pengumaman semi penting.
untuk anak email, review-nya langsung ke mas Andra ya mulai sekarang. chat personal aja kalau ngirim docs-nya. dan ingeeeeeet, pisahin per tanggal. jangan ada typo apalagi salah target audience. please, consider your audience (ekspresi mas Andra)
untuk anak design, nggak perlu disetujui mas Andra. kalau yang request udak okay, kalian berarti aman.
untuk IG, cukup ke saya aja, nggak perlu mas Andra.
untuk video, ini tetap ke mas Andra karena seleranya berubah-ubah seperti sikap doi kalian semua.
nuhun para akang dan eneng gendang.
Aku mendesah panjang.
Alamat bakalan panjang kisah ini. Sekarang, semuanya benar-benar harus berurusan dengan dia. Untung aku ikuti saran mbak Di. Kebayang banget, kalau aku tolak mentah-mentah, jadi apa aku di New-Normal-dengan-kasus-banyak-ini????
Mana kondisi lagi begini, mood orang pasti jadi berubah-ubah. Terus mas Andra sakit hati, sepertinya bukan cuma aku yang akan dia habisi soal kerjaan, tetapi teman yang lain juga.
Aku tidak sabar menunggu satu bulan, lalu memutuskan untuk mundur karena alasan tidak cocok.
Aku menatap lagi grup Telegram dari laptop, membaca reaksi teman-temanku. Ada yang bahagia bukan main, sedih, bahkan datar-datar saja.
Nah, ini dia yang sekarang sedang mengirimiku pesan grup yang berisi dia, Arkan dan aku.
Jihan.
anjir yaaa.
gw simalakama bgt nih, Mal.
artinya, ke depannya gw bisa chatingan dong sama mas Andra.
masalahnya tapi ya.
copy mentahan kita langsung dia yg review.
apa gak syok dia ntar sama hasil otak gw
tanpa polesan mbak dian.
ah dian sastro bingung banget nih.Aku tersenyum geli membaca pesan itu. Susah memang kalau punya love-hate relationship begitu.
Belum sempat membalas chat Jihan, Arkan datang.
Arkan
beb, lo kalau mau design ke gue aja anjir
nggak percayaan bgt lo sama skill gue?Oh My God. Perkara minta design aja diributin. Kalau soal design aku tidak peduli siapa yang membuat. Karena yang lebih penting adalah isi email-ku akam bernasib bagaimana jika langsung berada di tangan mas Andra.
Hiii, enggak kebayang.
Kemarin baru kick off meeting, dan sekarang sudah dalam tekanan mengerjakan pekerjaan. Ditambah informasi menegangkan dari mbak Dian. Tahun ini memang sangat menguji lahir dan batin.
Tapi, seenggknya, kalau tanpa corona, kami bisa bekerja di dalam kantor, bisa saling menghibur. Bukan berdiam di kost. Zoom hanya untuk sesuatu yang penting.
Saat aku sudah mulai konsentrasi lagi untuk membuat headline launching kali ini, sebuah pesan di WhatsApp muncul. Aduh, aku tuh merasa selama pandemi ini jadi super sibuk yang sebenarnya enggak perlu. Maksudnya, banyak pesan di banyak aplikasi sampai bingung sendiri. Semacam ... terlalu banyak hal yang harus dipikirkan yang sebenarnya kita enggak mampu.
Wow.
Pesan kedua yang muncul di WhatsApp adalah mas Andra. Memang, saat mengantarku pulang setelah jalan-jalan mobil itu, dia memang meminta izin untuk berkirim pesan di WhatsApp jika berhubungan dengan hal pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
bilang sayang, enggak susah.
ChickLitMembaca banyak novel nyatanya nggak menghasilkan apa-apa. Alih-alih ikut mendapatkan ramuan romansa ala fiksi, aku malah terjerumus pada petaka. Mengerikan.