6 / Sendu

6 1 0
                                    

Seperti yang dikatakan Intan kemarin pagi, Seina langsung buru-buru untuk berangkat ke sekolah tanpa Intan. Rupanya Intan tadi malam sudah menghubungi Kenan untuk minta jemput hari ini. Seina juga sudah menyantap sarapan yang disediakan oleh Bu Nini.
Cuaca pagi itu sangat cerah, membuat gadis itu semakin bersemangat menjalani hari. Ia juga tak lupa memeriksa apa kunci gembok dan buku tabungan ada di ransel yang selalu ia bawa ke sekolah. Sebab ia tak mau kecerobohannya itu terulang lagi seperti yang sudah-sudah.
Seperti biasanya, butuh beberapa menit untuknya sampai di parkiran sekolah dan seperti biasa juga di parkiran hanya ada motornya saja. Ia berjalan menuju gerbang utama sekolah dengan langkah kaki yang begitu santai.
Langkah kakinya sudah memasuki gerbang utama, ia melihat pak kebun biasanya sedang menyapu. Gadis itu berniat menyapa pak kebun itu, yang namanya sudah terkenal seantero sekolah.

"Pagi, Pak San!"

"Oh iya pagi, ngga terlalu pagi apa berangkatnya?" tanya bapak-bapak yang sudah berumur itu.

"Ngga pak, sengaja emang hehe." gadis itu menjawab dengan ramah.

"Sebentar, kamu ini anaknya siapa toh? Sepertinya saya tidak asing dengan mukamu itu?" tanya tukang kebun yang sepertinya sedang mengorek ingatannya.

"Anaknya Bu Nofa pak," jawab gadis itu membuat tukang kebun langsung menjentikkan jarinya seperti sudah tercerahkan ingatannya.

"Ooh Nofa yang pernah sekolah disini juga kan? yang punya tahi lalat di pipi?" tanyanya lagi memastikan.

"Pak San kok tahu?"

"Tahulah orang Nofa selalu nyapa saya, ya kayak kamu ini. Dia juga pandai makanya bapak selalu ingat," ucapnya dengan diikuti gelak tawa.

"Ya sudah Pak San saya ke kelas dulu ya, mari."

"Oh iya silahkan,"

Gadis itu tidak percaya, ternyata ibunya lumayan terkenal ketika SMA. Langkah gadis itu mulai menjauh dari tempat Pak Kebun dan berjalan menuju ruang kelasnya. Suasana pagi itu sangat sepi, ia hanya ditemani angin yang menerpa beberapa anak rambutnya.
Ketika sampai di depan kelas ia mengambil kunci yang ada di ranselnya kemudian memasukkan kunci yang terbuat dari logam itu ke dalam lubang gembok. Akhirnya pintu terbuka tak lama kemudian, ia melangkah masuk dan meletakkan ranselnya di bangku tempat ia duduk biasanya lalu beralih ke jurnal kelas yang diletakkan diatas meja guru.
Ia menuliskan jadwal pelajaran hari rabu, selesai menuliskannya ia lanjut membersihkan papan tulis. Setelah rampung mengerjakan semua tugasnya ia berjalan keluar kelas menuju kopsis, untungnya kopsis sudah buka dan ia langsung membeli roti isi untuk dimakan saat istirahat pertama nanti.
Setelah membayar dengan mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya, akhirnya gadis itu langsung kembali ke kelas. Ia berjalan pelan, sesekali menikmati hawa dan suasana pagi itu. Ditengah-tengah perjalanan ia bertemu dengan Intan dengan wajah yang muram. Seina yang menduga sahabatnya itu habis bertengkar, langsung menghampirinya.

"Lo kayak Tom & Jerry aja berantem mulu," goda Seina.

"Itu mending mereka ngga pacaran, lah gue?"

"Lagian apa lagi yang diributin?" tanya Seina.

"Ngga penting, yang ada lo ceramahin gue nanti. Udah yuk masuk," ucap Intan kemudian mendorong punggung temannya supaya berjalan menuju kelas.

Setibanya di kelas Seina langsung berteriak memanggil siapa saja yang ingin menabung seperti biasa. Namun, sepertinya hari itu jumlah uang yang ditabung tidak banyak seperti biasanya. Kemudian gadis itu mengecek siapa yang belum menabung. Tangannya memegang buku tabungan milik Raden. Melihat Raden yang tidak menabung hari itu membuat gadis itu penasaran.

"Den, tumben lo ngga nabung?" tanya Seina menghampiri tempat duduk Raden.

"Lupa bawa duit, besok aja."

SELESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang