunterspin88.

***

Pembagian distrik. Saya yang polos dan kurang pergaulan mana tau? Apa mungkin nama keren dari kelompok? Saya mengiakan asumsi tadi begitu menekan kolom atas nama Hunter Zone di WhatsApp, setelah gemas menunggu surutnya jumlah angka dari chat yang terus meningkat. Seseorang menjelaskan karakter seluruh distrik. Pada pandangan pertama, tanpa perlu membaca dua kali, perhatian saya terpaut oleh keseluruhan tagar yang tercantum di salah satu distrik. Yaaa, semoga. Lagi pula belum ada yang akrab dengan saya di komunitas menulis yang baru menerima saya itu. Berbaur dengan orang yang berkarakter sama adalah jalan aman, bukan? Yah, tapi nyatanya kami ditentukan secara acak. Saya dinaungi Sylph, sang udara. Sesuai julukannya, saya seakan terjun bebas dari tebing miliaran kaki, di dorong harapan yang kandas. Saya kumur-kumur pakai udara sampai masuk angin dan mual, jantung berdegup lebih kencang seolah akan meledak, harapan soal udara yang menangkap saya dari atas agar tak lagi ditarik gravitasi sepertinya mustahil. Haha, secanggung itu.
Oke, ini lebay. Namun, saya tetaplah saya. Orang yang memperbesar hal sepele. Hanya karena tagar tidak sesuai selera, saya merasa distrik ini bukan tempat saya berada. Saya yang paling muda, sebab itu saya pula yang paling linglung, saya yang paling bingung merespon apa yang mereka bilang. Bahkan ketika ada yang bertanya, saya menunggu jawaban anggota lain untuk kemudian jawaban saya menyusul. Mereka elegan, berkelas, dan asing. Saya merasa selalu asing walau beberapa tantangan telah kami lalui. Ya, keberhasilan itu ulah mereka yang lebih dominan. Saya ketua yang tertimbun keindahan mereka, meronta-ronta terbakar kecemburuan. Mereka tidak seliar hati saya, tak sebuas keinginan saya. Saya yang ambisius, makin menguar oleh tiupan angin. Saya ingin mereka tidak bisa bergerak tanpa saya, tetapi keanggunan mereka menari-nari dan mengoyak mental saya. Ketika saya jadi ketua, kalau ada anggota yang lebih menonjol, saya sakit hati. Ini sisi negatif dari kepribadian saya yang introvet. Maafkan. Susah sekali, saya menyadari kesalahan tapi tidak bisa mengendalikan hasrat. Sifat saya hancur berantakan, sibuk menyalahkan diri sendiri. Saya mau mereka di bawah kendali saya, tapi malah mengikuti arus mereka. Saya sepengecut ini, memang. Karena itu jadi anggota biasa pasti lebih baik.
Tunggu, tunggu. Di bali kegagalan saya dalam mengendalikan grup, ternyata itu hanya mitos. Mitos mengatakan bahwa saya gagal. Sejatinya saya berhasil jadi pengendali hati mereka. Tak apa. Yang penting berhasil. Saya membuat mereka mencemaskan keberadaan saya yang hebat dalam menghilang, saya mengartikannya sebagai kerinduan. Haha. Saya membuat mereka diam-diam kesal karena saya bersikap ringan tanpa tanggung jawab. Saya tidak berwibawa bagi mereka. Lihat, mereka mengkhawatirkan saya. Perasaan saya yang menoton berubah jadi seru. Di balik layar saya menikmati aksi mereka yang berantakan sebab saya lagi-lagi padam semangat. Menjadi pengendali masa depan kelompok tidak begitu penting mengingat saya bisa dengan mudahnya mengendalikan para anggota. Saya balas dendam atas jiwa saya yang terkikis oleh tanggung jawab yang mereka limpahkan. Saya masih terlalu dini, saya ingin mereka menganggap saya adik kecil yang manis agar saya mewarisi kecantikan mereka.
Inilah letupan-letupan emosi saya yang terasa surealis. Saya berpikir keras merangkainya dalam tulisan dan berharap kalian mengerti, paham?
Masih ada lagi.
Selain kepuasan saya yang meledak tiap kali member menghubungi secara pribadi, memohon kehadiran saya, seperti anak yang minta perlindungan ... ada sesuatu yang mengganjal.

Posisi saya terancam.

Apa saya tertangkap basah?

Apakah saya orang yang tidak layak?

Pikiran-pikiran kelam menusuk benak, mengisinya dengan hujatan yang membanting mental saya. Rasa percaya diri saya makin pudar sehingga bingung ingin meracau bagaimana lagi.

IGNIS_HUNTER GAMES EPISTOLARY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang