Calon Tunangan! [Dahkook] |l° End

Bagian 9 : Makhluk Menyebalkan

Terima kasih sudah mampir. Atas dukungannya terima kasih juga. Silakan banjiri komentar dan vote jangan lupa. Add ke library juga ya?

_________

°°°°°°
8. Makhluk Menyebalkan

Jalanan yang ramai ditambah udara siang hari yang penuh debu itu membuat gadis berkulit putih itu sebal bukan main. Ia berhenti di lampu merah, memandang matahari yang besinar dengan terang tanpa adanya awan.

"Kenapa awannya gak ada sih? Gak proses pembentukan apa gimana, matahari secerah ini masa air laut nggak menguap?" gumannya melihat langit yang bersih berwarna biru.

***

Akhirnya setelah lima belas menit berjalan dari lampu merah tadi, Dahyun sampai di depan kantor Jungkook. Ia memandang gedung tinggi di depannya dengan takjub. Tanpa ia sadari mulutnya menganga.

"Sadar! Lo kesini mau marahin dia." ujarnya.

Gadis itu meng-gas membali motornya masuk ke dalam parkiran khusus motor. Membenarkan letak rambutnya yang sedikit acak-acakan. Dengan pakaian santai khas mahasiswi ia berjalan memasuki lobby.

"Ada yang bisa saya bantu?" ucap resepsionis.

Dahyun menoleh ke kanan dan kiri, "Anu itu. Saya mau ketemu sama Jungkook."

Resepsionis itu telihat kaget, ia melirik Dahyun dari atas hingga bawah dengan pandangan menilai. "Sebelumnya sudah membuat janji?"

"Janji? Emangnya harus janji dulu?" Dahyun memandang gadis berjas di hadapannya dengan bingung.

"Iya, kalau ingin bertemu dengan CEO harus membuat janji terlebih dahulu." ucap resepsionis itu, lalu mengangkat telepon yang berbunyi.

Dahyun berjalan mundur kemudian ia mangamati sekeliling, perusahaan ini terlalu besar. Dia juga tidak tahu letak ruangan Jungkook. Lebih baik ia menunggu di kursi disana.

"Apa gue telpon aja ya. Iya dari pada gue berjamur di sini," ucap Dahyun.

Ia menelpon itu kembali. Dan sambungan pun terjawab.

"Lo dimana? Gue gak boleh masuk katanya harus buat janji dulu!" ujar Dahyun menggebu.

"..."

"Ya mana gue tau, udahlah lima menit lo nggak samperin gue. Gue pulang!" ucap Dahyun, memutuskan panggilan.

Ia bersadar pada sofa hitam itu. Matanya melihat orang-orang yang berlalu-lalang jauh darinya. Baru saja ia akan memejamkan mata seseorang menepuk bahunya.